Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

KELAS AMPHIBIA









Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembap dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.

Amfibia mempunyai ciri-ciri:


  1. Tubuh diselubungi kulit yang berlendir.
  2. Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm).
  3. Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik.
  4. Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
  5. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam.
  6. Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam.
  7. Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).


Taksonomi Amfibi yaitu:

Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Subfilum          : Vertebrata
Subkelas          : Tetrapoda
Kelas              :  Amfibia

Menurut Cogger (1999) amfibi terbagi menjadi tiga bangsa yaitu salamander (bangsa caudata), sesilia (bangsa gymnophiona), dan katak dan kodok (bangsa anura).

Bangsa caudata atau salamander merupakan bangsa yang bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa sisik. Bangsa kedua yaitu sesilia atau gymnophiona yang mempunyai ukuran paling kecil diantara amfibi yang lain. Bentuknya seperi cacing dengan kepala dan mata yang tampak jelas. Satu lagi bangsa amfibi yang paling umum dijumpai yaitu bangsa anura atau katak. Katak mudah dikenali dari tubuhnya yang tampak seperti berjongkok dengan empat paha untuk melompat, leher yang tidak jelas, dan tanpa ekor (Iskandar 1998). 


Bangsa sesilia tersebar di daerah tropis, kecuali di Madagaskar, New Guinea dan Australia. Salamander tersebar luas di daerah temperate dari belahan bumi utara meskipun terdapat satu famili yang terdapat di daerah tropis. Sedangkan bangsa anura tersebar hampir di seluruh dunia, dengan keanekaragaman tertinggi di daerah tropis (Cogger & Zweifel 2003).

Bangsa sesilia mempunyai ukuran terkecil 15 mm sedangkan yang terbesar mencapai 1,5 meter. Bangsa salamander mempunyai ukuran terkecil 27 mm dan yang terbesar mencapai 160 cm. Sedangkan bangsa anura terkecil berukuran 1 cm dan yang terbesar mencapai 40 cm dengan berat 3,3 kg (Hofrichter 2000).


Pada bangsa Anura, terdapat pembeda antara katak dan kodok berdasarkan pectoral girdle. Pada katak, pectoral girdle mereka bertipe firmisternal yaitu coracoids melekat sejajar dengan epicoracoid. Sementara itu, pada kodok, pectoral girdle mereka bertipe arciferal yaitu coracoids saling tumpang tindih (overlap) dengan epicoracoid. Selain itu, pelvic girdle antara katak dan kodok pun berbeda berdasarkan diapophysis sacralis masing-masing yang terletak di cingulum pelvicale. Pada kodok, bentuk diapophysis sacralis lebih tebal dan berbentuk seperti pita. Sementara itu pada katak, diapophysis sacralis berbentuk silindris dan ada peninggian pada tulang yang disebut illium crest.

Seperti yang telah dijelaskan di awal, amfibi memiliki dua fase kehidupan yang berbeda. Fase tersebut adalah fase berudu yang merupakan fase dimana amfibi hidup di dalam air, dan fase dewasa dimana amfibi mulai berpindah di kehidupan darat. Oleh karena itu, amfibia termasuk hewan vertebrata yang mengalami metamorphosis sempurna. Ketika berudu, amfibia bernapas menggunakan insang dan setelah dewasa insang tersebut mulai menghilang dan mulai bernapas dengan paru-paru. Setelah desawa pun, amfibi tidak sepenuhnya di darat karena mereka masih memerlukan air untuk bereproduksi, mencari makan, dan lain-lain. Namun, beberapa jenis amfibi misalnya dari Familia Plethodontidae tetap tinggal di dalam air dan tidak menjadi dewasa. Mereka selama hidup terus berada dalam fase berudu dan berkembangbiak secara neotoni atau paedomorfisme yaitu bentuk larvanya tetap hingga dewasa (Hidayat, 2009).
Habitat amfibi selalu di daerah yang berhubungan dengan air, misalnya sawah, sungai, pantai, kolam, danau, hutan primer atau sekunder, dan lain-lain. Persebaran amfibi di Indonesia dari Aceh hingga Papua dan selalu ada di setiap pulau. Terdapat sekitar 4600 jenis amfibi yang ada di dunia dan yang berada di Pulau Jawa sekitar 57 jenis (Iskandar, 1998).


This post first appeared on EKA SAPRI ALVYANTO, please read the originial post: here

Share the post

KELAS AMPHIBIA

×

Subscribe to Eka Sapri Alvyanto

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×