Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

PERBEDAAN ORANG GILA DAN PENDERITA SKIZOFRENIA


Apa bedanya Penderita Skizofrenia dengan orang gila? Soal ini, masyarakat umum kadang sulit membedakan. Sebab, tanda-tanda fisiknya hampir sama. Keduanya kerap bersikap tidak ramah, bisa menyerang orang dan bertindak semaunya.

Orang yang kena skizofrenia tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata. Namun, tiba-tiba bisa saja membunuh siapa pun atau menyakiti orang yang saat itu ada di depannya, baik istri, anak, teman, dan siapa saja. Kelainan skizofrenia tersebut biasanya baru terlihat pada usia produktif, antara 20 tahun sampai 45 tahun.

Banyak orang yang sulit membedakan antara kelainan jiwa (gila) dan skizofrenia yang sebetulnya sangat berbeda. Di mana, kalau gila itu kemungkinan bisa sembuh. Akan tetapi, bila sudah terkena skizofrenia tidak bisa disembuhkan dan sampai saat ini belum ada obatnya.

Kelainan skizofrenia ini adalah kelainan genetik. Untuk menanggulanginya, penderita harus minum obat seumur hidupnya bila tidak ingin kambuh. Kendala yang sering membuat Penderita Skizofrenia ini makin parah, salah satunya pengobatan yang tidak rutin. Sebab, sekali saja tidak minum obat, penderita dapat makin parah dan timbul kekambuhan.

Penderita gila selama ini digambarkan sering mengalami kekerasan dan pemasungan, meskipun mereka juga masih memungkinkan melakukan pengobatan agar kembali normal. Gejala menderita skizofrenia, di antaranya pembicaraannya sulit dimengerti dan isi pikiran yang tidak sesuai realita (delusi atau waham). Kemudian, disertai gangguan persepsi panca indera, yaitu halusinasi dan disertai tingkah laku yang aneh. Misalnya, berbicara atau tertawa sendiri.

Gejala psikotik awal skizofrenia dapat menyebabkan penderita kesulitan berinteraksi serta menarik diri dari aktivitas sehari-hari dan dunia luar. Dari hasil penelitian penulis, penyebab kejadian skizofrenia selain faktor genetik, juga adanya faktor ekonomi. Kemudian, kawin sedarah (incesnt), bahan kimia merkuri, dan adanya air yang mengandung Pb (logam berat timbal). Air tersebut menyebabkan ibu hamil yang meminumnya bisa melahirkan anak skizofrenia. Faktor genetik menjadi penyebab paling tinggi kejadian skizofrenia tersebut.

Usaha keluarga yang bisa dilakukan untuk penderita skizofrenia adalah mengontrol berobat dan mendorong penderita untuk minum obat secara rutin. Tidak mendeskriminasi mereka saat sehat dan memberi pekerjaan yang bisa membuat mereka merasa bermanfaat. Pasca perawatan, penderita skizofrenia membutuhkan tempat supaya bisa saling berbagi pengalaman.

Sekelompok ilmuwan dari Inggris dan Australia berhasil menemukan cara paling efektif untuk mengurangi gejala penyakit skizofrenia. Mereka menemukan pengobatan gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, dan pikiran kacau, ini dengan cara menggunakan vitamin B dosis tinggi. Penelitian ini dipimpin Joseph Firth, pakar psikologi dan kesehatan mental University of Manchester, Inggris. Tim peneliti meninjau semua laporan uji klinis tentang efek vitamin atau suplemen mineral terhadap pasien skizofrenia. Mereka pun berhasil mengidentifikasi 18 studi pengobatan antipsikotik dengan total pasien 832 orang. Para ilmuwan menjelaskan tentang penggunaan vitamin B dengan dosis tinggi secara konsisten ternyata efektif mengurangi gejala kejiwaan pada pasien skizofrenia.

Pengobatan skizofrenia selama ini hanya berdasarkan suntikan antipsikotik. Namun, efeknya tidak bertahan lama. Sekitar 80 persen pasien kembali kambuh dalam waktu lima tahun. Itulah yang menjadikan pengobatan penyakit kejiwaan ini menjadi mahal. Meski sudah banyak studi yang menyatakan pentingnya vitamin B untuk sistem neurologi, para ilmuwan belum mengetahui cara vitamin tersebut dapat mengurangi gangguan mental. Untuk mengetahuinya, perlu studi lebih lanjut. Hipotesis awal mereka karena vitamin B membantu koneksi antarsaraf di otak.


This post first appeared on REFERENSI PENYAKIT, please read the originial post: here

Share the post

PERBEDAAN ORANG GILA DAN PENDERITA SKIZOFRENIA

×

Subscribe to Referensi Penyakit

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×