Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

SEKEPING UANG KOIN

Tags: koin prita

Sekeping uang Koin mungkin tak berarti. Namun, kumpulan jutaan koin
bisa membentuk benteng kuat melindungi si lemah. Recehan yang sering dianggap tak berarti menjadi meriam pembobol dominasi penindas, hasil sistem yang korup. Lewat koin, rakyat unjuk gigi meraih keadilan. neli triana dan Sarie Febriane
Sejak pukul 10.00 tadi saya di sini. Uang tidak punya, jadi membantu menghitung saja. Semoga kasus Prita (Mulyasari) selesai dengan adil. Jangan sampai seperti anak saya yang akhirnya meninggal,” kata Sabarudin (60), sukarelawan penghitung koin di Posko Wetiga, Jalan Langsat I Nomor 3A, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (15/12). Sabarudin berasal dari Lampung dan sedang berada di Jakarta untuk berobat. Dua sampai tiga tahun lalu ia pernah terlunta-lunta di
Jakarta saat mencari pengobatan bagi anaknya yang sakit gagal ginjal. Untuk mengurus asuransi kesehatan bagi warga miskin, Sabarudin harus bolak-balik Lampung-Jakarta. Prosedur yang dirasa menyulitkan itu berbuah keterlambatan pelayanan kesehatan dan berakhir fatal. Bagi Sabarudin, berada di Posko Wetiga membuatnya bisa membalas ketidakadilan yang pernah ia rasakan. Rasa senasib juga ditunjukkan Yos Sudarso (71). Laki-laki yang giat membantu menghitung koin Prita sejak Senin ini pada 1960-an dikeluarkan dari kantornya. Alasannya sepele. Ia melayangkan surat
pembaca berisi protes kepada atasannya yang berjanji mengucurkan kredit rumah, tetapi tidak dipenuhi. Kisah Yos yang dimuat di media massa mengundang simpati masyarakat kala itu. Kalau Prita mendapat koin, Yos mendapat kiriman uang melalui wesel pos. Sabarudin dan Yos adalah bagian dari sedikitnya 30 sukarelawan
penghitung koin untuk Prita di Posko Wetiga. Hingga Selasa pukul 20.40, sumbangan koin Prita mencapai Rp 482.101.475. Koin sebagian besar berupa pecahan Rp 500 berdiameter 2,7 sentimeter, berat 3,25 gram, dan tebal 2,5 milimeter, serta koin Rp
100 berdiameter 2,3 sentimeter, berat 1,88 gram, dan tebal 2 milimeter. Jika disusun bertumpuk, beratnya mencapai 10 ton lebih dengan ketinggian berpuluh kali tinggi Tugu Monas.

Gerakan tanpa pemimpin
Dalam daftar penyumbang koin di Pos Wetiga tercatat penyumbang datang dari seantero negeri dan warga negara Indonesia di luar negeri. Sementara penyumbang koin dan sukarelawan penghitung koin berasal dari bermacam kalangan. Sejak Senin lalu, di Posko Wetiga terlihat penyanyi Indah Sita Nursanti, perwakilan dari instansi Pemerintahan, karyawan sejumlah perusahaan swasta, politikus, remaja, hingga Bachrudin, penjual es keliling. Mereka tidak canggung duduk membaur bersama, di karpet merah yang tergelar di pelataran rumah yang menjadi pos Koin Peduli Prita itu. Inilah sebuah gerakan massa yang tak punya pemimpin, tak perlu komando, dan tak perlu panitia khusus. Namun, gerakan itu berjalan mulus, tanpa konfrontasi, damai, penuh keikhlasan, bersemangat, dan gaungnya membahana. ”Dari gerakan ini, terbukti bangsa kita masih punya rasa solidaritas yang tinggi, tidak individualistis. Ketika pemerintah dan wakil rakyat seperti tak ada, rakyat bisa bergerak sendiri,” kata Yusro MS (49), sukarelawan. Tak hanya sumbangan koin dan tenaga hitung, beragam bentuk bantuan lain juga datang, mulai dari makanan dan minuman untuk sukarelawan, perlengkapan mengemas koin, hingga gel pembersih tangan. Pengiriman paket koin dari daerah juga digratiskan oleh perusahaan jasa kurir.
Handaru, salah seorang sukarelawan, mengatakan, solidaritas gerakan bahkan akan diwujudkan dalam bentuk konser musik. Acara itu direncanakan Minggu (20/12), bertepatan dengan Hari Kesetiakawanan Nasional, di Hard Rock Cafe, Plaza eX, Jakarta Pusat. Sekitar 20 musisi sudah bersedia tampil. ”Prita tentu diundang karena kami akan menyerahkan secara simbolik sumbangan koin untuknya,” kata Handaru.

Mencari bank
Yusro mengatakan, satu hal yang belum terpecahkan saat ini adalah menemukan bank yang bersedia menerima jutaan koin itu untuk dimasukkan dalam rekening atas nama Prita. Penggunaan dana itu diserahkan sepenuhnya kepada Prita.
Kasus Prita Mulyasari (32) merebut perhatian masyarakat dan memicu rakyat tergerak membelanya. Prita digugat dan didakwa kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan, karena mengirimkan e-mail ke beberapa temannya, yang berisi keluhan pelayanan rumah sakit itu. Meski Omni telah
mencabut gugatan perdata, perkara pidananya masih dihadapi Prita. ”Saya tak kenal Prita. Ini bukan masalah pribadi dia, tetapi menyangkut masalah orang kecil. Barangkali, kalau tidak ada gerakan massal begini, sulit ada keadilan murni bagi orang kecil,” kata Lina, sukarelawan.
Gerakan ini menyimpan pesan bagi penguasa dan pemodal: ketika rasa keadilan terusik, rakyat selalu punya kekuatan.



This post first appeared on LURIK PEDAN, please read the originial post: here

Share the post

SEKEPING UANG KOIN

×

Subscribe to Lurik Pedan

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×