Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Batu Karang Luka : Dari Imam Muhaji, Tan Swie Ling, Putmainah, Luh Sutari, Antonius P Rahardjo hingga Basuki Resobowo [Genosida 65, Pembantaian Massal 65, Tragedi 65, Peristiwa 65]

Imam Muhaji: Profil Aktivis Komunis Lokal – Andi Achdian
Imam adalah seorangpemimpin Committee Seksi (CS) Partai Komunis Indonesia(PKI) di kecamatan Papar, kabupaten Kediri (saat 1965)

Sutarni Kerabat Sang Penguasa
Sutarni adalah ibu rumahtangga istri Nyoto Menteri Negara, Ketua II Comite Central Partai Komunis Indonesia, pemimpin redaksi koran Harian Rakyat dan juga pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (saat 1965)


after/studying Basuki Resobowo
a iswinarto

Luh Sutari Hidup Mengayam Helai-Helai Kisah
Walaupun kakak pertama yang berprofesi sebagai guru adalah salah satu tokoh PKI di desadi Bali dan kakak keduanya salah seorang pimpinan Gerwani yang bersuamikan seorang pimpinan BTI, Luh Sutari seorang Guru SD memilih bergabung dalam organisasi Gabungan Siswa Nasional Indonesia yang berafiliasi dengan PNI. (saat 1965)


Lambatu bin Lanasi – Menuntut Rehabilitasi Nama
Lambatu adalah seorang guru dan juga menjadi Ketua Komite Seksi PKI Kecamatan Kapontori Buton. (saat 1965)

Rosidi, sang penyintas Peristiwa 1965 di lereng Gunung Gede
Rosidi seorang buruh perkebunan yang menjadi anggota Sarbupri (saat 1965)

Basuki Resobowo – Hesri Setiawan
Pelukis Lekra yang Menjadi Eksil di Eropa
 after/studying Basuki Resobowo
a. iswinarto

Hardoyo Life History
Pada tahun 1965 Hardoyo adalah presiden CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia) dan sejak 1964 ia menjadi anggira Politbiro departeman hubungan luar negeri dan kepemudaan. (saat 1965)
Dalam buku What Makes an Activist? Three Indonesian Life Histories No. 12 Anton Lucas halaman 1-9. Dalam naskah ini sebenarnya Anton Lucas membahas 3 Aktivis The Survivor – Hardoyo, The Outsider – Tahi Simbolon dan The searcher – Mohamad Sobary

Tentang Siksa, Tentara dan Agama: Kisah Hidup Antonius Pudji Rahardjo dari Koblen sampai Buru – Soe Tjen Marching
Antonius Pudji Rahardjo bekerja di perusahaan rokok PT BAT dengan posisi terakhir sebagain kpemimpin akuntan. Tapi, kemudian, ia juga menjadi aktivis buruh. Tahun 1964, ia diberi wewenang oleh Oei Tjoe Tat, yang saat itu adalah Menteri Negara, untuk menjadi komandan pengambilalihan perusahaan BAT di Indonesia. (saat 1965)
 
Riungan dan Tegar Hati : Bekal Bertahar di Tengah Kegilaan
Tan Swie Ling adalah anggota sayap pemuda Bapekri (Badan Permusyawatan Kewarganegaran Indonesia) sebuah organisasi peranakan Tionghoa yang mendukung Soekarno. (saat 1965)

dari Riungan dan Tegar Hati : Bekal Bertahar di Tengah Kegilaan – Aquino W Hayunta dan John Rossa dalam Tahun yang Tak Pernah Berakhir: Memahami Pengalaman Korban 65 (Ed. Ayu Ratih, Hilmar Farid dkk) hal 113-124 Tahun yang Tak Pernah Berakhir: Memahami Pengalaman Korban 65 (Ed. Ayu Ratih, Hilmar Farid dkk) hal 113-124. (unduh)


Putmainah Macan Podium Gerwani Blitar dan anggota DPRD dari Fraksi PKI di Blitar (saat 1965)

Simak 120 ‘entry’ tematik lainnya pada link berikut

Prakata dan Daftar Isi Genosida 1965-1966


Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)





This post first appeared on Lentera Di Atas Bukit, please read the originial post: here

Share the post

Batu Karang Luka : Dari Imam Muhaji, Tan Swie Ling, Putmainah, Luh Sutari, Antonius P Rahardjo hingga Basuki Resobowo [Genosida 65, Pembantaian Massal 65, Tragedi 65, Peristiwa 65]

×

Subscribe to Lentera Di Atas Bukit

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×