Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Ibnu Taimiyah Penolak Logika Yunani

Ia membawa pengaruh besar dalam transformasi pemikir Islam di zamannya, bahkan jangkauannya kepada generasi pembaharuan sesudahnya.


Ilustrasi.
SEORANG ulama dan budayawan Muslim masyhur yang bergelar Syaikhul Islam adalah Taqyuddin Ibnu Taimiyah. Nama lengkapnya Ahmad bin Abdul Halim Al-Harani Ad-Dimasyqi. Bukunya yang populer, Ar-Radd ‘alal Manthiqiyyin.

Sejarah umat Islam selalu dihiasi oleh prestasi-prestasi agung dalam segala bidang pengetahuan dan kesusastraan. Begitu juga sejarah Islam tidak pernah sepi dari kisah-kisah pembaharuan di lahan pemikiran. Apabila kita lihat sepintas lalu dalam khazanah pustaka Islam, realitas itu dapat tergambar begitu jelas.

Di antara para pemikir dan ulama besar itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau mempunyai prestasi gemilang yang membawa pengaruh besar dalam transformasi pemikir Islam di zamannya, bahkan jangkauannya jauh ke depan hingga berpengaruh pula kepada generasi pembaharuan sesudahnya.

Ia lahir di Harran. Sebuah negeri dekat daratan Eropa, terletak antara Dajlah dan Euphrat. Kemudian pindah bersama keluarganya ketika menjelang usia remaja menuju Damaskus, usai perang dengan Tartar. Di sanalah Ibnu Taimiyah dibesarkan dan terkenal.

Syaikhul Islam ini hidup di tengah-tengah keluarga yang sangat peduli dengan ilmu pengetahuan. Dikisahkan tentang kehidupan ayahandanya, “Tidak pernah mengajar melalui catatan atau buku-buku, atau perangkat lain yang dapat membangkitkan daya ingatnya. Namun sang ayah mengajarnya dengan daya intuitif dan kecermelangan akalnya.”

Barangkali kehebatan sang ayah inilah yang diwarisi oleh Ibnu Taimiyah, sehingga mempunyai kapasitas kecerdasan luar biasa, bahkan kelak menjadi argumentator yang tercatat dalam sejarah peradaban Islam.

Ibnu Taimiyah di samping hafal Al-Qur’an, juga mendalami hadist, dan berulang kali mempelajari kitab-kitab shahih. Ia juga sangat mahir dalam ilmu-ilmu bahasa Arab, studi fikih, dan mempunyai prestasi langka dalam kecermelangan intelektualnya: memahami secara mendalam ilmu-ilmu syariat dan filsafat serta kalam, baik pada zamannya atau zaman sebelumnya.

Posisinya di tengah kebesaran para ulama, mempunyai tiga keutamaan. Pertama, Ibnu Taimiyah dikenal sebagai ulama yang sangat tekun, disiplin dalam ijtihad, dan punya minat besar di bidang pengetahuan, di samping menjauhi kehidupan yang santai. Kedua, ia sangat terbuka dengan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, hidupnya tidak bersifat egois, terpaku hanya pada pengetahuan saja. Ketiga, ia terkenal sebagai ulama yang punya kecerdasan luar biasa. Konsisten dalam berpikir, dan produktif.

Beliau tergolong salah seorang ulama yang sangat produktif dalam karya ilmiahnya. Karyanya kurang lebih mencapai 4000 naskah, yang mencapai 300 jilid, bahkan ada yang mengatakan sampai 500 jilid.

Kitabnya yang populer Ar-Radd’alal Manthiqiyyin (Kontra terhadap Kelompok Logika), merupakan salah satu dari karyanya yang terkenal. Bahkan seandainya hanya kitab ini saja yang lahir dari karyanya, niscaya sudah cukup untuk mengangkatnya sebagai ulama besar dan pemikir. Sebab, kitab tersebut berpengaruh luas hingga kepada generasi sesudahnya.

Kitab ini merupakan antitesis terhadap pola pikir kefilsafatan Yunani secara keseluruhan. Pemikiran Yunani yang terkenal dengan logika matematikanya, telah mempengaruhi cara berpikir umat manusia. Bahkan telah mengimbas terhadap kebangkitan Eropa moderen. Namun Ibnu Taimiyah tidak gentar menghadapi pemikiran Yunani yang dianggapnya justru menyesatkan itu. Kitab Ibnu Taimiyah ini sebanding dengan karya Al-Ghazali dalam Tahafutul Falasifah.

Jika Al-Ghazali menghantam tradisi pemikiran filsafat Yunani dari segi pemikiran Aristoteles atau logika Yunani pada umumnya, dan memasukkan pola logika ini dalam pemikiran Islam. Kemudian membangun paradigma dalam karyanya, dengan maksud agar ulama Islam mengetahui tentang struktur logika Yunani pada zamannya. Akan tetapi, Ibnu Taimiyah lebih radikal lagi, ia tidak menginginkan logika tersebut sebagai paradigma maupun salah satu proposisi dalam pemikiran Islam, baik sebagai sumber, metode ataupun tujuan.

Ibnu Taimiyah dalam kitabnya itu membangkitkan semangat berpikir Islam dengan cara membangun logika Islam secara murni.

Ironisnya, kitab Ibnu Taimiyah tersebut tidak tercetak, kecuali pernah dicetak hanya sekali di India, sehingga menjadikannya sebagai naskah yang langka. Betapa besar pengaruhnya manakala kitab tersebut dapat tersebar di seluruh dunia dan dinikmati oleh kalangan pemikir Muslim.

Ibnu Taimiyah tidak hanya membatasi diri dalam perjuangan ilmiah melalui karya tulis maupun fatwa lisannya. Namun terkenal pula sebagai seorang faqih, alim, dan sekaligus mujahid (pejuang). Ia terkenal sebagai pejuang yang mengangkat pedangnya untuk menghantam bangsa Tartar. Bahkan keberaniannya di medan laga diakui oleh lawan maupun kawan seperjuangannya, sebagaimana keberaniannya dalam membela kebenaran di bidang pengetahuan dan fikih.

Ibnu Taimiyah tidak pernah menyembunyikan ungkapan-ungkapan kebenaran. Atas sikap hidupnya inilah yang membuat Ibnu Taimiyah harus berakhir di tiang gantung di Damaskus. Hampir seluruh rakyat Damaskus keluar untuk menghormati jenazah beliau.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 728 H. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya dan menempatkannya di singgasana surga yang luas. Amin.*/Sudirman STAIL (sumber buku Apa dan Siapa 45 Budayawan Muslim Dunia, penulis Dr. Abdul Kariem Utsman)


This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

Ibnu Taimiyah Penolak Logika Yunani

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×