Rangkaian acara Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus 1445 H menghadirkan halaqoh internasional dengan tema "Peradaban Walisongo untuk Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Halaqoh tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh islam internasional diantaranya adalah Rais Syuriah PCINU Australia dan New Zealand yang sekaligus menjadi pengajar di Monash University Australia, Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D. atau yang akrab disapa Gus Nadir.
Related Articles
Dalam kesempatan itu, Gus Nadir juga meminta perhatian pemerintah akan Menara Kudus sebagai simbol Kemanusiaan yang Adil dan Beradab diantaranya sebagai cagar budaya. Gus Nadir menyatakan, sebelum kita menyuarakan ke dunia internasional, mari kita suarakan kepada pihak pemerintah bahwa kalua ingin melihat tonggak munculnya islam di tanah air, kalau ingin melihat Indonesia sebagai laboratorium perdamaian dunia, kalau ingin melihat Indonesia sebagai contoh peradaban dunia yang adil dan beradab, maka pemerintah tidak boleh lepas tanggungjawab terhadap Menara Kudus.
Persoalan mengenai Menara Kudus dalam pandangan Gus Nadir adalah, bisakah “menjual” Menara Kudus dalam artian mempromosikan Menara Kudus seperti halnya Borobudur dalam wista. Menurut Gus Nadir, kita sering kedodoran dalam masalah nilai jual (mempromosikan).
Kita harus bisa mendatangkan wisata tidak hanya ke Borobudur, tapi juga harus bisa mempromosikan Menara Kudus, apalagi di era media sosial seperti saat ini. Beliau mencontohkan bahwa saat ini di era media sosial sudah ada simulasi bagaimana Makam Nabi Muhammad. Maka perlu ada juga, digitalisasi Menara Kudus. Bahkan, lanjut beliau, bisa juga membuat game dengan latar belakang Menara Kudus, game pengetahuan tentang Sunan Kudus, agara yang nantinya hadir dan ziarah ke Menara Kudus juga banyak dari kalangan millennial.
Sumber gambar: Tangkapan layar Kanal Youtube Menara Kudus Official