Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Cintaku Adalah Kekasihnya (cerita pendek)

Cintaku
Adalah Kekasihnya


Aku berteduh di tepi sungai kehidupan yang seakan menghanyutkan lambayan kasih sayang yang sempat kurasakan, bersama embun pagi kunantikan apa yang mejadi mimpi, namun seakan tak dapat kuraih tanpa dirimu kasih.

Bagai burung, aku terbang. Mencari kebahagiaan demi masa depan yang telah direncanakan oleh Sang Pengabul Harapan. Rabbiku, kasihku, temani aku dalam setiap ayunan langkah kakiku menuju keridhoan-Mu.

Syukron Rabbii, engkau telah memberiku kesempatan untuk melihat sebuah senyum kebahagiaan pada wajah dia yang kucinta. Walau bukan karenaku setidaknya aku dapat merasakan kebahagiaan itu.
Tak perlu dia tau seberapa besar rasa itu kuberi padanya, karena yang terpenting adalah bukan itu, namun bagaimana kamu dapat tersenyum selalu wahai kasihku.

FLASHBACK ON
Hari itu, aku dengan teman-temanku tengah bermain di depan kelas, kami memutuskan untuk selalu menghabiskan waktu bersama sebelum akhirnya kami akan dipisahkan, aku bersama temanku ratna, kami sangat dekat bisa dibilang dia adalah sahabatku.

Setelah bermain ratna menitipkan handphonenya padaku karena ia hendak pergi menemui pacarnya,
sambil ngelamun aku langsung aja ngambil hpnya. Saat itu kami masih duduk di bangku kelas 3 smp dan kami tengah menanti hasil ujian kami, aku bahkan tak pernah mencoba berpacaran walau banyak pria yang menawarkan. Bukan GR tapi emang kenyataan.

“sahwa tolong pegang hpku yaah, aku mau ketemu fahri kalau aku nggak balik kamu bawa aja hpku pulang, oke?” sambil berlari meninggalkanku

“oke!!” aku hanya tersenyum dan mulai memutar music di hp ratna”
Beberapa jam berlalu, dan ratna belum datang juga, sambil melihat ke sekeliling sekolah semua anak pada main nggak ada yang belajar, soalnya gurunya lagi rapat semua, pas lagi duduk ada adik kelas lewat, sambil senyum lagii, emang sih senyumnya manis, tapi aku nggak tergoda, kan aku sahwa wanita dengan rasa cuek yang katanya berlebihan.

Setelah beberapa waktu aku menunggu akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan memabawa hpnya.
“heeey!! teman-teman aku duluan yaah, assalamualaikum?”
“huuufftt, kenapa dia pulang begitu cepaat hari ini, baiklah waalaikumslam” jawab teman-temanku

Sesampainya di rumah aku langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu. Di tengah sujud terakhirku aku berdoa.
“rabbikuu, terima kasih karena telah melindungiku dalam setiap langkahku, aku bahkan dapat hidup dengan tenang di tengah pergaulan yang begitu
menggiurkan, aku tau itu pasti karena Engkau selalu melindungiku Rabbiku, pada satu hati saja, izinkan aku mencintai hanya pada satu hati yang benar-benar akan menjagaku dan melindungiku karena-Mu”

Selesai melaksanakan shalat saya pun menyempatkan diri untuk membaca al-qur’an sebentar. Setelah mengaji aku langsung lihat ke jendela sambil nyari angin kesejukan di siang ini, ruang kamar yang kecil, penuh buku, dengan satu lemari pakaian di samping kiri tempat tidurku, dan jendela yang di samping kanan meja belajarku pun menjadi tempat untukku menikmati angin sepoi ini, terkadang aku sempatkan diri untuk menghayal, tapi pas aku sadar perutku sudah mengamuk dan itu artinya saatnya aku makan siang.
Seusai makan siang aku langsung menuju kamar sambil baca buku dan ternyata aku tertidur.

“tiiiitt tiiitt tiitt” hp ratna berbunyi
“halo, assalamualaikum, maaf siapa ini?” dengan nada mengantuk
“sahwa kamu tidur yaaah, adduuh maaf deeh kalau aku ganggu, hp aku masih di kamu kaaan?”
“ahh kamu yah ratna, eemmm iya nih hp kamu, habis kamu nggak balik-balik jadi aku bawa pulang deeh!!”

“oohh maaf yaah, sebentar sore aku bisa ke rumahmu kaan ambil hpku?
“kenapa tidak? kamu ini”
“heheheeh iya iya pesek”
“ihh iya iya mentang-mentang hidung kamu mancung jadi ngatain aku pesek”
“hehheeh iya iya maaf ya udah sana bangun udah ashar tu ibu ustdzah yang pesek”

“iya iyaaa, assalamualaikum?”
“waalaikumslam ibu ustadzah” sambil menutup teleponnya
Tanpa menunggu lama aku pun langsung bangun dan menuju kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan shalat ashar, selepas shalat aku membantu ibu menjaga toko.

“sahwa, tolong jemur kerupuk ibu naak!” mamah memanggilku dari dapur
“ohh iyaa iya buu”
Saaat aku ke luar untuk menjemur kerupuk, langkahku terhenti sejenak saat melihat seorang pria dengan menggunakan helm merah, dengan motor berwarna merah mendekatiku, aku bahkan tak pernah terpikat dengan pria, namun pria yang satu ini benar-benar membuatku terpaku padanya. Tapi nggak mungkin aku jatuh cinta.

“sahwa, oohh ini rumahmu yaah? waaah kereen!!”
“eeh kamu ratna, aku kira siapa” sambil terbangun dari lamunanku saat melihatnya.
Entah kenapa aku begitu sedih saat mengetahui bahwa wanita yang ia bonceng adalah ratna, awalnya aku pikir dia sendiri namun ternyata ia bersama ratna, aku rasa itu pasti pacarnya ratna. Mereka serasi. hemmm

“eemm masuk dulu naa,” aku mengajak ratna masuk ke rumahku
“ahh nggak usah sahwa soalnya aku buru-buru”
“ohh ya udah tunggu bentar yaah, aku ambil hp kamu dulu” sambil pergi dan masuk ke dalam rumahku dengan suasana hati yang tidak menyenangkan.
Sambil beristghfar saya pun melangkahkan kaki untuk keluar lagi.
“inii ratna hp kamu, maaf yaah udah ngerepotin sampe kesini,”

“ahhh nggak ngerepotin kok malah lebih bagus lagi kalau ratna sering-sering ninggalin hpnya ke kamu biar kita ke sini teruss, hehhehe” sambil berusaha bercanda namun aku begitu terkejut dan jantungku begitu deg-degan mendengarnya.
“heeem, dasar perayuu, ayo pergi! kita pulang dulu yaahh sahwa, thanks”
“iyaa ratna hati-hati yaah!!”

Pria itu tersenyum padaku dan aku hanya terus beristighfar pada Allah karena tak ingin tertipu.
Namun anehnya, aku bahkan tak pernah terpikat pada pria, namun pria ini benar-benar membuatku merasakan hal yang aneh.
Malam itu aku menerima pesan dari nomor baru, itu sudah biasa bagiku, jadi aku tidak meladeni nomor baru itu.

Namun dia mengirim pesan lagi, “hay ini aku saudaranya ratna yang tadi ituu,” aku terkejut membaca sms itu bahkan aku begitu deg-degan saat membaca pesan itu. Malam itu pun kami saling berkirim pesan dan mengobrol lewat sms.

Rupanya dia anak Makassar, namanya Muhamad risaldi, dia sekolah di SMP N 1, dia cukup baik tapii aku hanya ingin berteman dengannya tidak lebih dari itu.
Keesokan harinya “sahwa, ini benar-benar mengagetkanku, bagaimana mungkin kamu dengannya, oohh sungguh tidak mungkin”

“ada apa eca, bicaralah pelan-pelan jangan membuatku bingung, heeemm” dengan tenang aku menjawab eca
“kamu pacaran dengan saudaranya ratna yaah? dia hari ini bahkan mengambil fotomu dan menunjukannya untuk semua teman kelasku, mereka semua terkejut bahkan aku hampir pingsan saat mendengar dan melihatnya, oohhh bagaimana mungkin”

“foto? pacaran? apa maksudnya eca? aku nggak ngerti, aku bahkan baru kenal dia semalam!!”
“memangnya kalian tidak pacaran? tapi bagaimana dia bisa dapatkan fotomu?”
“dengar ecaa, karena kamu temanku jadi kumohon katakan pada semua teman kelasmu bahwa yang dikatakan risal itu tidak benar, dan bilang pada risal alangkah baiknya kalau dia tidak melakukan hal itu, karena kamu kan tau sendiri aku tidak pernah pacaran, dan orangtuaku pun tidak mengizinkanku pacaran, jadi kalau berita ini sampai ke telinga orangtuaku maka itu adalah pertanda buruk bagi kita berdua.”

“baiklah, aku akan melakukan dan mengatakannya teman, demi harga diri”
“pergilah, hati-hati”
Aku berlalu, dan tidak habis pikir apa yang dilakukan pria itu benar-benar menjengkelkan. Aku tak ingin memberitahukan ini pada ratna karena aku tak mau dia ikut campur dalam masalah ini, hmm aku bahkan tak pernah berpacaran dan malah menggosipkanku berpacaran dengannya, benar-benar gila pria itu.

Aku terus mencari pria itu dan sudah hampir seminggu ini aku tidak melihatnya, namun aku benar-benar kesal padanya. bukan maksud ingin memarahinya namun hanya ingin menjelaskan padanya bahwa yang ia lakukan itu salah.

Waktu berjalan sebagaimana mestinya, hingga aku bertemu dengan hari dimana aku dan teman-temanku akan mengatahui hasil ujian kita, dan Alhamdulillah kami lulus semua, namun itu berarti, aku akan segera pergi meninggalkan kota ini untuk melanjutkan sekolah di kampung nenekku.
Hari dimana aku akan berangkat pun kini telah di depan mata, Nampak teman-temanku begitu sedih melihatku
“sudahlah, allah menciptakan semua berpasang-pasangan karena kita sudah bertemu maka tentu saja kita juga harus berpisah, lagipula aku pasti akan kembali suatu hari nanti, apakah kalian akan membiarkanku pergi dengan suasana hati yang begitu sakit karena melihat kalian seperti ini?”

Semua teman-temanku menggelengkan kepala, dan aku pun pergi, aku pun langsung naik ketas kapal dan melambaikan tanganku pada mereka, dan aku bahkan tak melihat risal sama sekali, dia benar-benar menjengkelkan aku bahkan belum sempat memarahinya.

Kini, aku begitu membenci risal, karena dia aku jadi disangka wanita munafik, aku bahkan tak pernah berpacaran karena aku tau pacaran itu bukanlah sesuatu yang baik namun dia malah menyebarkan gossip yang begitu menjijikan seperti itu.
Satu tahun berlalu, kini aku sudah duduk di bangku kelas 2 sma, tapi saat semester dua nanti aku harus kembali lagi ke tempatku yang dulu, karena ayah dan ibuku tinggal di sana dan aku lebih nyaman tinggal bersama mereka. waktu setahun itu pun telah melupakanku pada masalahku dengan si risal itu.

Singkat cerita, semester dua pun tiba dan itu tandanya aku harus segera kembali ke tempatku yang dulu, aku berpamitan pada nenek dan berangkat hari itu juga. Saat perjalananku di atas kapal, aku bertemu dengan seorang pria yang sering aku temui di mushollah kapal. Dia baik, rajin beribadah, sopan, dan sangat perhatian. Kita mulai akrab setelah hari keduaku di atas kapal, tepatnya selepas shalat subuh. Saat saya sedang duduk di bangku kapal sambil mendengarkan musik, dan menikmati pemandangan lautan lepas bersama puluhan orang lainnya, tiba-tiba dia datang menghampiriku.
“assalamualaikum ukhtii” ucapnya padaku
“oh, waalaikumsalam warahmatullah” aku menjawabnya dengan nada pelan dan agak kebingungan.

“mau turun di pelabuhan mana?” tanyanya padaku
“emm, di maluku” jawabku singkat
“oohh jauh yaah?”
Kami pun mengobrol panjang, hingga akhirnya kami pun terbiasa bertemu selepas shalat, kami semakin akrab. Dan pada hari dimana hanya saat tersisa 12 jam agar saya dapat sampai di tempat tujuanku, dia datang menemuiku, dan mengajakku ke lantai kapal paling atas tempat biasa kami mengobrol. Dia bilang ada yang ingin dia sampaikan dan sesampaiku di sana dia pun langsung memulai pembicaraannya.

“assalamualaikum akhii” ucapku sambil menyadarkannya bahwa aku sudah ada di sampingnya.
“waalaikumslam sahwa!!”
“ada apa akhii, kenapa mengajakku ke sini”
“eemm, maaf sahwa kalau saya merepotkanmu untuk ke sini, namun sesungguhnya saya hanya ingin menyampaikan sesuatu yang saya rasa harus saya sampaikan untukmu sahwa”
“kamu kenapa ilham, sikapmu agak aneh, ada apa memangnya” tanyaku padanya
“sahwa, saya sadar tidak pantas untukku mengatakan ini pada seseorang yang baru kukenal sepertimu, namun saya rasa saya mencintaimu, maaf sahwa bukan bermaksud lancang ingin mengungkapkan perasaan padamu, namun sungguh saya mencintaimu, saya meminta petunjuk Rabb-Ku di setiap sujud sepertiga malamku dan sepanjang itu saya selalu melihatmu datang dan tersenyum padaku, saya mohon izinkan saya menitipkan cintaku pada hatimu, bisakah kau memberiku harapan agar suatu hari nanti saya dapat bertemu denganmu lagi dan juga orangtuamu sahwa? kumohon di 12 jam terakhir ini izinkan aku untuk melihatmu tersenyum bersamaku dan mungkin untuk yang terakhir kalinya. Sahwa kumohon izinkan aku tuk mencintaimu walaupun berdinding ruang dan waktu.”

Saya hanya terdiam dan bingung apa yang harus saya katakan. Sambil menghembuskan nafas perlahan-lahan saya mencoba menjawab ungkapannya dengan kata-kata yang tersusun rapih lagi lembut.

“ilham, jangan meminta harapan pada hamba-Nya seperti saya, namun mintalah pada Allah dan berharaplah pada-Nya, in shaa allah tak akan ada kata kecewa. Jika aku adalah milikmu, pasti kita akan bertemu dan bersatu pada ikatan yang diridhoi-Nya. Ilham, saya tak dapat menjawab pertanyaanmu karena saya tak dapat meyakinkan hatiku, saya tak ingin memberi jawaban palsu namun percayalah kau pasti akan mendapatkan seorang bidadari syurga, karena kau terlalu sempurna, assalamualaikum” sambil pamit dan pergi meninggalkannya.

Aku melihatnya menangis, namun aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.
Dan 12 jam telah berlalu itu artinya aku telah sampai di tempat tujuanku, aku mencari ilham di sepanjang penglihatanku, namun saya rasa allah telah menyembunyikannya dari pertemuan terakhir kita, mungkin ini yang terbaik agar dia tidak bersedih hati selalu. Aku pun langsung turun dan pergi meninggalkan dermaga itu, aku tersadar bahwa tempat ini telah banyak berubah.

“heeem bahkan baru satu tahun lebih aku meninggalkan kota ini, dan sudah banyak perubahannya, mudah-mudahan teman-temanku juga berubah menjadi lebih baik”
Sesampaiku di rumah…
“assalamualaikum, maahh?”
“waalaikumslam anakku yang paling cantik, ya udah simpan barang-barang kamu ke kamar lalu mandi yaahh syang?”
“iya buu”

Aku pun langsung membereskan barang-barangku dan mandi dan setelah itu mengobrol dengan keluargaku. Aku anak mereka satu-satunya, jadi wajar saja jika mereka begitu menjaga dan menyayangiku.
“setelah ini, kamu mau masuk mana?” Tanya ibu
“terserah ibu saja, sahwa ikut ibu sama bapak”
“masuk aliyah saja, di situ banyak teman-teman smp kamu juga” jawab ayahku
“eemmm iya paak!!”

Keesokan harinya aku pun langsung pergi bersama ibuku menuju sekolah baruku, rupanya aku masuk aliyah, dan saat teman-temanku melihatku, mereka pun begitu senang bahkan mereka sampai berteriak histeris memanggilku.
Saat aku masuk ke kelas dan memperkenalkan diriku pada mereke, aku langsung duduk di samping seorang murid pria, namanya rival dia baik, ramah, juga manis.

Aku melalui hari-hari yang begitu menyenangkan bersama teman-temanku, namun juga begitu melelahkan. Saat pulang aku pun langsung ke masjid, Karena kebetulan sekolah kami punya masjid, aku langsung melaksanakan shalat dzuhur dan selepas itu aku pun tertidur di masjid.

Saat aku bangun, rupanya masjid ini sudah kosong, tidak ada orang sama sekali, aku pun langsung bergegas pulang.
Keesokan harinya, aku pun ke sekolah lebih awal dari hari kemarin. Saat bel masuk kami tidak langsung belajar karena kata wali kelas kami, akan ada siswa baru lagii hari ini, eeem mengapa berturut-turut seperti ini. Dan betapa kagetnya aku saat melihat siswa baru itu, dia pun hanya tersenyum dan bahkan tidak ada wajah bersalah sedikit pun ketika melihatku, dia adalah risal, anak yang kucari-cari itu.
“astagfirullahaladziim? kamu?” dengan nada kaget
“kenapa sahwa? kamu kenal dia?” rival bertanya padaku dengan wajah bingung.
“tentu saja!! eehh tidak tidak aku tidak mengenalnya”

“assalamualaikum, nama saya muhamad risaldi, saya asal Makassar, saya pindahan dari sekolah kelautan” sambil tersenyum manis pada semua teman kelasku.

Dan tanpa kuduga banyak teman kelasku yang sepertinya terpikat padanya.
Kami pun sudah memulai proses belajar mengajarnya, dan anak baru itu terus memandangku dia bahkan tak melihat guru yang sedang mengajar di depan, benar-benar anak gila. Setiap melihatnya rasa benci pada hatiku semakin menjadi-jadi, walau berulang kali aku berusaha menenangkan hatiku namun kurasa pria itu sudah benar-benar keterlaluan, sampai hatiku pun tak dapat memaafkannya.
Saat bel bermain tiba aku pun langsung pergi mengambil air wudhu dan berusaha menenangkan hati.

“hey, assalamualaikum” 
“astagfiullahaladziim (kaget), huuuhhh kau mebuatku kaget saja, pergi sana” dengan nada keras
“heeem, kau pasti mencariku kan selama ini?” dengan nada mengejek
“apaa?? mencarimu? iyaa benar aku mencarimu baguslah kalau kamu sadar”
“kau pasti membenciku, aku minta maaf” sambil mengulurkan tangan dan mengajakku berjabat tangan denggannya.
“heey, kau pikir hanya meminta maaf saja itu cukupp?? haaa? kau bahkan mencoreng nama baikku kau memfitnahku, aku bahkan tak pernah berpacaran sama sekali dan kau melakukan hal yang begitu bodoh di hadapan teman-temanmu? kau pikir aku wanita apa? haaa? dan apa ini jabat tangan? kita bukan mahrom? kalau pun kita mahrom aku tidak akan pernah mau memegang tanganmu, kau mengerti jadi pergilah jangan pernah muncul di hadapanku, karena aku sangat membencimu.”

Aku langsung berlalu meninggalkannya, dan menuju masjid untuk menenangkan diri, orang pertama di dunia ini yang melihatku marah seperti itu adalah dia, hanya dia, dan Cuma dia, aku begitu marah tadi sampai tak dapat mengendalikan diri, biarlah dia juga tidak merekamku jadi hanya dia yang tau seperti apa wajahku tadi.
“heey, tak peduli seberapa dalam kau membenciku, aku tidak akan pergi darimu, kau mengerti? lagipulah berhati-hatilah, bisa jadi orang yang paling kau benci akan menjadi orang yang kau cintai suatu hari nanti,” sambil mengedipkan matanya padaku, lalu tersenyum dan pergi.
“benar-benar pria ituu, iiiihhh!!!”
Setelah pria gila itu pergi, saya pun berusaha menenangkan diri, dan di tengah-tengah dzikirku aku pun teringat pada ilham. Entah dimana dia sekarang, dan apakah perasaannya padaku masih sama seperti dulu.

“rabbii, saya tidak mengerti apa sebenarnya isi hati ini, namun saya percaya bahwa Engkau melindungiku beserta hatiku, kumohon jangan biarkan hati ini menyelipkan perasaan yang Engkau benci ataupun yang tidak Engkau ridhoi, rabbii lindungilah hati yang suci itu, lindungilah dia yang sempat membuatku bahagia, berikanlah ia kebahagiaan-Mu yang lebih dari yang ia bayangkan, serta lindungilah dia di jalan-Mu yang lurus”.

Setahun berlalu
Kini aku telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Banyak hari-hari yang sudah ku lewati, namun hingga kini aku tak pernah akrab dengan temanku itu, risal.
Kini risal mulai berubah, ia jadi lebih sering di masjid, membaca, ikut kajian islami, dan tentunya shalat. Jujur aku mulai kagum dengannya, dia yang kini sangat berbeda dengan yang dahulu, bahkan dia sudah tidak pernah dekat dengan wanita lagi, dibandingkan dulu semua wanita dia ajak cerita, dia ajak bercanda, dia ajak foto, dan hampir pula semua wanita dia ajak pacaran. Aku penasaran, kenapa dia tiba-tiba berubah drastis seperti ini.

Seminggu kemudian…
Semakin hari aku semakin kagum dengannya, kini dia sangat pendiam, dulu dia sering menggangguku tapi kini dia hanya diam menunduk sepanjang jalan. Karena penasaran aku mencoba mengajaknya mengobrol dengan sopan.
“afwan risal, assalamualaikum?” sambil menghampiri risal
“oh sahwa waalaikumslam warahmatullah” jawab risal
“boleh bertanya akhii?”
“mmm, apa itu yang mau ditanyakan?”
“kamu berubah cukup drastis, nggak kayak dulu!!” mencoba membuka pembicaraan.
“oohh, soal itu, pasti kamu kaget kan lihat aku yang sekarang?”
“eemm, cukup kaget!” jawabku singkat.
“karena aku ingin wanita yang sholehah, maka aku harus jadi pria yang sholeh juga kan?”

“maksudnya?” tanyaku sederhana.
“maksudnya, aku ingin mendapatkan jodoh wanita yang baik, jadi aku harus jadi laki-laki yang baik kan? di samping itu, aku ini kan pemimpin, jadi aku harus punya banyak pengetahuan untuk memimpin keluargaku nanti, karena ketika sudah menikah nanti aku ingin membawa keluargaku menuju surga-Nya sang Ilahi Rabbii.”
“eemm, gitu yaah? berarti perempuan yang akan jadi pendampingmu nanti beruntung banget, karena dia bersama seorang pemimpin yang mengutamakan kebahagiaan keluarganya” sambil tersenyum dan pergi.

Aku pun menjalani hari-hariku seperti yang lalu-lalu, tapi kini ada yang berubah pada diriku, aku rasa aku jatuh hati pada risal, tapi aku nggak pernah bicara ke siapa-siapa. Semakin hari aku semakin suka dengan risal, suka dengan sikapnya, tutur katanya dan semua tentangnya.
Dia benar, salah satu hadits berbunyi, “cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa jadi suatu saat nanti dia akan menjadi orang yang kamu benci. bencilah sewajarnya saja karena bisa jadi suatu saat nanti dia akan menjadi kekasihmu.” (HR. AL-TIRMIDZI) Kini aku menyukainya, aku akui itu, namun dia nampak biasa, dia nampak seperti seseorang tanpa rasa, lebih tepatnya rasa cinta untuk mereka-mereka, juga padaku yang sedang menyukainya.

Hanya tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki UN tingkat SMA/MA. Dan itu berarti tidak berapa lama lagi kita akan berpisah.
Malam itu aku hanya termenung memikirkan perasaanku yang kupendam sendiri dengan sepenuh hati. Aku berusaha mencari jalan keluar dari perasaanku ini, malam itu aku shalat istikharah meminta petunjuk dari sang Ilahi rabbii. Karena aku ingin tau bagaimana perasaan risal kepadaku, namun aku tak mugkin menanyakannya langsung pada risal.

Ujian telah berlalu sebagian teman-temanku ada yang sudah pergi kuliah lebih dahulu dan kudengar besok risal akan berangkat, heem jujur sedih rasanya, namun sebuah keharusan untuk berpisah. Aku menatap langit dengan tatapan kosong karena memikirkan hal yang sebelumnya tak pernah ku pikirkan. Ditemani malam yang dingin, kamar yang sepi, jendela yang terbuka dengan hiasan langit berbintang bersama redupnya cahaya malam aku pun menangis, mengapa aku mencintai seseorang yang kenyataannya akan pergi meninggalkanku, bahkan tak ada kepastian kapan kita akan bertemu, mengapa aku menyimpan hati pada seseorang yang bahkan entah dia mencintaiku ataukah tidak sama sekali, mengapa aku mencintai seseorang yang dulunya begitu kubenci, dan mengapa cintaku berakhir seperti ini, aku bahkan belum sempat mengatakan apapun padanya, ya Rabbii mengapa ujian ini engkau timpakan padaku? kumohon tenangkan hati ini rabbii.”
Seusai meratapi perasaanku sendiri aku teringat, malam ini aku berencana untuk ke masjid raya, ada acara baca puisi di sana. Dan ternyata ada risal di sana. Setelah 1 peserta lagi aku akan naik membawakan puisiku, dan tiba-tiba risal datang mendekatiku

“assalamualaikum sahwa, udah mau naik yah?” tanyanya padaku
“eeh, waalaikumslam, iya 1 peserta lagi.”
“jangan gugup yahh puisi kamu ditunggu banyak orang, bacalah dengan ikhlas, dan nikmatilah puisinya dengan hatimu, dan ketika kamu mulai gugup, lihatlah akuu, hehhehe”
“heeem, terima kasih sarannya.” Aku menjadi salting.
Aku pun naik dan membacakan puisiku. Setelah berpuisi aku langsung membereskan barang-barangku. Saat aku hendak pulang nampak dia tersenyum padaku. Dan untuk pertama kalinya sejak ia berubah, ia tersenyum seperti itu padaku. heem
Saat sampai di rumah aku melihat ada kertas di tasku dan ternyata itu surat dari risal.

Assalamualaikum ukhtii
Afwan jikalau aku membuang waktumu untuk membaca surat sederhanaku. Aku hanya ingin bilang padamu ukhtii, sejak dulu saat pertama kita bertemu hingga kini saat kita hendak berpisah lagi AKU MASIH MENCINTAIMU. tidak peduli bagaimanapun perasaanmu padaku, yang terpenting adalah aku mencintaimu, jaga dirimu selalu jikalau kita sudah berpisah nanti, kalaupun kau bukan jodohku, ku mohon ingatlah selalu bahwa aku pernah mencintaimu. Kalau kau membenci surat ini buang saja asalkan kumohon bacalah dulu sampai akhir surat ini, ini pun mungkin akan penjadi surat pertama dan terakhirku, aku sangat mencintaimu sahwa, maaf jika aku pernah membuatmu marah dan membenciku, namun ku mohon maafkanlah aku, besok aku akan pergi dan kamu tidak akan melihatku lagi, jadi kumohon jaga dirimu selalu, semoga di lain waktu kita dapat bertemu. Sahwa? pada hatimu yang damai itu, kumohon jagalah cintaku, kumohoon lindungi ragaku, dan izinkan aku untuk tetap mencintaimu selalu, meskipun tidak untukmu. Sahwa? terimakasih telah mengajariku banyak hal, hingga aku dapat berubah seperti sekarang, sahwa, pada jiwamu ku titip hatiku, pada hatiku, kuminta jiwamu.

Kumohon jangan lupakan aku meskipun hanya sebagai seseorang yang pernah menyakitimu. Aku janji jika aku sudah punya masa depan nanti aku akan mencarimu, dan aku akan membuatmu bahagia dengan cintaku. Tunggu aku di masa depanmu, sampaikan salamku pada orangtuamu, terima kasih sahwa di penghujung surat ini aku hanya ingin bilang ana uhibbuki ya ukhtii, yaa aku mencintaimu sahwa selalu mencintaimu..
Muhamad risaldi
Tanpa kata-kata dan aku hanya bisa menangis. Rasanya ingin ku bertemu dengannya dan melihatnya.

Keesokan harinya aku bergegas menuju pelabuhan berharap bisa bertemu dengannya, kalaupun untuk yang terakhir kalinya. Di tengah rimbunan orang, aku terlihat bagai angin taak berarah, melihat ke segalah arah tanpa tau yang mana yang akan menjadi tujuannya, sambil berharap akan ada sesorang yang hadir menghiasi mata yang yang penuh tanya yang tengah rindu bertemu dengannya.

Aku terus melihat semua sosok di depanku hingga mataku terhenti sejenak saat ku melihat sosok yang membuatku merindu pada hal yang baru. Rabbi mengabulkan doaku untuk bertemu dengannya tapi tidak untuk berbicara padanya. Setidaknya, aku dapat melihat senyumnya yang mungkin akan kurindukan.

Setahun berlalu, kini aku tengah berada di pesantren, dan hari-hariku selalu dihiasi dengan kerinduan, penantian dan kesabaran untuk bertemu dengannya. Aku pernah jatuh cinta pada hati yang lainnya, namun aku tak pernah berusaha melupakannya hingga kini, yang tersimpan adalah kerinduan yang mendalam pada cinta yang bahkan tak pernah memanjakanku dengan sikapnya. Aku masih terus berharap untuk kembali bertemu dengannya.

Hari itu, aku sedang membaca di bawah pohon depan masjid, dan terdengar dari belakang ada suara seseorang yang memberi salam padaku.
“assalamualaikum sahwa”
Sambil menjawab salamnya dengan perlahan aku berbalik, mencari wajah seseorang yang menyampaikan salam itu, dan ketika mataku bertemu dengan tatapannya, aku pun terkejut, hingga aku tak dapat berkata apa-apa. Dia adalah ilham, lelaki yang pernah mengucapkan selamat tinggal saat 12 jam terakhir pertemuan kita. Kini dia berdiri di hadapanku dengan mata berkaca yang seakan penuh kerinduan, aku pun seakan mampu membaca tatapannya dengan hatiku.

“bagaimana kabarmu sahwa?” sambil tersenyum dan menatapku.
“ilham, kapan kamu datang, dddan dari mana kamu tahu kalau aku di pesantren, daan dengan siapa kamu ke sini?” dengan wajah kebingungan dan bicara yang gagap.
“kamu belum jawab sahwa, bagaimana kabarmu?”
“alhamdulillah aku baik-baik saja am”
Sambil tersenyum ia pun menjawabku
“cintaku melacak keberadaanmu, dan akhirnya hatiku menemukanmu, tepat di hadapanku.” Tegasnya sambil tersenyum manis

“ilham, kamu ini aku serius,”
Dia pun hanya tertawa, dan mengajakku pergi ke teras masjid untuk bercerita dengannya, kami bercerita cukup lama dan panjang hingga akhirnya, tiba pada menit dimana aku tidak pernah menduga bahwa akan seperti ini.

“sahwa, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim dan mengharapkan ridho-Nya saya ingin melamarmu, izinkan saya memimpinmu, dan menjadi imammu, yang memberi nafkah untukmu, serta berbagi kebahagiaan bersamamu.” Dengan wajah penuh keseriusan ia mengatakannya.
Aku terkaku, terpaku, terdiam, terhentak, dan tak mampu berkata apapun saat itu, namun aku tetap berusaha tuk menjawabnya, entah kenapa aku terus mengingat risal, bahkan saat aku ingin menjawabnya hanya risal yang kuingat.

“ilham, bukan maksudku ingin mengecawakanmu, apalagi menyakitimu, namun aku tak ingin memberimu cinta yang separuh, aku ingin memberimu cinta yang sepenuhnya. Tapi, aku tak bisa ilham, aku tak bisa memberimu cinta, karena hatiku sudah dimiliki oleh orang lain. Maafkanlah aku ilham, ku mohon maafkanlah aku yang terlalu jahat untuk karena mengatakan ini, tapi yakinlah dan aku percaya kau pasti akan mendapatkan seorang bidadari syurga, yang penuh akan cinta, yang memberimu kebahagiaan seutuhnya, bukan yang seperti saya yang tak mampu mencintaimu.”

Aku pun langsung pergi meninggalkannya dengan penuh air mata, begitu pula dengannya, dia menangis dan aku tak sanggup melihatnya, saat aku sedang berjalan meninggalkannya, hatiku seakan mendorongku untuk kembali, dan ketika aku berbalik dan melihatnya aku pun langsung menghampirinya dan merapatkan kedua telapak tanganku untuk meminta maaf padanya.

“ilham, aku mohon aku mohon ilham jangan menangis, aku mohon jangan menangis seperti itu, aku minta maaf ilham, sungguh aku minta maaf, aku hanya tidak ingin memberimu cinta yang pada dasarnya bukan untukmu, aku tidak ingin memberimu kebahgiaan palsu dan aku tak mampu menciptakan kebahagiiaan yang sesungguhnya untukmu, kumohon ilham tinggalkan aku dan carilah bidadarimu, jangan berharap lagi padaku, dan pada siapapun itu, kecuali pada Rabbmu karena Dialah yang mengetahui takdirmu.”
Dan aku pun benar-benar meninggalkannya. Dia telah pergi dan mungkin aku tak akan menemuinya lagi.

Aku terus meratapi kejadian hari ini hingga saat waktu shalat magrib pun tiba dan aku pun langsung bergegas melaksanakan shalat, di tengah sujud terakhirku kutitipkan doa panjangku pada-Nya.

“rabbii, betapa murah hatinya engkau ketika engkau mengampuni dosaku, betapa pengasih Engkau ketika engkau membiarkanku merasakan nikmat cinta-MU, betapa penyayangnya Engkau ketika Engkau membiarkanku tuk kembali bertemu dengannya, rabbii, pada hati yang Engkau lindungi kumohon izinkan aku tuk dilindungi. Rabbi, jikalau bukanlah pasanganku maka ajari aku tuk lebih dewasa lagi, dan jikalau dialah jodohku, maka izinkanku tuk bersama denganya dengan penuh keridhoan-Mu. Kalaupun dia bukan jodohku izinkam aku tuk melihatnya, untuk terakhir kali sebelum aku memilih untuk pergi dari hatinya, hidupnya, jiwanya, dan cintanya.. Engkaulah Rabbi sang pengabul harapanku.

Sebulan berlalu…
“kak sahwa, ada yang nyari kakak di depan” sapa seorang santriwati padaku
“siapa dek?” tanyaku singkat
“nggak tau kak, intinya dia cowok” jelasnya singkat
“cowok? siapa yah? ohya makasih ya dek!
“iye kak sama-sama”
Aku langsung menuju ke depan, dan betapa kagetnya aku saat bertemu dengannya, namun ada yang lain pada wajahnya, senyum penuh keraguan yang kurasakan nampaknya akan beriringan dengan kekecewaan.

“assalamualaikum sahwa!!” dengan nada seperti merasa bersalah
“waalaikumslam akhii, kamu sudah dapat masa depanmu, sampe nyariin aku? jawabku menyenangkan suasana
“iya wa, udahh, aku kerja di bagian pelayaran” jawabnya datar
“alhamdulillah, terima kasih sudah nepatin janji untuk cari aku,”
Sambil menatapku dan tanpa kusangka dia menangis saat melihatku.
“kamu kenapa risal? apa ada yang salah?” tanyaku agak kaget.
“wa, maaf bukan maksud ingin mengkhianatimu, juga ingin mengecewakanmu, wallahii sahwa saya tidak bermaksud untuk menyakitimu, namun maafkan aku yang memintamu tuk menunggu, maafkan aku yang memintamu tuk menantiku, maafkan aku dari awal perkenalanku selalu ku menyakitimu bahkan hingga akhir ceritaku aku masih menyakitimu, sahwa afwan afwan sahwa maaff sahwa maaf”

“memangnya kenapa risal? jawab?” jawabku sambil meneteskan air mata
Dari sisi lain kudengar suara seorang wanita mengucapkan salam
“assalamualaikum sahwa?”
“waa aalaikumslam!!
Sambil mengulurkan tanganya ia mengajakku berkenalan.
“saya istrinya risal, nama saya unhy” sambil tersenyum Tanpa mejawab apapun saya langsung menangis, saya tidak tahu harus bagaimana dan mengatakan apa, saya hanya bisa menutup wajahku dengan telapak tanganku sambil menangis di depan mereka berdua, dan mengapa allah memberi cobaan ini padaku, saya terus beristighfar dan juga menangis.

Sambil mengusap air mataku aku pun berusaha mengatakan isi hatiku padanya.
“risal, saya tahu saya memang tidak sebaik dan sesempurna istrimu ini, tapi setidaknya saya pernah kau cintai, kau memintaku menunggumu, dan aku menunggu, kau memintaku menjaga hatiku dan aku pun melindungi hatiku dengan begitu baiknya, tapi mengapa kau mengkhianatiku seperti ini, setidaknya tak dapatkah kau sampaikan terlebih dulu bahwa sudah saatnya saya berhenti menanti, kau tidak punya hati, aku menolak lamarannya karena percaya padamu dan kau kembali dengan ini, risal dimana hatimu risal? dimana? mengapa kau mengenalku hanya untuk menyakitiku? apa salahku? aku menjaga hatiku untukmu risal, hanya untukmu, tapi mengapa ini balasanmu risal, (sambil menangis)

setidaknya terima kasih sempat mengajariku tentang cinta, kesabaran, penantian dan pada akhirnya pada akhirnya aku pun harus belajar tentang keikhlasan, rabbi maha adil dia memeberikanmu bidadari yang terlalu sempurna untuk diabaikan, risal saya mencintaimu dengan hatiku, dan akan melupakanmu dengaan cintaku, terima kasih telah memintaku menanti dan kemudian dikhianati.

Jagalah istrimu, bahagiakan dia, dan jadilah imam yang baik seperti yang dulu yang sempat kau katakan padaku. Terima kasih sempat membuatku menunggu”

THE END








Judul Cerpen Cintaku Adalah Kekasihnya
Cerpen Karangan: Riza Novelia Ananda Malra
Kategori: Cerpen Cinta Islami, Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 18 February 2017






This post first appeared on Info Khasiat Herbal Dan Cara Pengobatan Tradisional, please read the originial post: here

Share the post

Cintaku Adalah Kekasihnya (cerita pendek)

×

Subscribe to Info Khasiat Herbal Dan Cara Pengobatan Tradisional

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×