Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Tips dan Trik Menghadapi Anak Bermasalah

Memiliki anak bermasalah seringkali membuat kepala orangtua pusing. Rasanya enggak kurang deh nasehatin, ngomelin, marahin, eh kok enggak berubah-ubah ya sikapnya. Sampai bingung rasanya apalagi ya yang mesti dilakukan? Apakah Anda pernah mengalami hal serupa?

Memang enggak mudah dalam menangani anak bermasalah, apalagi bila permasalahan tersebut sudah berlangsung lama dan berkembang menjadi kebiasaan buruk. Berikut ini sedikit tips dan trik berdasarkan pengalaman pribadi. Kalau ada Ibu-ibu / Bapak-bapak yang ingin berbagi pengalaman dipersilakan lho, yuk kita sharing. Saya mulai dulu ya dari pengalaman saya:


1. Cari sumber permasalahannya
Seringkali anak menjadi rewel / nakal / susah diatur karena ada penyebabnya. Misalkan tidak mau makan coba cari tahu apakah karena mereka bosan atau tidak suka dengan makanan yang kita berikan? Atau sedang sakit sehingga tidak selera makan? Kalau anak tiba-tiba mogok sekolah, coba cari tahu apakah dia habis dimarahi gurunya, atau ada temannya yang nakal? Coba ajak bicara baik-baik sehingga kita tahu sumber permasalahannya.

Anak saya Kevin, beberapa waktu lalu mogok enggak mau les. Setiap waktu les tiba ada aja alasannya, yang ngantuk, tahu-tahu sudah tidur, rewel enggak mau mandi, enggak mau berangkat les, dsb. Saya sampai heran kenapa sih anak ini. Waktu memandikannya saya bertanya apakah Kevin habis dimarahin, dia bilang enggak. Kalau githu apa ya? Kenapa Kevin, susah tha? Dia langsung mengangguk iya, di les susah Kevin enggak bisa, kalau di sekolah gampang, Kevin bisa (dengan bahasa dia yang masih cadel, langsung diterjemahin di sini biar lebih mudah dimengerti :-)). Nah setelah tahu pokok permasalahannya, saya menghadap guru lesnya memberi tahu hal tersebut. Semenjak itu materi soal les disesuaikankan dengan kemampuannya dan dia enggak mogok les lagi.

2. Bantu mereka mengatasi perasaan mereka
Saat awal masuk playgroup wajar anak merasa takut, dampingilah mereka sebentar agar mereka tidak kaget. Selama masa adaptasi yang ditetapkan sekolah, sedikit demi sedikit mulai arahkan anak ke gurunya. Beri pengertian kalau di sekolah, mama enggak ikut masuk kelas, kamu sama Bu Guru ya. Bu Guru orangnya baik kok, dsb. Ajak anak Anda berteman, sebaiknya untuk tahap awal ini arahkan dia untuk berteman dengan anak yang pemberani tapi tidak nakal, kalau belum apa-apa dia kena pukul anak yang 'nakal' wah bisa tambah panjang masa adaptasinya.

3. Cobalah untuk mengerti jalan pikiran mereka
Kadangkala meski kita sudah menasehati anak, memarahi, merayu, semua itu enggak mempan, sampai kita merasa bingung. Mungkin yang perlu kita lakukan kita coba posisikan diri kita sebagai anak, apa sih kira-kira yang ada di pikirannya? Mengapa dia bisa berpikiran seperti itu? Apa penyebabnya, itu yang harus kita cari tahu.

Beberapa waktu lalu Kevin selalu mengatakan kalau dia sayang papa, mama, pengasuhnya, tapi dia enggak sayang sama Steven (kakaknya) dan Neneknya. Steven biar sama Nenek saja. Kata-kata itu sering diulang-ulangnya terutama kalau dia merasa iri dan marah pada Steven. Kami heran ada apa sih kok dia sampai bisa bilang seperti itu.

Suatu hari saat neneknya mau pergi ke bank dan jalan-jalan, Steven diajak. Tahu-tahu Kevin bilang kalau Kevin mau ikut juga. Neneknya bingung kalau harus mengajak 2 orang anak, tapi melihat Kevin enggak tega juga, akhirnya pengasuhnya dibawa serta.

Pulang dari bepergian Steven dan Kevin membawa pulang mainan. Kevin nampak sangat gembira. Semenjak saat itu dia bilang kalau dia sayang sama neneknya. Jadi faktor penyebabnya sudah ketahuan, selama ini dia iri karena kalau neneknya pergi, hanya Steven yang diajak. Hubungan Kevin dengan neneknya pun membaik.

4. Cari 'kunci' yang dapat menggerakkan mereka
Kalau Anda sudah mengucapkan nasehat yang sama berulang-ulang tapi tidak ada hasilnya, berarti Anda harus putar otak, mencari strategi lain. Coba terus cari 'kuncinya' sampai anak Anda tergerak untuk mengubah kelakuannya yang salah.

Saat di playgroup A dengan upaya dan perjuangan yang panjang, saya dengan bantuan para guru berhasil membuat Steven mau masuk kelas, tapi dia masih punya masalah waktu baris. Aduh gemes deh ngeliat kelakuannya. Bukannya mengikuti apa kata guru, dia malahan sibuk sendiri, pingin lari dari barisan, main ayunan, seluncuran, dsb. Berkali-kali dinasehati enggak mempan juga. Dirayu ntar kalau Steven pintar dapat hadiah, eh efeknya, hadiahnya sih mau, tapi kelakuannya tetap aja sama. Dimarahin, diancam kalau Steven seperti itu terus, mama pulang. Eh masih tetap juga.

Saya bingung, apa lagi ya yang harus dilakukan. Malamnya menjelang tidur saya bilang, Steven kalau Steven seperti gini terus, enggak mau baris, terus Steven enggak naik kelas, jadi sekelas sama Kevin lho... Wow ajaib dia langsung terkejut dan berkata, mulai besok Steven mau pinter Ma, Steven mau baris. Besoknya dan hari-hari selanjutnya dia menepati janjinya. Ternyata Steven takut kalah dengan adiknya, itu kunci yang bisa menggerakkannya.

5. Kalau Anda merasa putus asa, tulislah pengakuan dan berdoalah, serahkan pada Tuhan
Seringkali memiliki anak bermasalah membuat orang tua stress. Enggak habis pikir kenapa ya anakku jadi seperti ini. Apa lagi yang harus dilakukan. Nah saat Anda merasa seperti itu, coba tuliskan pikiran dan perasaan Anda, karena menulis itu terapi yang bagus lho buat mengurangi stress. Saat menulis kita akan berpikir dan dengan menumpahkan unek-unek kita akan merasa lebih lega. Terlebih bila di akhir tulisan itu Anda sisipkan doa, minta bantuan Tuhan dalam mengatasi permasalahan Anda.

Saat Steven di playgroup A merupakan saat tersulit saya dalam mendidiknya. Susah sekali diatur. Tingkahnya juga sering nyleneh, lain dibanding teman-temannya. Waktu itu ada kegiatan outbond, orang tua diminta menemani anaknya bermain bersama di Cartoon Kingdom. Berangkat naik bis. Hampir semua anak dengan bersemangat ditemani mamanya naik bis tanpa rewel. Sedangkan Steven menangis, sampai harus dibujuk dan dipaksa naik. Ketika bis sudah jalan, teman-temannya menyanyi dengan riang gembira, bagaimana dengan Steven? Eh ternyata dia masih juga belum berhenti menangis.

Untunglah kepala sekolah playgroup saat itu kreatif, beliau membawa boneka tangan, dan menyapa anak-anak dengan boneka tersebut (sambil keliling menghampiri setiap anak). Perhatian Steven mulai teralih dan dia berhenti berontak.

Sesampai di Cartoon Kingdom, pada waktu masuk acara bermain, Steven mogok enggak mau masuk. Aduh kelakuan Steven saat itu susah sekali dimengerti. Padahal dia biasanya suka tuh main di sana. Perlu bujuk rayu agar dia mau masuk. Untung akhirnya berhasil dan dia sangat menikmati acara tersebut. Tak terasa 1 jam telah berlalu dan anak-anak diminta keluar. Semua anak keluar dengan hati riang dan puas. Bagaimana dengan Steven? Dia mogok enggak mau keluar. Ampun Steven, tadi enggak mau masuk, sekarang enggak mau keluar...

Saat foto bersama, pembagian balon dan stiker. Steven mau balon dan stikernya tapi enggak mau maju ke depan. Terus ada guru yang berbaik hati mengambilkan. Saat baris hendak pulang dia juga kembali membuat ulah. Sebagai mamanya, capek rasanya, bingung kenapa anak saya jadi seperti itu...

Malamnya saya buka komputer, saya tulis segala perasaan dan unek-unek saya. Mulanya surat tersebut mau saya berikan ke kepala sekolah atau kepala yayasan. Tapi akhirnya tidak jadi, surat itu saya serahkan pada Tuhan. Saya lampirkan doa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan dan dosa saya, membantu saya dalam membesarkan dan mendidik Steven. Selesai pengakuan tersebut hati saya terasa lebih lega. Kemarahan saya berkurang dan semenjak saat itu saya melihat Steven mulai berubah menjadi lebih baik.

6. Ingat-ingat kesalahan Anda, jangan malu untuk meminta maaf terutama bila Anda sudah membuatnya terluka batin
Sebagai orang tua tak jarang kita juga melakukan kesalahan. Kadang kalau suasana hati kita sedang tidak enak, entah disadari atau tidak kita melampiaskan kekesalan dan kemarahan kita pada anak-anak kita dan itu dapat membuatnya terluka batin.

Bila kita memiliki anak bermasalah, tak ada salahnya mencoba instropeksi diri. Mungkin itu merupakan reaksi pemberontakan karena dia merasa tidak disayangi, tidak dihargai, iri pada saudaranya, dsb. Dengan mengakui kesalahan kita, meminta maaf dan berdoa pada Tuhan tak jarang titik terang akan muncul.

Nah bila Anda memiliki masalah dengan anak Anda, jangan putus asa. Selagi masih ada kesempatan, gunakan sebaik-baiknya. Coba cari sumber permasalahan, temukan kunci untuk masuk ke hatinya. Bila kita memang bersalah, tak perlu malu minta maaf. Minta bantuan Tuhan juga untuk membuka hati, pikiran kita dan mencari jalan menyelesaikan permasalahan itu. Bilang pada-Nya terima kasih atas anak yang telah dipercayakan-Nya, dan minta bantuan-Nya dalam mendidik agar anak kita dapat menjadi anak yang berguna sesuai kehendak-Nya.




This post first appeared on Pengalaman Pribadi | Permasalahan Anak, please read the originial post: here

Share the post

Tips dan Trik Menghadapi Anak Bermasalah

×

Subscribe to Pengalaman Pribadi | Permasalahan Anak

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×