Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Rindu Syahid vs Takut Mati

Sama-sama kehilangan nyawa, tapi bedanya jauh melebihi perbandingan bumi dengan langit. Bangsa ini tidak takut mati. Yang ada malah rindu syahid. Kala kehilangan nyawa penuh kemuliaan, satu lagi sebaliknya: penuh kehinaan!

Itulah perbandingan antara Bangsa Palestina dengan Israel. Sejak Oktober 2015 lalu, Israel telah menyatakan perang sampai titik darah penghabisan melawan Palestina. Mereka menggunakan peluru tajam, peluru baja berlapis karet, bahkan senjata api.

Tak cukup dengan persenjataan lengkap bantuan dari Negeri Paman Sam. Akhir 2015 lalu, Kementerian Keamanan Dalam Negeri Zionis bersepakat dengan Kementerian Keuangan memberi bonus kepada anggota polisi yang bertugas di wilayah Al Quds Timur. Nilainya hingga 10 ribu shekel (sekitar 2.500 dolar).

Toh Israel tak lantas percaya diri. Sebaliknya, pasukan bermental penjajah ini justru kini mengidap paranoid. Mereka ketakutan dengan rakyat sipil Palestina. Mereka yang menjajah di Tanah Palestina malah ketar-ketir, kalap dan takut mati

Sebaliknya. Di tengah kemuliaan mempertahankan tanahnya, para pemuda Palestina terus bangkit melawan. Mereka memburu pemukim Yahudi dan tentara biadab Israel meski tahu risikonya ditembak mati.

Tak hanya pemuda. Semua kalangan dalam gerakan melawan penjajah Israel kali ini dilakukan serentak di seantero Palestina. Anak-anak, wanita dan manula ikut melawan. Hanya dengan pisau mereka melawan. Inilah yang disebut dengan intifadah III.

Dalam sebuah kesempatan majelis di Masjid Alfurqon PGSD UPI Purwakarta, Syaikh Abdalrahman MA Shehab menerangkan betapa heroiknya intifadah III. Begitu beraninya warga sipil Palestina melawan penjajah Israel yang bermental tempe.

"Perlawanan dan penikaman terhadap warga Yahudi telah mencemaskan penjajah Israel. Sementara rakyat Palestina dari berbagai usia semakin berani meskipun tahu risikonya," kata perwakilan Persatuan Ulama Palestina itu, Minggu (13/3) silam.

Diterjemahkan oleh Ustaz Rofiqi dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Jabar, Syaikh menjelaskan, kebrutalan tentara Israel justru membakar semangat rakyat Palestina.

Keberanian rakyat Palestina dalam intifadhah III didukung tampilan rekaman video yang telah disiapkan Syaikh. Terlihat, bagaimana rakyat Palestina yang hanya menggunakan pisau berani melawan tentara Israel bersenjata lengkap.

Film yang diiringi nasyid bernada haroki itu memperlihatkan keberanian kaum perempuan menentang polisi Israel. Mereka diperlakukan tidak manusiawi. Namun semangat takbir dan ketauhidan tetap menggema dari lisan-lisan mereka.

Intifadhah III, terangnya, sesungguhnya pertaruhan umat Islam dalam mempertahankan tanah suci. Gerakan perlawanan ini adalah untuk menyelamatkan Al Aqsha di tengah konsentrasi ummat Islam dunia kepada negara lain di Timur Tengah.

"Israel telah memanfaatkan kesibukan umat Islam di Timur Tengah. Yahudi memanfaatkan suasananya saat ini. Mereka menemukan waktunya," tegasnya.

Dalam kondisi ini, Israel juga sengaja memanfaatkan suasana. Seperti yang telah dilakukan dengan merusak Masjid Ibrahim Al Khalil. Israel menggunakan Yahudi ekstrem menggali terowongan atau sengaja memprovokasi kaum muslimim.

Namun, di tengah konsentrasi kaum muslimin dunia terpecah-pecah, Bangsa Palestina justru tetap setia mempertahankan tanah suci umat Islam ini. Intifadah III dengan pisau tajam menjadi andalan senjata melawan penjajah.

"Warga Palestina melakukan perlawanan di mana pun, di pusat-pusat kota dan berbagai tempat lainnya. Bagaimana seorang wanita memakai pisau melawan Bangsa Israel, lalu perempuan ini ditangkap polisi Israel namun malah tersenyum penuh kemenangan," bebernya seraya menunjukkan rekaman video seorang perempuan Palestina yang tersenyum saat ditangkap.

Apa yang dilakukan warga Palestina adalah melindungi Masjidil Aqsha dan tanahnya para nabi. Hari ini, sambung dia, intifadhah adalah upaya mempertahankan kehormatan Islam.

Jika tidak begini, maka bekas sujudnya Nabi Muhammad Rasulullah Saw di Masjidil Aqsha akan dikuasai Yahudi. Bukan hanya menguasai tanah suci, kaum Yahudi juga sekaligus mengusir rakyat Palestina dari tanahnya.

Buktinya, terang Syaikh, Al Quds yang tadinya Kota Islam kini telah dibuat Kota Yahudi. Naudzubillah, 60 persen warga Al quds kini sudah beragama yahudi. Padahal dulunya mayoritas Islam.

"Sekarang menjadi Kota yahudi. Di titik lainnya, penghancuran telah terjadi di Tepi Barat. Rumah dihancurkan, anak kecil dan perempuan dianiaya," katanya dengan nada bergetar.

Ustaz Rofiqi menambahkan, ketegaran dan perjuangan Palestina menghadapi alat-alat pembunuh zionis Israel harus menjadi teguran bagi kaum Muslimin di luar Palestina. Kala kegigihan Palestina mempertahankan tanah suci, umat Islam di manapun berada membantunya.

"Jangan sampai kita membuat Bangsa Palestina menghadapi sendiri. Mereka telah mempersembahkan luka dan harta. Rumahnya dihancurkan. Kita tidak mau masjid suci jatuh ke tangan Yahudi. Mempertahankan agar tempat sujud Rasulullah tidak berubah menjadi kuil," bebernya dengan nada bergetar.

"Intifadhah!" "Lanjutkan!"
"Al Aqsha!" "Bebaskan!"
"Palestina! Merdeka!"


This post first appeared on Kabar Matahari, please read the originial post: here

Share the post

Rindu Syahid vs Takut Mati

×

Subscribe to Kabar Matahari

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×