Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Kembali Fitri

فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"(Q.S. Ar-Ruum : 30).

Lautan umat Islam memadati masjid untuk menunaikan solat sunah Idul Fitri! Gaung takbir, tahmid dan tahlil mengiringi jama’ah yang senantiasa merasakan suasana haru, bahwa dirinya kembali fitri! Ungkapan kebahagiaan menyelimuti suasana pagi yang penuh kesejukan!

Idul Fitri begitu menggema di setiap telinga muslim yang tinggal di perantauan! Apa pun resikonya, mereka harus menjadi bagian untuk ikut sebagai pemudik lebaran! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu!

Siapa pun kaum muslim pasti memaklumi hal demikian! Kegembiraan begitu terasa telah hadir di hati, sekalipun masih jauh dari hari tibanya Idul Fitri! Akan tetapi, jantung seolah menderu-deru bagaikan gelombang ombak di lautan! “Apa yang harus saya persiapkan untuk Hari Raya Idul Fitri?” begitulah kiranya para orang tua yang sudah lama berpengalaman menghadapi Hari Raya tiba bagi umat Islam!

“Apa yang harus saya persiapkan untuk Hari Raya Idul Fitri?” menarik menjadi pembicaraan sesuai topik tulisan ini! Paling tidak, saya akan menyorot dari kata-kata Idul Fitri! Secara umum artinya adalah kembali fitri.

Fitri atau fitrah ada banyak arti; sifat asal, kesucian, pembawaan atau watak! Saya hanya menyesuaikan makna dari Idul Fitri sebagaimana digambarkan ayat di atas! “Kembali fitri atau fitrah,” dengan demikian, dapat dimaknai sebagai kembalinya kehidupan manusia pada “ketetapan-Nya,” yaitu menghadap kepada Allah melalui agama-Nya yang dibawakan oleh Rasul-Nya Saaw! Itulah agama yang lurus!

Secara fitrah, kerap kali kita menggunakan kata ini, berarti sesuai dengan ketetapan baku yang tidak dapat diubah-ubah! Sifat asalnya! Atau menurut pembawaannya. Kata orang Betawi: sudah dari sononya!

Ada banyak penafsiran tentang sebutan Idul Fitri! Ada yang menyebut kembali suci! Setelah Menjalankan Ibadah Puasa sebulan penuh, maka bagi yang telah berhasil menjalankannya dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara syar’i, ia berhak kembali menjadi seorang manusia yang suci tanpa dosa!

Sedangkan menurut pengertian dari ayat di atas, maka kembali fitri atau fitrah bermakna sebagaimana penjelasan yang sudah saya sampaikan! Artinya, sesudah menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh, setiap mukmin harus kembali kepada ketetapan Allah Azza wa Jalla mengikuti agama yang lurus! Kehidupan umat manusia, khususnya Kaum Mukmin, tidak boleh melenceng dari ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla melalui Rasul-Nya Saaw!

Ketetapan Allah atas kaum mukmin yang telah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, maka baginya (kaum mukmin) akan dikembalikan pada esensinya sebagai manusia yang mengikuti perintah dan larangan-Nya dengan ketundukan dan kepatuhan! Inti dari pengajaran tersebut (ibadah puasa) adalah mengajak kaum mukmin untuk menjadi orang-orang yang bertakwa! Dan, itulah sebabnya mengapa Allah Azza wa Jalla jauh-jauh sebelumnya memerintah kepada kaum mukmin untuk berpuasa agar (mudah-mudahan) menjadi orang-orang bertakwa (lihat Q.S. Al-Baqarah : 183).

Pelaksanaan ibadah puasa yang sangat melelahkan selama satu bulan penuh, maka Allah mengganjarinya dengan Hari Kemenangan bagi umat Islam untuk “bergembira” di bulan Syawal selama satu hari!

Arti kemenangan tidaklah dimaknai sebagai berpesta pora, melainkan melepas kelelahan berpuasa, dan memperkenankan kembali untuk mengikuti ketentuan umum layaknya kehidupan seorang manusia tanpa ada pencegahan dari makan dan minum serta hal-hal lainnya dalam batas hak dan kewajiban!

Adanya ungkapan kegembiraan menunjukkan suasana yang menyenangkan! Karena itu, kaum muslim dianjurkan agar jangan sampai ada yang sedih pada Hari Raya Idul Fitri! Inilah yang mewajibkan diperintahkannya kaum muslim yang ‘muzaqqi’ untuk mengeluarkan zakat fitrah kepada yang berhak menerima (mustahiq) sebagai bentuk solidaritas (kesetiakawanan sosial) sekaligus penyucian jiwa dari kekotoran yang masih melekat di dalamnya!

Jadi, perayaan, zakat fitrah dan kemenangan serta kegembiraan tak dapat dipisahkan! Semua aspek terkait di dalamnya membentuk satu kesatuan sebagai wujud Hari Raya Idul Fitri! Tambahan lagi, suasana kemenangan dan kegembiraan tak bisa tidak bersinggungan dengan sanak keluarga dan handai tolan! Maka, pada Hari itu suasana bercampur baur antara bahagia, gembira dan adanya kesempatan untuk saling bermaaf-maafan! Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallahu Allahu Akbar!

Keyakinan umat Islam akan kembali fitri (suci) atas dirinya di 1 syawal sama sekali tidak salah! Dalam hal ini, fitri diartikan suci! Jikalau demikian, maka kembali suci dapat dimaknai sebagai berpulangnya keadaan jiwa menjadi bersih dari kesalahan dan dosa!

Ungkapan demikian karena kaum muslim, khususnya kaum yang beriman kepada perintah dan larangan Allah, telah berpayah-payah untuk berpuasa meredam keinginan nafsu jasmani, juga ruhani dari gangguan iblis laknatullah ‘alaih!

Arti Kembali Suci akan lebih mengena kepada jiwa seorang yang beriman sekiranya di dalam dirinya tak ada lagi noktah kesalahan dan dosa selama menjalankan ibadah puasa sebulan penuh! Selama itu pula keadaan jiwanya benar-benar memahami dan menyadari makna berpuasa dalam pengertian yang lebih luas mencakup, paling tidak, 3 (tiga) hal:
1. Berpuasa dimaknai sebagai ujian bagi jiwa untuk tetap bersabar dari ketaatan kepada Allah, bersabar dari tidak melakukan dosa kepada-Nya dan bersabar menghadapi ujian tersebut;
2. Berpuasa merupakan perintah yang patut dijalankan dengan penuh keikhlasan bukan karena keterpaksaan;
3. Berpuasa sebagai madrasah untuk melatih jiwa tetap sebagai fitrahnya untuk merendahkan diri di hadapan kemahabesaran Allah Azza wa Jalla, di samping sebagai ungkapan rasa kesetiakawanan sosial terhadap kaum fuqara dan masakin!


Pelajaran Puasa Untuk Kembali Fitri

Allah Azza wa Jalla benar-benar telah mendidik kaum mukmin untuk mampu mencegah melalui berpuasa! Mencegah untuk tidak mengikuti hawa nafsu! Sesungguhnya nafsu itu cenderung mengajak kepada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati (dicurahkan kasih sayang) oleh Allah (lihat Q.S. Yusuf : 53)!

Kemampuan untuk mencegah dari berbuat menurut nafsu “yang tidak dirahmati oleh Allah,” sungguh sangat sulit dan berat! Dalam bahasa arab, nafs (nafsu) itu adalah diri! Saya, sebagaimana di beberapa tulisan saya sebelumnya, menyebut diri itu sesunguhnya adalah jiwa atau ruh atau hati kita! Maka, Allah berkehendak mendidik melalui berpuasa agar kaum mukmin “mau” belajar untuk mengekang nafsu (diri) atau jiwa atau ruh atau hati “yang tidak dirahmati oleh Allah” tersebut.

Bayangkan bagaimana kita akan mampu mengekang nafsu (diri) atau jiwa atau ruh atau hati “yang Allah tidak merahmatinya”? Puasa, lebih merupakan ajakan kepada kaum mukmin, justru menghendaki agar kaum mukmin benar-benar berjuang untuk mengalahkan nasfu semacam itu! Maka, pertanyaan yang muncul adalah sudahkah kita benar-benar berjuang (berjihad) melalui puasa itu melumpuhkan hawa nafsu yang jauh dari rahmat (kasih sayang) Allah?

Itulah pendidikan Allah melalui puasa dalam mengekang nafsu syaitoniah! Lantas adakah kita mengetahui bahwa begitulah sesungguhnya Allah mewajibkan berpuasa bagi kaum mukmin? Pantaslah jika Allah menjanjikan ketakwaan (kemulian diri di sisi-Nya) bagi kaum mukmin yang menjalankan ibadah puasa karena beratnya berpuasa di bulan Ramadhan yang dipenuhi rahmat, ampunan dan diamankan dari siksa api neraka!

Sekiranya kaum mukmin dapat berpuasa di bulan penuh kemuliaan sebagaimana yang dikehendaki Allah, maka patutlah dia meraih kesucian jiwa! Kesucian jiwa berarti terbebaskannya jiwa dari kekotoran yang melekat di dalamnya karena kesalahan dan dosa. Dalam kondisi jiwa yang seperti itu, Allah pun rido mengilhamkan ketakwaan ke dalamnya (fa alhamaha taqwaha, lihat Q.S. Asy-Syamsi : 7-8).

Pelajaran puasa untuk kembali fitri atau suci hanya akan berfungsi jika kaum mukmin memaklumi berpuasanya seperti itu! Allah Azza wa Jalla sesungguhnya sangat Menyayangi kaum mukmin dapat dirasakan sekiranya apa yang menjadi perintah Allah dilaksanakan dengan ketawadu’an, ketundukan dan kepatuhan kepada-Nya!



This post first appeared on Agama, Hati Dan Ilahi, please read the originial post: here

Share the post

Kembali Fitri

×

Subscribe to Agama, Hati Dan Ilahi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×