Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Book Review : Ranu by Ifa Avianty & Azzura Dayana

Tags: ranu
Book Review Ranu by Ifa Avianty & Azzura Dayana

Judul Buku : Ranu , Saat Hati Menemukan Cintanya
Penulis : Ifa Avianty & Azzura Dayana
Penerbit PT Elex Media Komputindo

Halaman : vi + 305
Jakarta, 2013
ISBN 978-602-02-1267-8




 Blurb

Ranu. Manajer muda. Fotografer. High cost traveler. Hidup dalam kenangan masa lalu
yang pahit disebabkan beberapa kehilangan. Atas ide sohibnya yang kocak, gokil,
dan backpacker abis bernama Dios, ia sepakat mengangkat kehidupan pedalaman
di Pegunungan Baduy ke dalam sebuah film semidokumenter budaya.

Ide itu menyeretnya pada perjumpaan dengan sosok Ayuni. Fotografer kebanggan Dios
untuk proyek Baduy. Pendaki gunung yang tangguh namun pemurung dan
cenderung ketus. Tapi Ranu justru berhasil menemukan sisi lain pada dirinya.
Sebuah kelembutan bak bunga edelweiss dan kedamaian bak danau Ranu Kumbolo.

Clue apakah yang sebenarnya menghubungkan antara Ranu dan Ayuni?
Bagaimana pula dengan Irene, sosok princess yang ada di hati Ranu maupun
Ayuni? Benarkah jalan kehidupan mereka akan berubah?


Apa yang aku pikirkan?
Pertama, aku suka dengan tema mendaki gunung dan high cost traveler. Penulisannya yang berjalan dengan alami tentang pendakian gunung dan percakapan mereka ketika berada di pedalaman Baduy ... pengalaman yang mungkin nyata bagi penulisnya, aku bertaruh pada Azzura Dayana. Aku suka percakapan Dios dan Ayuni. Aku lama nih ...tidak banyak membaca percakapan witty dan cheesy. Tapi bukan yang omong kosong juga XD Aku mungkin tidak bisa mengerti bagaimana percakapan yang terjadi antara para pendaki gunung, tapi bisa dibayangkan juga. Seperti Dios dan Ayuni.

Lalu, aku suka dengan kisah Abangnya Ayuni dan Aida. Aku suka sekali dengan karakter yang disebutkan sebagai abangnya Ayuni. #BrotherGoals. Dan ceritanya Aida. Sayang sekali abangnya Ayuni menganggap Aida sebagai teman saja. Padahal Aida tidak beranggapan begitu. Dan Ranu yang kasihan kasihan kasihan, karena sudah jatuh terlalu dalam pada Aida. Ranu itu seperti kesatrianya Putri. Bukan Pangerannya Putri. Karena sebagai kesatria, ia akan selalu ada di samping Putri. Sedangkan Abangnya Ayuni itu Pangerannya. Sang Putri yang mendamba Pangeran. Dan sang Kesatria yang selalu tabah dan merindukan sang Putri. Hmm... seperti itulah yang aku rasakan tentang cerita ini.

Yang bisa menjadikan cerita ini dekat di hati adalah ...budaya Jawa-nya. Sangat relatable. Aku mudeng membaca novel ini daripada membaca novel terjemahan. Unggah-ungguh dengan orangtua, bahasa kromo, tapi dengan backpacker dan Jakarta-nya yang lo-gue, aku bisa nyambung XD Aku merasa yang menulis ini orang Jawa, tapi bekerja di Jakarta. Dan ada bagian Singapura juga sih.

Bagaimana kalau kita membicarakan tentang masa sekarang Ranu? Kalau soal masa lalu dalam cerita ini; Aida dan Abangnya Ayuni ...bagiku kisahnya menyentuh. Seperti aku bisa mengerti kalau dalam Jawa yang namanya perjodohan itu bisa saja terjadi. Lalu poligami. Yah, semuanya bisa dekat di hatiku. Tapi kalau membicarakan masa sekarangnya Ranu, hmm...ceritanya banyak yang hilang. Misal bagaimana Ayuni berkompromi dengan dirinya saat baru bertemu Ranu, dan aneh banget Ranu yang tiba-tiba pingsan karena kenangan yang entah kenapa muncul tanpa ada hal yang berkaitan. Aku bingung. Dan puncak kebingunganku yang sangat jelas, bagaimana Ranu bisa menyukai atau jatuh cinta pada Ayuni. Dan bagiku, cerita ini terasa perempuan sekali. Ranu itu laki-laki, tapi aku membacanya terasa seperti perempuan. Kalau bagian Dios mungkin karena karakternya pas. Tapi Ranu? Saat dia melambai-lambai perasannya, ugh hmm...so girly menurutkuuuu

Untuk sebuah tindakan harus ada alasan yang mendasarinya. Yah, menurutku kurang dibagian ini. Padahal pada bagian Aida dan abangnya Ayuni atau konflik orangtua di depan ...karena alasan-alasan yan gdijabrkan itulah yang bisa membuat cerita ini dekat di hatiku. Saat membicarakan masa sekarang Ranu, alasan-alasan ini kurang ada, bahkan yang paling aneh adalah bagiku tidak ada alasan mengapa Ranu menyukai Ayuni. Dan Ayuni bereaksi yang bagiku ...kok begini? yah seperti itulah. Dan ngomong-ngomong tentang tulisan 'Novel Islami' di depan sampul, aku berprotes keras !! tapi saat kisah mendekati akhir memang muncul sih alasan di sebut sedikit 'novel islami'. Hell no. Tidak ada 'dating' dalam Islam. Aku juga jadi mencak-mencak saat di awal novel Dios dan sekawannya yang pendaki gunung ...hmm, itu baru pembuka novel yang tulisannya 'novel islami' tapi kenapa Dios suka menggoda atau berkelakar dengan perempuan Baduy T.T meskipun bercanda tapi, ahhhh tidak pantas -,-

Aku tiga minggu ini membaca cerita yang aneh-aneh ya, romance tapi yang seperti membuatku kembali pada masa sekolah menengah ituuu. Tapi cerita ini sangat relevan dengan kehidupan nyata loh. Dan sangat dekat dengan hati XD karena aku juga mengerti kalau budaya yang ada seperti itu. (Kayaknya aku sok mengerti deh lol) Cerita ini tidak banyak unggul dalam romance, tapi untuk referensi seperti budaya, percakapan-percakapan (banyak percakapan yang menarik) yang bisa di nikmati, dan mungkin bisa mengembalikan pikiran kita pada dunia nyata. Cerita ini juga bagiku menyindir perbedaan high cost traveler dengan backpacker.

Untuk bacaan yang tidak serius tapi menambah wawasan selain juga menghibur dan banyak membawa nostalgia (bagi saya) buku ini lumayan bagus untuk di rekomendasikan. Karena romance bukan hal yang banget-banget aku suka, jadi tidak masalah dengan romance yang sedikit inii XD Banyak percakapan-percakapan yang aku setuju dan tertawa sendiri karena hal itu menyindir. Dan sampul bukunya itu ...aku seperti sedih melihatnya karena mengingatkanku pada Ranu. yang mungkin. sedang mengambil foto. Irene dan Tatia. Oh iya buku ini bukan buku remaja alias teenlit loh, tapi bagiku ini seperti kisah teenlit tapi versi rada dewasa. Karena Ranu menemukan jodoh XD Sudah, jangan terlalu serius.

Aku sedang tidak mood membuat kutipan-kutipan yah. Tapi ketika membaca buku ini, banyak juga kalimat-kalimat yang ingin aku kutip. Bahkan karena terlalu humoris buku ini, aku juga ingin mengutip humor-humor dalam buku ini sebenarnya O,O Tapi yasudah, aku mencoba ya ...
Besides, apakah selama ini aku dianggap bujang lapuk karena belum pernah punya pacar sekalipun? ...p112

Huh Ranu tuh. Mau dijodohin :P Jangan pacaran Nu XD lalu aku menimati sekali seterusnya percakapan Ranu dan Aida :)


Tapi sejak kenal Irene dan putri kecilnya, Tatia, aku tampaknya mulai tertarik membaca do'a sebelum tidur ... p194

Hmmm.... jujur sekali. Dan proses yang semakin baik. Aku juga suka dengan cerita ini karena tidak banyak skinship yang ada. Kurasa, cerita ini bisa dibaca semua umur. Ngomong-ngomong aku tidak mengutip yang bagian favoritku ya XD Semoga hari kita berjalan baik dan masa lalu tetap diam di tempatnya berada. Good day ~



This post first appeared on Words Post, please read the originial post: here

Share the post

Book Review : Ranu by Ifa Avianty & Azzura Dayana

×

Subscribe to Words Post

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×