Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Membalas Cerita Ombak

MEMBALAS CERITA OMBAK
Ali Syamsudin Arsi

Kata-kata ombak:

( 1 )
“Ya ampun, Odes et Ballades itu karya Victor Hugo. Itu puisi terkenal, Wai! Dia itu putra seorang jenderal yang cukup terkemuka di zaman Napoleon. Oh, ya, antologi puisinya yang lain juga tak kalah hebat, seperti Les Orientalis, Les Voix Interiues, dan Les Rayons et Les Ombers.”

Aku manggut-manggut dengan bosan. “Kurasa kamu tahu, aku Dari dulu tidak suka sejarah.”

“Ini bukan sejarah, ini ilmu sastra, Wai, sastra!” protes Lian. Mulutnya memberengut. Sejenak kemudian, wajahnya menatapku serius. Dia menepuk judatnya dengan keras. “Jangan bilang kamu juga tidak kenal Sir Walter Scott, atau lebih parah lagi, kamu tidak tahu Joseph Kipling itu siapa!”

….

“Coba kamu tanyakan tentang puisi karya Gaseline Ahmad, Iberamsyah Baihaqi, Amadita Fulkani atau Rindu Ara Lesmana, ya … pasti aku tahu.”

// Sepucuk Surat dari Temanku; Aulia Fitri, halaman 3.

Salam gumam asa, Nukilan Dari Buku “Sepucuk Surat dari Temanku”

editor: Andi Jamaluddin Ar Ak

( 2 )
“Ayu,” ucap Putri lembut, “Kalau hanya berlatih sesering-seringnya tidaklah cukup. Latihanmu harus diselingi dengan membaca karya-karya sastra juga.”

“Karena kita masih dalam tahap berkembang,” jawab Putri, “Kita perlu belajar dari orang lain dengan cara membaca karya-karya mereka. Karya-karya sastra dari orang-orang yang sudah berpengalaman bisa jadi sumber inspirasi kita, lho. Jadi menurutku, kalau cuma belajar sendiri belum tentu cukup.”

“Maksudmu seperti kita membaca karya-karya orang lain dan meniru mereka?”

“Wah, bukan!” Putri mengeluarkan pekikan. “Itu terlarang! Tidak boleh! Maksudku adalah, kita harusnya mencontoh dari orang-orang profesiaonal lewat karya-karya mereka. Menurutmu apa kita bisa belajar membuat puisi tanpa melihat puisi.”

            // Alasan Sebenarnya; Dinzha Fairrana Atsir, halaman 18-19.

Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 3 )
Tapi Lana menggelengkan kepalanya.

“Aku harus mendapatkan ikan yang banyak hari ini, Bu,” ucapnya lembut.

Ibunya mencoba membujuknya, tapi entah kenapa Lana tetap bersikeras untuk pergi melaut hari itu. Dan Pak Udin menuruti kemauan anaknya dengan hati yang berat.

// Nyanyian Anak Nelayan; Eka Ayunita, halaman 26.
Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”

editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 4 )
Hamzah menyesal tak mengetahui ini dari dulu. Andaikan dia mengetahuinya dari dahulu, dia akan setia melindungi dan menjadi sahabatnya. Dan tentulah dia akan berguru kepadanya yaitu Maryam.

“Gadis gagu itu …, kenapa dia menyembunyikan dirinya? Dan kenapa hari ini dia tidak mengirimkan puisinya?” Hamzah heran.

“Akh, besok Maryam harus menceritakan semuanya kepadaku,” kata Hamzah dalam hati yang tak sabaran ingin bertemu Maryam.

            // Kutemukan dalam Cerita; Fathul Jannah, halaman 37.

Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 5 )
Dari kejuhan terlihat Buku Kunci Hitam melayang dan berkata, “Mereka anak-anak yang beruntung, Cerdas dan pantang menyerah. Akan kutulis kisah ini di dalam bukuku  untuk membuktikan kepada generasi yang akan datang bahwa buku adalah jalan menuju kesuksesan.”

            // Kunci Hitam; Firdha Assyfa, halaman 52.
Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 6 )
10 tahun kemudian.

Seorang pria turun dari mobilnya. Ia membuka bagasi mobil dan menurunkan sebuah kardus yang penuh berisi buku.

….

“Oh, saya hanya ingin menyumbangkan beberapa buku koleksi saya,” jawab pria tersebut.

Guru itu pun menghampiri pria tersebut dan menatapnya lekat-lekat. Lalu beliau membuka kardus yang dibawa pria tadi. Ia pun tersenyum melihat beberapa novel yang melampirkan nama penulis yang tak asing lagi baginya, M. Ardhi Faddakiri.

            // Sebuah Proses; Jihan Nadiah, halaman 62-63.

Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 7 )
Menjadi nelayan adalah pekerjaan turun-temurun dari keluarganya. Ayah Rio saat muda sudah menangkap ikan dan diturunkan kepada Rio, maka dari itu Rio tidak asing lagi dengan hal tersebut. Semenjak hari itu, keseharian Rio adalah bekerja untuk mencari biaya pengobatan Bapak.

            // Ayahku Seorang Nelayan; Kharisma Anjar Siska, halaman 75.

Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 8 )
“Berita itu sangat cepat dan mudah tersebar,” kata Lan dalam hati sembari mengingat kelompok-kelompok siswa berjumlah lima yang menggerombol di depan perpustakaan. “Bagaimana bisa? Berita itu?” tanyanya lagi dengan setengah berbisik pada dirinya sendiri sembari merangkai langkah pulang dari sekolah.

Sunyi, senyap dan hening. Itulah ungkapan dari diamnya semua hal yang ada di rumah, kecuali suara hujan yang volumenya telah mengecil. Lan mengambil kursi dan memposisikan dirinya untuk duduk di depan jendela yang terbuka, renungan pun dimulainya.

// Alasan Sebenarnya; Ningrum Zahrohtul Janah, halaman 80 dan 81.
Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 9 )
“Setiap manusia itu berhak mempunyai impian, berhak mewujudkannya. Berusahalah dan berdoalah, setiap ada kemauan, keberhasilan pasti mengiringi langkahmu. Apabila awal dari langkahmu gagal, itu wajar. Karena Tuhan ingin menilai seberapa mampu kamu mempertahankan impianmu itu dan Tuhan selalu merencanakan yang terbaik dari segala hal yang baik.”

            // Secercah Impian Nyata Sang Idola; Sarah Abdaliah, halaman 95.
Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 10 )
Aku tersentak ketika peringatan waktu istirahat akan segera berakhir terdengar dari pengeras suara sekolah. Peringatan yang kemudian memecah keheningan di perpustakaan. Aku memang selalu merasa kekurangan waktu jika sudah menikmati bacaan di perpustakaan. Seperti biasa, aku lebih suka menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan.

            // Perpustakaanku Sayang; Sumarni, halaman 90.
Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

( 11 )
Hari-hariku selanjutnya kuisi dengan menambah pengetahuanku tentang karya sastra.

// Sastra dalam Nadi; Risna Ningsih, halaman 107.
Salam gumam asa, nukilan dari buku “Sepucuk Surat dari Temanku”
editor Andi Jamaluddin Ar Ak

Harapan-harapan Ombak
Ali Syamsudin Arsi

Sebaiknya saya tidak terlalu masuk kepada persoalan teknis bagaimana menulis yang baik dan ini dan itu, tetapi saya ingin lebih kepada bagaimana melihat potensi dan sumber daya dari para penulis buku ini sebagai aset yang selayaknya diperhatikan sejak dini dan tentu akan menjadi bagian dari ruang gerak pembangunan di daerah ini, khususnya bagi seluruh kawasan Kabupaten Tanah Bumbu.

Tentu saja mereka akan terus berproses sejalan guliran waktu bila bicara tentang teknis menulis yang baik, dan itu wajib mereka lakukan, masih banyak hal yang harus dilakukan dan biarlah itu berjalan karena kita yakin mereka selalu belajar untuk menjadi lebih baik.

Kata-kata ombak dari mereka sebagai rangkaian susun kata menjadi kalimat dan susun kalimat menjadi paragraf kemudian susun paragraf menjadi wacana-wacana sudah menunjukkan bahwa mereka peduli kepada sekitarnya, itu berarti mereka sangat mengetahui dan selalu memperhatikan maju mundurnya pertumbuhan juga perkembangan di sekitar mereka tinggal.

Ada banyak hal yang layak dan memang semestinya mereka dapatkan dengan kemampuan beberapa instansi terkait atas prestasi yang mereka raih dalam proses kepenulisan ini dan ketika itu dikumpulkan kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku maka tentu tidak hanya berhenti sampai di sana saja, apakah setelah itu semua dianggap selesai, tentu jawabnya tidak begitu seharusnya. Lantas, bagaimana.

Potensi mereka tentu saja perlu wadah yang lebih khusus dan menjadi orang-orang istimewa karena dari kemampuan mereka serangkaian agenda sebanyak mungkin acara dapat mengikutinya.

Beberapa misal:
Pernahkah mengajak mereka berkunjung ke perpustakaan kemudian mereka tahu semua aktifitas sebuah perpustakaan. Adakah layanan khusus dengan penjelasan-penjelasan terbaik yang diberikan kepada mereka ketika mereka nanti sudah berada di sebuah perpustakaan, tentu saja petugas perpustakaan sangat memahami apa yang seharusnya dilakukan dan menerima mereka dengan penuh suka dan polesan senyum keramahan.

Imbal baliknya adalah mereka diminta untuk menghasilkan tulisan atas pengalaman selama berada di perpustakaan bahkan bila memungkinkan mengadakan agenda ‘magang’ beberapa hari di perpustakaan.

Adakah agenda serius dari Dinas Pendidikan yang memperjalankan mereka dari satu sekolah ke sekolah lain sebagai bentuk sosialisasi tentang prestasi yang mereka raih baik satu kelompok besar maupun dibagi dalam kelompok-kelompok kecil lalu masuk ke dalam kelas dan berbincang banyak tentang kepenulisan yang mereka lakukan.

Imbal baliknya tentu saja ada kewajiban untuk menuliskan laporan perjalanan atau kesan-kesan mereka dan dalam jenis puisi pun tidaklah mengecewakan. Apalagi selain cerita pendek mereka tentu juga mampu menjelajah dalam jenis puisi.

Pernahkah seorang Bupati dengan jajarannya memperhatikan mereka lalu mengundang masuk ke ruang kerja untuk berbincang banyak bagi mimpi-mimpi dan harapan yang akan diwujudkan pada setiap program pembangunan di seluruh Tanah Bumbu ini. Biarkan mereka merekam dan membuka daya imajinasinya masing-masing, yang jelas sebuah perlakuan positif untuk perkembangan jauh ke depan. Bagaimana pun mereka adalah orang-orang istimewa yang akan turut berupaya membuka cara berpikir dan berlaku atas zaman yang nanti diembannya masing-masing. Layak dan wajar kepada mereka untuk mendapatkan beasiswa atas upaya dan capaian ini juga untuk selanjutnya.

Imbal baliknya serahkan kepada mereka karena pada memori mereka sudah secara otomatis bekerja apa yang semestinya mereka lakukan.

Tersediakah ruang khusus bagi mereka ketika ada perayaan rutin di daerah ini yang bernama pesta pantai itu, atau banyak dari kita cuek saja dan tidak pernah memperhatikan bahwa dari sebuah tulisan apalagi dari banyak tulisan akan semakin mencerdaskan banyak orang dan dari proses cerdas itu maka perkembangan daerah ini akan semakin jauh melejit melewati batas-batas yang biasa karena dari tulisan itu akan hadir ide-ide dan gagasan-gagasan yang luar biasa.

Mari kita simak dan resapkan kata-kata ombak dari cerita-cerita yang telah mereka buat di atas.

Mari kita balas cerita-cerita ombak mereka dengan keterbukaan ruang-ruang atas masa depan mereka yang lebih baik, karena masa depan mereka adalah juga masa depan seluruh kepentingan warga daerah mereka tinggal.

Mari sebarkan tulisan mereka dalam bentuk apapun ke seluruh penjuru daerah kita karena biasnya adalah pencerdasan sesuai bahasa mereka.

Mari kita susun agenda sebagai mata rantai yang tak putus sampai di sini sebab ini belum selesai.

Apakah kita benar-benar peduli kepada dunia kepustakaan dan terlebih dunia penulisan. Karena kita peduli maka agenda lomba tentu akan diiringi dengan mata rantai agenda lain agar kepedulian kita menjadi maksimal.

Salam gumam asa
Banjarbaru, 23 September 2015.

—————————-
Kertas kerja ini disampaikan pada acara bedah buku untuk memasuki ruang motivasi kepada para penulis dalam buku kumpulan sebelas cerpen “Sepucuk Surat dari Temanku” (kumpulan cerpen hasil lomba mengarang cerpen tingkat sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas/ sederajat se-Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2015, oleh Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Kabupaten Tanah Bumbu), diskusi terbuka pada hari Selasa, tanggal 29 September 2015 di Aula SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Pagatan, Kec. Kusan Hilir, Kab. Tanah Bumbu, Prov. Kalimantan Selatan; Editor buku : Andi Jamaluddin Ar Ak.



This post first appeared on Catatan Sawali Tuhusetya, please read the originial post: here

Share the post

Membalas Cerita Ombak

×

Subscribe to Catatan Sawali Tuhusetya

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×