JAKARTA--Sekolah untuk jenjang SMP dan SMA/SMK yang berada di zona hijau diperbolehkan untuk memulai pembelajaran tatap muka di tahun ajaran baru 2020/2021 mulai Senin (13/7). Namun, para murid juga tetap dapat belajar di rumah apabila orang tua anak didik tidak mengizinkan untuk mereka bersekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan bahwa semua pihak terkait memiliki hak untuk memutuskan apakah dapat belajar tatap muka apa masih melalui sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Pihak sekolah juga diminta untuk meyakinkan para orang tua bahwa sekolah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan aman. Selain itu, kepala sekolah serta guru juga dituntut untuk berinovasi dalam sistem pembelajaran ketika tahun ajaran baru dimulai.
“Jadi ini memang harus ada disreksikan (pengambilan keputusan) kreativitas dari kepala sekolah dan guru, ini kan hak masing-masing orang tua untuk menentukan apa limit kesehatan untuk keluarganya, itu kita ngga bisa melanggar aturan itu. Jadi kalau mau membuka (sekolah), benar-benar harus meyakinkan orang tua bahwa protokol kesehatan itu sudah mapan,” kata dia.
Nadiem pun juga menegaskan, sekolah tidak boleh mendiskriminasi anak yang orang tuanya tidak mengizinkan untuk mengikuti belajar tatap muka. Yang di maksud adalah dengan tidak memberikan sanksi kepada mereka.
“Kalau tdak bisa memastikan itu (keamanan sekolah), mereka (anak murid) itu tidak terhukum, baik kurikulum atau angka (nilai) karena belajar dari rumah, itu benar-benar keputusan sekolah. Beban untuk meyakinkan orang tua ada di sekolah,” ungkap dia. (jp, 11/7)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan bahwa semua pihak terkait memiliki hak untuk memutuskan apakah dapat belajar tatap muka apa masih melalui sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Baca juga : 3 Hal Penting Terkait Kebijakan Pemerintah Tiadakan Rekrutmen CPNS Tahun ini“Kebebasan untuk menentukan atau tidak itu ada di tingkat kepala daerah dan kepala sekolah, juga orang tua, jadi masing-masing yang belom siap bilang, saya belom siap, kalau sekolah udah mulai buka, tapi orang tua tidak nyaman, sekolah tidak bisa memaksa untuk anaknya orang tua itu bersekolah,” ujarnya dalam webinar, Sabtu (11/7).
Pihak sekolah juga diminta untuk meyakinkan para orang tua bahwa sekolah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan aman. Selain itu, kepala sekolah serta guru juga dituntut untuk berinovasi dalam sistem pembelajaran ketika tahun ajaran baru dimulai.
“Jadi ini memang harus ada disreksikan (pengambilan keputusan) kreativitas dari kepala sekolah dan guru, ini kan hak masing-masing orang tua untuk menentukan apa limit kesehatan untuk keluarganya, itu kita ngga bisa melanggar aturan itu. Jadi kalau mau membuka (sekolah), benar-benar harus meyakinkan orang tua bahwa protokol kesehatan itu sudah mapan,” kata dia.
Nadiem pun juga menegaskan, sekolah tidak boleh mendiskriminasi anak yang orang tuanya tidak mengizinkan untuk mengikuti belajar tatap muka. Yang di maksud adalah dengan tidak memberikan sanksi kepada mereka.
“Kalau tdak bisa memastikan itu (keamanan sekolah), mereka (anak murid) itu tidak terhukum, baik kurikulum atau angka (nilai) karena belajar dari rumah, itu benar-benar keputusan sekolah. Beban untuk meyakinkan orang tua ada di sekolah,” ungkap dia. (jp, 11/7)
| Mendikbud |
