Mengenal rasul merupakan sebuah bahasa yang sangat penting dalam pembinaan keagamaan seorang muslim. Dalam kalimat syahadat kesaksiannya yang pertama yang dilakukan seorang adalah keyakinan bahwa Allah itu Esa dan yang kedua adalah keimanan terhadap kerasulan Muhammad SAW. Oleh karena itu pengenalan terhadap Rasulullah SAW sangat menentukan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan seseorang terhadap ikrar keislaman mereka, karena dari sinilah terbentuklah kepribadian muslim.
Related Articles
Mengenal rasul menjadi sebuah keperluan yang asasi bagi kaum muslimin masa kini karena mereka tidak hidup bersama dengan nabi, mereka harus beriman kepada kerasulan Muhammad SAW dengan keimanan yang sebenar-benarnya. Inilah sebuah upaya untuk menghayati makna syahadatain.
Ibnu Qoyyim menerangkan bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah mengenal para rasul dan ajaran yang dibawanya, percaya akan berita dan yang disampaikannya serta taat pada yang diperintahkan, sebab tidak ada jalan menuju kebahagiaan dan keberhasilan di dunia dan akhirat kecuali dengan tuntunan para rosul. Tidak ada pula petunjuk untuk mengetahui yang baik dan buruk maupun keutamaan yang lain kecuali mengikuti rasul untuk mendapatkan ridha Allah.
Beliau adalah Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muththalib (nama aslinya Syaibah) bin Hasyim (nama aslinya ‘Amr) bin ‘Abdu Manaf (nama aslinya al-Mughirah) bin Qushay (nama aslinya Zaid) bin Kilab (nama aslinya Hakim/’Urwah) bin Murrah bin Ka’ab bin Lu`ay bin Ghalib bin Fihr (dialah yang dijuluki dengan Quraisy) bin Malik bin an Nadhr (nama aslinya Qais, jumhur ahli nasab mengatakan dialah Quraisy) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (nama aslinya ‘Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ’Adnan. (As-Siyar 26/29-32, al-Bidayah 2/657, Zadul Ma’ad hal.70, ar-Rahiqul Makhtum hal.48, Jawami’ as-Sirah hal.2)
‘Adnan termasuk anak cucu Nabi ‘Ismail bin ‘Ibrahim ‘alaihimas salaam menurut kesepakatan ulama (Fathul Bari 7/213, al-Bidayah 2/590, Zadul Ma’ad 1/70-71, as-Siyar 26/29, Mukhtashar Sirah hal.36)
Sedangkan ibu beliau adalah Aminah bintu Wahb bin ‘Abdu manaf bin Zuhrah bin Kilab (ar-Rahiqul Makhtum hal.52, Raudhatul Anwar).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam lahir di pemukiman bani Hasyim di kota Mekah, di pagi Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal di tahun gajah, atau bertepatan dengan tanggal 22 April 571 M. Selama 53 tahun beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tinggal di sana, 40 tahun sebelum kenabian & 13 tahun setelah kenabian, lalu hijrah ke Madinah menetap dan melanjutkan dakwah tauhid selama 10 tahun, hingga wafat pada waktu dhuha Hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah dalam usia 63 tahun atau 63 tahun 4 hari. (Al-Bidayah 2/662-664, 3/7 & 5/248-256, as-Siyar 26/33-37 & 27/471-476, ar-Rahiqul Makhtum hal. 54-55 & 468-469, Zadul Ma’ad hal.74-75,469, Raudhatul Anwar, Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah hal.99.)
Pribadi beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dikenal dengan kejujuran, amanah, menjaga kehormatan dan dengan berbagai budi pekerti luhur lainnya, sejak sebelum beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi nabi dan rasul. Hingga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendapat julukan al-Amin yang artinya bisa dipercaya. Adapun setelah Islam kemuliaan sifat atau pribadi beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam semakin tinggi sebagaimana yang dikabarkan oleh Aisyah. Dari Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir, dia berkata, “Aku mendatangi Aisyah maka aku berkata, ”Wahai ummul mukminin kabarkanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah,” maka beliau berkata, ”Adalah akhlak beliau Al-Qur`an, tidakkah kau membaca Al-Qur`an?” (HR. Ahmad)
http://feeds.feedburner.com/KanzunSulaiman