Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Tiga Terobosan Sektor Hulu, Pertamina Kian Mantap

Tags: pertamina
Tiga terobosan di sektor hulu Pertamina menunjukkan perusahaan ini semakin mantap melangkah menuju level National Oil Company (NOC) kelas dunia. Pertama, Pertamina merambahi ladang ladang minyak di sejumlah negara. Kedua, ladang garapan yang selama puluhan tahun selalu dan selalu di daratan alias onshore, kini BUMN migas ini semakin berani ke ladang-ladang migas di lepas pantai (offshore). Dan ketiga, Pertamina semakin semangat mengakuisi blok-blok migas yang potensial dari pengelola sebelumnya. Juga membeli Participating Interest (PI) atas blok-blok yang masih ekonomis.


Kalau dikatakan kian mantap, bukanlah sekadar klaim majalah internal ini atas perusahaan yang "dicoronginya", tetapi bandingkan saja dengan Pertamina beberapa dekade yang lalu, atau bandingkan dengan strategi Pertamina sejak digulirkan Restrukturisasi Pertamina tahun 1994. Visi-Misi semakin jelas dan konkret, dan tiga terobosan itu dalam beberapa sisi merupakan "pembalikan" dari wajah masa lalu Pertamina yang dikenal jago kandang, jago onshore saja, dan konservatif dalam urusan pengembangan bisnis sektor hulu.

Visi-Misi Pertamina memiliki semangat membangun perusahaan migas modern. Dari sisi tahapan-tahahapan waktu dan target, Pertamina memiliki program 15 tahun menjadi perusahaan kelas dunia (2008 - 2023). Program besar tiga RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan) tersebut membagi periode pencapaian, dari mulai Periode I (2008 - 2013) dengan target Pertamina menjadi perusahaan nomor satu di Indonesia. Asal tahu saja, dari sisi produksi minyak, Pertamina hingga September 2009 ini adalah nomor dua setelah Chevron, dan untuk sisi produksi gas, menjadi nomor dua dari Total.

Periode II (2013 - 2018) adalah bagaimana Pertamina membangun diri menjadi perusahaan kelas wahid di kawasan Asia Tenggara, bahkan belakangan ada yang menyebut target Asia Pasifik, karena nyatanya di kawasan Asia Pasifik Pertamina semakin menunjukkan gejala eksistensinya. Tak cuma di Asia Tenggara saja. Keberhasilan masuk Participating Interest sebesar 10 persen Blok BMG (Basker Manta Gummy) di South Australia, ternyata memberikan semangat luar biasa, kalau Pertamina bisa memulai berekspansi portofolio di ladang-ladang di dalam dan di luar negeri.

Setidaknya target tiga akuisisi blok tahun 2009, dimulai dengan akuisisi penuh BP West Java, Ltd. di daerah lepas pantai laut Jawa Barat, dan menjadikan Pertamina operator dari PSC ONWJ. Lalu sukses akuisisi Blok BMG, dan kini sedang menegosiasi sebuah blok lain di sebuah Negara Asia Tenggara. "Sekarang lagi finalisasi negosiasi," kata Gunung Sardjono Hadi, Deputi Direktur Pengembangan Usaha Hulu.

Periode III (2018 - 2023) merupakan periode berat bagi Pertamina karena harus menempatkan diri pada level 11 besar di antara NOC dan IOC. Masih ada waktu 14 tahun. Yang menyulitkan adalah situasi dan kondisi peta perusahaan migas pada belasan tahun mendatang masih sulit diprediksi pasti, sepasti-pastinya. Siapa "lawan tanding" Pertamina dalam mencapai target, sekali-kali bisa berubah tanpa diduga. Seperti diketahui, kebangkrutan perusahaan kelas dunia di berbagai bidang sering tak diduga. Olengnya perusahaan otomotif di AS belakangan ini atau bangkrutnya Enron pada tahun-tahun lalu adalah contoh nyata. Termasuk terjadinya merger antara perusahaan besar di dunia migas.
•••
Dengan target waktu dan sasaran pada tiga periode yang jelas, Pertamina membangun "skuadron" anak-anak perusahaan (AP) untuk kegiatan intinya, termasuk sektor hulu. Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero) benar-benar menjadi pihak pengambil kebijakan strategis yang kemudian dijalankan AP-AP yang berperan sebagai kepanjangan tangan atau strategic arm length. Tugas AP-AP sektor hulu ini, menurut penjelasan Manajer New Ventures Bambang Manumayoso adalah sebagai petroleum operator.

Pertamina memiliki petroleum operator sektor hulu yaitu Pertamina EP (PEP), Pertamina Hulu Energy (PHE), Pertamina Geothermal Energy (PGE), selain PEP Randugunting dan PEP Cepu. Walaupun perusahaan ini pun mendirikan perusahaan non operator, yaitu Pertagas yang kebagian tugas menyalurkan gas dari ladang-ladang PEP ke konsumen. Selain itu ada fungsi penunjang seperti Exploration and Production Technology Center (EPTC), serta perusahaan penunjang seperti Pertamina Drilling Service (PDSI), dan Elnusa.

PEP sendiri sesuai aktenya didirikan untuk mengelola ladang-ladang eksplorasi dan produksi dalam negeri yang dulu dipegang Pertamina sebelum berlaku UU Nomor 22 Tahun 2001. Ladang-ladang yang luas totalnya 140.000 km2 tersebut dikenal sebagai eks Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Pertamina. Setelah menjadi holding company Pertamina memisahkan tugas holding dan tugas operator. PEP adalah operator atas eks WKP Pertamina.

Sedangkan PHE didirikan untuk mengelola ladangladang Pertamina di luar negeri serta ladang-ladang dalam negeri non eks WKP Pertamina, baik JOB-PSC (Joint Operating Body - Production Sharing Contract), PPI (Pertamina Participating Interest) maupun lahan-lahan baru hasil tender Migas. Dan kalau PGE jelaslah mengurus pengusahaan panasbumi yang sudah dimiliki Pertamina selama ini.

Sukses tidaknya Pertamina mencapai target-target besarnya tergantung sejauhmana AP-AP ini juga mencapai target KPI (Key Performance Indicator)-nya yang telah digariskan tegas dalam RJPP.
•••
Lahirnya gagasan untuk melakukan pengembangan usaha hulu di luar negeri atau oversesas memang tidak lepas dari kondisi resources dan cadangan migas di dalam negeri yang diyakini sudah semakin tipis. Menurut Direktur Usaha Internasional PHE Dwi Martono semangat untuk ekspansi keluar negeri menjadi lebih aktif terjadi sekitar tahun 1999 pada masa Direktur Utama Baihaki Hakim.

Saat itu ada fungsi di dalam Divisi Eksplorasi untuk Eksplorasi Overseas dan Dwi Martono memegang posisi itu. Tugasnya adalah mencari lahan di luar negeri. Buahnya adalah ditandatanganinya kerjasama Tripartit Pertamina, Petronas, dan Petro Vietnam tahun 2002.

"Semangatnya adalah bagaimana meningkatkan resources base kita bukan saja di Indonesia, tapi juga di luar negeri untuk menjamin ketahanan energy kita di dalam negeri," ujar Dwi Martono.

Semangat itu adalah bagaimana mengamankan suplai energy untuk dalam negeri. Berbicara kepentingan Indonesia. "Bukan saja berbicara soal Pertamina Incorporated tapi Indonesia Incorporated," tegas Dwi Martono.

Dikisahkan oleh Direktur Usaha Internasional PHE ini, menggulirkan gagasan ekspansi ke luar negeri tidaklah mudah. UU Nomor 8 Tahun 1971 menyulitkan Pertamina bisa ke luar negeri. Tetapi Pertamina waktu itu menyampaikan kepada Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina (DKPP), bahwa ekspansi keluar negeri itu adalah untuk kepentingan nasional, mengamankan pasokan energi migas. Yang kedua, sebagai ajang belajar bagi Pertamina sehingga tidak jago kandang terus-terusan.

"Pada saat itu Pak Baihaki melihatnya dari sisi situ, waktunya Pertamina untuk belajar. Makanya yang diambil bukan yang besar-besar. Kita belajar dari yang kecil-kecil dulu deh," ungkap Dwi Martono mengutip Direktur Utama Pertamina Baihaki Hakim.

Tak semua pihak setuju, memang. "Waktu itu saya ditantang para senior saya. Kan di sini masih banyak. Ngapain jauh-jauh?" pertanyaan ini yang menurut Dwi Martono menohok para penggagas ekspansi overseas.

Ketika diungkapkan oleh WePe bahwa sebenarnya Pertamina sudah memiliki Visi-Misi 1987 yang memiliki semangat menginternasional, Dwi Martono tak menampik. "Ya, mungkin saja upaya-upaya itu sudah ada sebelum tahun 1999," katanya.

Tapi akhir cerita, Dirut Baihaki Hakim saat itu bisa juga merealisasikan kerjasama Tripartite, berangkat ke Vietnam menandatangani kerjasama pada Tripartite Cooperation Arrangement (TCA) pada 8 Januari 2002. Dan sekarang diakui Dwi Martono perkembangan program ekspansi overseas sangat pesat dan strateginya lebih jelas dirumuskan Pertamina.

Hal ini dibenarkan oleh Deputi Direktur Pengembangan Usha Hulu Pertamina Gunung Sardjono Hadi dalam kesempatan yang berbeda. "Saat ini bersama dengan Komite Hulu Dewan Komisaris sedang menyusun yang namanya Kriteria Pengembangan Usaha di Luar Negeri. Jadi dengan kriteria tersebut kita ada suatu kesamaan perspektif untuk melakukan kegiatankegiatan investasi di luar negeri," jelas Gunung.

Bottom line Pertamina dalam ekspansi atau pengembangan usaha di luar negeri, menurut Gunung, mengacu pada kaidahkaidah tekno komersial. "Kita punya kriteria, sepanjang menarik secara tekno komersial, secara teknisnya bagus, secara komersialnya bagus, maka kita akan masuk ke situ," katanya lagi. "Masalah security of supply ke Kilang Domestik serta Pertamina Incorporated juga menjadi strategi dan pertimbangan juga," demikian penjelasan tambahan dari Deputi Direktur Pengembangan Usaha Hulu.

Pada tahun 2002 Pertamina masuk ke Vietnam dan Irak, lalu 2005 masuk ke Malaysia, tahun 2006 ke Libya, lalu ke Sudan (2007), Qatar (2009), dan Australia (2009).
•••
Pengalaman Pertamina di sektor hulu memang lebih dikenal sebagai penggarap ladang-ladang migas di daratan alias onshore. Maka dengan cerdas, Pertamina melakukan terobosan masuk ke offshore, baik shallow maupun deep water. Pertamina menggandeng perusahaan yang sudah kampiun di bidang ini seperti StatOil, Petrobras, dan Shell untuk beberapa ladang offshore Indonesia.

Salah satu alasan adalah seperti dikatakan Manajer New Ventures Direktorat Hulu Pertamina Bambang Manumayoso. "Di onshore sudah sedikit reserves-nya. Juga semakin sulit pembebasan lahan, sehingga proses untuk meningkatkan produksi itu menjadi lama. Makanya kita mencari di offshore," jelas Bambang Manumayoso.

Menurut Bambang Manumayoso Pertamina bergerak ke deep water adalah demi mendapatkan big resources, youth reserves. "Kita akan belajar ke sana dan kita akan berusaha menjadi operator di-offshore," katanya.

Dan di luar negeri itu pun sekarang sebagian besar adalah ladang-ladang Pertamina adalah di laut lepas ini. Ada upaya cepat Pertamina untuk memperoleh kapabilitas dan skill baru mengenai penggarapan ladang minyak di tengah deburan ombak laut, termasuk melakukan kaderisasi tenaga-tenaga offshore. Sekarang Pertamina boleh bangga dengan 400 expert di bidang offshore dari PHE ONWJ Ltd.

Setidaknya Pertamina telah memenangkan bidding di sejumlah ladang offshore di luar negeri walaupun di sana berkonsorsium dengan NOC negara lain dan IOC. Bahkan BMG di Australia, lepas pantai Australia yang diakuisisi 10 persen semakin memperpajang pengalaman dan track record sebagai perusahaan kelas dunia yang piawai juga di penggarapan laut lepas (onffshore).
•••
Terobosan ketiga Pertamina adalah mengakuisisi ladang-ladang atau blok-blok migas yang cukup ekonomis, tapi oleh kebijakan perusahaan pemilik sebelumnya dianggap tidak termasuk kriteria teknis ekonomis skala mereka. Memang ini berkaitan dengan langkah Pertamina mengembangkan usahanya.

Tahun 2009 ini Pertamina mengambil alih ladang offshore ONWJ (Offshore North West Java) milik BP West Java, Ltd. juga telah mengambil alih 10 persen atas ladang BMG lepas pantai Australia selatan dari pemiliknya, ROC. Dan bersiap-siap mengakuisisi sebuah blok di Hanoi Trough, Vietnam, yang termasuk offshore dangkal.

Direktorat Hulu Pertamina membentuk fungsi Upstream Business Development (UBD). Manajer New Venture Bambang Manumayoso pernah menjelaskan soal UBD ini. Salah satu bagian dari UBD adalah Merger and Acquisition yang bertugas mempercepat performance Pertamina, bagaimana bisa menambah cadangan dan menaikkan produksi minyak dan gas secara tepat.

Dalam penjelasannya, Deputi Direktur Pengembangan Usaha Direktorat Hulu Pertamina Gunung Sardjono Hadi mengatakan bahwa dalam menaikkan cadangan dan produksi minyak dan gas pihaknya melakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara organic dan un-organic.

"Kalau organic berarti kita melakukan kegiatan melalui proses biasa seperti ikut tender blok terbuka, yang apabila menang dilanjutkan dengan firm commitment seperti seismic, pemboran sumur eksplorasi dan seterusnya sampai menghasilkan temuan cadangan yang bisa diproduksikan. Sedangkan kegiatan unorganic adalah melakukan akuisisi atau pembelian blok yang sedang atau sudah berjalan kegiatan eksplorasi dan produksinya, baik di level participating interest (sebagian atau semua) maupun level SPV. Organic dan unorganic itu kita lakukan dua-duanya, baik itu di domestik maupun overseas. Hal tersebut juga sudah jamak dilakukan oleh world class oil company lainnya, sekelas Chevron, BP, Conoco Phillip dan sebaginya," kata Gunung Sardjono Hadi.

Proses akuisisi atau pembelian blok-blok yang menarik antara lain melalui pembelian atau penyertaan modal atau Participating Interest (PI) ke dalam PSC-PSC yang prospektif dan strategis. Upaya lainnya adalah mengambil alih sebagian atau seluruh PI pada PSC yang akan terminasi. Seperti misalnya Blok West Madura yang akan terminasi pada tahun 2011. Kemudian Blok Mahakam di Selat Makassar yang juga akan terminasi tahun 2017.

Proses akuisisi atau pembelian blokblok menarik antara lain melalui pembelian atau penyertaan modal atau Participating Interest ke dalam PSC-PSC yang siap berakhir atau terminasi. Yang terdekat seperti West Madura yang tahun 2011 mau terminasi. Kemudian Blok Mahakam di Selat Makassar yang sudah terminasi tahun 2017.

Penguasaan atas blok-blok offshore tersebut menurut Gunung akan dilakukan bertahap tapi harus masuk sejak sekarang. "Mengapa kita masuk sekarang? Karena di situ merupakan aset besar dan strategis sekali yang memerlukan penanganan khusus. Sehingga kita punya cukup waktu untuk melakukan pembelajaran dan persiapan alih kelola yang mana pada akhirnya nanti saat terminasi, kita sudah siap menjadi majority atau operator di deep water offshore," katanya.

Kedua lapangan itu lebih banyak mengandung gas, dan Pertamina memproyeksikan untuk mengamankan suplai LNG ke Kilang LNG di Bontang, sekaligus kepemilikan Pertamina ada di situ. West Madura saat ini dikelola oleh Pertamina (50 persen), Kodeco (Korea Selatan, 25 persen) bersama CNOOC (China, 25 persen). Sedangkan Blok Mahakam berada di tangan Total. Pertamina berusaha menaikkan persentase kepemilikannya secara bertahap untuk West Madura dan bertahap untuk masuk ke Blok Mahakam. Khusus Blok West Madura rencananya akan diintegrasikan dengan Blok Poleng milik PEP yang saat ini dikelola oleh Kodeco dengan mekanisme TAC, yang juga akan terminasi pada tahun 2013.

Pertamina terus bergerak di sektor hulu, dari mulai ekspansi ke luar negeri, masuk ke ladang lepas pantai (offshore), dan terus melakukan pembelian atas blok-blok ekonomis yang siap dijual pemiliknya karena dianggap tidak ekonomis lagi dalam ukuran ekonomi mereka. Sementara bagi Pertamina, adalah menambah cadangan dan meningkatkan produksi serta mencatat pengalaman menggarap lahan-lahan offshore, untuk mengubah persepsi Pertamina hanya jago di darat (onshore).

Tak kalah giatnya pencapaian produksi oleh PEP yang terus menanjak dalam beberapa waktu terakhir, ketika perusahaan migas lain mengalami nasib penurunan produksi. Terobosan Pertamina telah memantapkan posisinya sebagai NOC kelas dunia.•NS


"Ikuti kontes Pertamina Blog Kontes Dengan Tema : Kerja Keras Adalah Energi Kita"

Sumber : Pertamina.com



This post first appeared on Kerja Keras Adalah Energi Kita, please read the originial post: here

Share the post

Tiga Terobosan Sektor Hulu, Pertamina Kian Mantap

×

Subscribe to Kerja Keras Adalah Energi Kita

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×