Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Supreme, Merek Skateboard yang Mampu Menyedot Fanatisme dan Loyalitas Para Penggemarnya

Supreme, Merek Skateboard yang Mampu Menyedot Fanatisme dan Loyalitas Para Penggemarnya — Apalah arti sebuah nama, rasanya tak pantas jika disematkan pada sebuah merk yang kini begitu dipuja dan digandrungi bernama Supreme. Pengkultusan Supreme bukan main-main. Di negara asalnya, Amerika Serikat, para pemuda rela meluangkan waktunya berjam-jam bahkan hingga menginap di sekitar pelataran gerai Supreme.

Aksi tersebut tak lain demi mendapat beberapa rilisan produk terbaru mereka yang diproduksi hanya dalam jumlah sedikit dan habis dalam hitungan menit. Lalu, apa yang ditawarkan Supreme hingga bisa membangun loyalitas para konsumennya?

Gambar via highsnobiety.com

Fanatisme Penggila Supreme


Kedengaran gila, mungkin, bagi yang belum atau tidak mengenal Supreme. Tapi inilah kenyataan di dunia fesyen, mereka terlanjur kecanduan produk Supreme. Bahkan, dalam sebuah cerita yang dirilis oleh Vice UK, seorang pemuda 18 tahunan asal Finlandia rela menginap untuk menunggu keluaran terbaru produk Supreme.

Meskipun akhirnya dia tetap kehilangan barang-barang incarannya karena kalah cepat dengan pengunjung yang lain, pemuda tersebut tetap merasa usahanya tak akan sia-sia. Selama masih ada produk dari Supreme yang dijual, seukuran, dan bisa dibawanya pulang, dia tetap senang, meskipun itu hanya sebuah boxer bermerk Supreme.

Inilah pemandangan lazim ketika para pecinta produk Supreme berburu produk kesayangannya. Kegilaan mereka terhadap produk Supreme ditunjukkan manakala Supreme menerbitkan produk terbarunya. Kini, ada sepuluh toko Supreme yang tersebar di kawasan Eropa, Amerika, hingga Jepang.

Kalau kamu sedang berwisata ke salah satu negara yang terdapat toko Supreme, coba perhatikan jadwal rilisan produk terbaru mereka – yang biasa terjadi setiap hari Kamis. Mulai dari anak sekolahan, sampai pegawai kantoran rela bolos untuk menjadi urutan pertama di toko tersebut. Tak jarang keadaan tersebut membuat mereka rela mengantri sejak jauh-jauh hari. Imbasnya, keadaan lalu lintas sekitar toko Supreme menjadi semrawut.

Punya Komunitas yang Kuat


Para pelanggan setia yang menunggu rilisan baru dari produk Supreme ini bukan dari kalangan biasa. Mereka menunggu lengkap dengan atribut atau busana yang harganya juga bisa ditaksir luar biasa. Ya wajar sajalah ya, lagipula mereka mengantri untuk sebuah barang yang harganya tak murah juga. Kecintaan pemuda pada Supreme tak hanya ditemukan di dunia nyata, tetapi juga diwujudkan lewat komunitas dunia maya. Salah satunya dengan dibentuknya grup Facebook khusus pemburu Supreme yang dinamakan SupTalk.

SupsTalk merupakan grup Facebook khusus pemuja Supreme dari kawasan Eropa. Aktivitas pecandu Supreme bisa ditemukan, mulai dari jual beli, hingga ngobrol seputar Supreme. Dengan beranggotakan sekitar 60 ribu orang, Sup Talk menjadi komunitas heterogen dengan banyak latar belakang profesi dan minat. Mulai dari penggemar musik hip-hop, pemuda-pemuda kaya raya, skater, selebgram, hingga generasi penggemar streetwear.

Gambar via vice.com

Mereka punya ritual khusus membicarakan produk terbaru Supreme yang bakal rilis. Kecepatan mereka dalam memesan rilisan terbaru Supreme di toko digitalnya terbilang luar biasa. Jadi, buat para newbie alias pandatang baru, siap-siap deh kecewa. Yang membikin penasaran para peggila Supreme, produk yang rilis jumlahnya terbatas saja. Oke, dengan kecepatan tinggi para pemesannya yang berbanding lurus dengan terbatasnya rilisan setiap produk Supreme, masih bisa diterima oleh akal sehatkah aktivitas para pecandu Supreme ini?

Setelah barang rilisan Supreme yang kamu cari habis, masih ada harapan untuk bisa punya, kok. Cari saja di SupTalk atau eBay, tapi jangan syok yaa kalau harga langsung melangit. Inilah fenomena lain yang bisa ditemukan dari sadisnya perjuangan untuk mendapatkan sebuah barang prestisius berlogo Supreme. Harganya? Untuk beberapa barang bisa dijual dengan harga dua kali lipat dari harga normal. Penyebabnya tak lain karena meningkatnya permintaan masyarakat terhadap Supreme.

Jadi, jangan kaget jika kamu bisa temukan jaket denim keluaran Supreme yang awalnya seharga hampir 3 juta rupiah, dijual lagi dengan harga meroket hingga hampir 40 juta rupiah. Sebegitu kuatnya Supreme menghipnotis para pemuda, hingga bergesernya pola konsumtif anak-anak sekolahan yang kaya raya. Mulanya yang hanya menghamburkan uang orang tuanya untuk PlayStation seri terbaru, hingga menyewa seseorang untuk mengantri dan membeli produk Supreme.

Identitas yang Dicari dari Para Pengguna Supreme


Bagaimana bisa Supreme membuat banyak pemuda bertekuk lutut mengkultuskan merknya sebagai mahakarya penuh gengsi? Apa karena ulah Drake dan Kenye mengenakan Supreme, pemuda-pemuda tanggung hingga dewasa menggila dan melupakan masa depan finansialnya demi sebuah kaos langka Supreme yang ada di eBay?

Beberapa pecinta Supreme juga ada yang menganggap kalau produknya berstandar baik serta nyaman dipakai. Tetapi, sesederhana itukah alasan mereka mengalokasikan uang mereka? Kalau ditelusuri lebih lanjut, fanatisme mereka pada produk Supreme harus dtelusuri dari sejarah Supreme itu sendiri.

Semuanya berawal dari kultur skateboarding yang begitu digandrungi sejak tahun 90-an. Supreme memanfaatkan momen tersebut dengan memposisikan dirinya sebagai penyedia produk-produk yang sarat akan identitas para skater. James Jebbia, sang kreator Supreme punya persepsi berbeda soal kultur skateboarding kala itu. Supreme sendiri merupakan produk yang sudah ada sejak tahun 1994 di Lafayette Street New York.

Dalam pernyataannya di Interview Magazine, Jebbia memandang perusahaan skate yang serupa dengannya di era 90-an lebih melayani pemuda tanggung kisaran 13 tahun ketimbang skater dewasa yang ingin terlihat keren demi mengundang decak kagum wanita.

Melihat potensi tersebut, Supreme di awal kehadirannya memproduksi kaos dalam jumlah terbatas, kemudian berlanjut pada produk keluaran lain seperti hoodies, dan sweater. Eksperimen mereka disambut positif, sehingga Supreme lebih berani untuk berkolaborasi dengan brand kenamaan lain, seperti Nike dan Clarks untuk produk sepatu, North Face dan Stone Island untuk mantel, Comme des Garçons dengan APC untuk produk hoodie.





Baca juga: Rekam Jejak Sepatu Vans, Sneakers Anti-Mainstream yang Digandrungi Hingga Masa Kini

Eksplorasi Supreme makin membawanya kepada sebuah identitas yang solid dan orisil, saat kaos mereka menggalang konsep yang berbeda dengan menampilkan karya H. R. Giger dan Toshio Makeda. Nilai-nilai estetika juga dituangkan lewat desain-desain kontemporer papan skate dari tangan seniman seperti Richard Prince, John Baldessari dan Jeff Kons.

Pembangunan identitas melalui kolaborasi beberapa seniman ini membuat Supreme bermetamorfosis menjadi merk dagang bergengsi yang penuh gairah idealisme anak muda. Jebbia sendiri mengaku sengaja membatasi jumlah produk yang rilis supaya tidak terpaku pada satu keluaran saja. Harus diakui model bisnis seperti ini tergolong sukses untuk sebuah merk dagang seperti Supreme.

Mereka (Supreme) tak perlu pusing-pusing lagi stok lamanya menumpuk karena setiap rilisan mereka punya jumlah terbatas. Apalagi, dalam hitungan menit, produk mereka segera ludes. Ini merupakan penerapan strategi bisnis yang luar biasa dalam melahirkan permintaan pasar.

Kombinasi kreasi Supreme yang autentik dan tergolong unik, dan semakin terasa sangat eksklusif dengan rilisanya dalam jumlah tebatas. Sehingga muncul sebuah faktor sosial kompetitif yang merepresentasikan kebanggan tersendiri saat tampil bersama produk Supreme yang tak dimiliki oleh orang lain.

Kedengarannya sepele kalau perspektif ini dilihat dari kacamata awam atau orang yang bahkan antipati dengan keberadaan Supreme. Terlihat eksklusif bagi semua kalangan konsumen dewasa cenderung yang heterogen ini memang kedengarannya terlalu muluk-muluk.

Identitas Supreme Memengaruhi Psikologis Pembelinya


Mari kita kutip perkataan Tsivrikos jika ditinjau dari perspektif psikologi. Menurut dia, konsumer milenial sadar setiap orang punya orientasi berbeda-beda dalam memilih produk. Oleh karena itu, kesadaran tersebut justru menggiring mereka untuk mengundang perhatian dari rekannya yang punya orientasi atau kecenderungan minat yang serupa saja. Jadi, aksi gila para pecandu Supreme dilakukan demi kalangan yang punya orientasi yang sama saja, sehingga terlihat lebih eksklusif.

Produk Supreme pun akhirnya menjadi sebuah identitas bergengsi bagi para penyukanya, terlebih jika bisa mendapatkan produk langka. Sehingga, menurut salah satu admin SupTalk, alasan nilai estetika yang terkandung pada produk tidak serta merta menjadi motivasi mereka untuk membeli. Jutaan rupiah yang pembeli gelontorkan untuk sebuah produk Supreme lebih ditujukan pada sebuah kebanggan tersendiri mengenakan produk langka di tengah para pecinta Supreme.

Gambar via blackjason7.com

Pandangan lain muncul dari Jonathan Gabay yang merupakan penulis buku "Brand Psychology". Kesuksesan Supreme menggiring kawula muda dimulai sejak Supreme dikenalkan oleh para skater. Menurut Gabay, justru kolaborasi mereka dengan desainer handal kurang berpengaruh terhadap meledaknya popularitas Supreme. Identitas Supreme yang terlanjur melekat dengan para skater ini dianggap autentik dan keren, karena para penggunanya memilih tren fashion yang justru tidak berkembang di kalangan umum.

Gabay kembali menambahkan, bahwa sebuah merk merupakan perpanjangan dari diri seseorang – secara psikologis, bagaimana kamu dilihat di mata dunia, atau apa yang kamu ingin dunia pikirkan tentang kamu. Lebih spesifik lagi, Jebbia dalam wawancaranya dengan Business of Fashion, mengatakan bahwa Supreme menciptakan sebuah mindset atau pola pikir, kalau Supreme merepresentasikan autentisitas, sehingga hasrat untuk memiliki kualitas semacam itu memunculkan obsesi tersendiri pada produk-produk Supreme, disadari atau tidak.

Pengguna Supreme pun bisa juga termotivasi dari pencitraan dan dampak opini publik. Mulai dari merasa menjadi bagian dari klub mereka, dianggap sebagai orang-orang keren, dianggap punya pengetahuan kultural yang luas dan hal lain yang tergambarkan dari identitas asli para pengguna Supreme.

Cerita dari Kolektor Supreme


Cerita lain datang dari kolektor Supreme bernama Musa Ali dan saudaranya, Akbar. Obsesi mereka akan produk-produk Supreme lahir dengan cara berbeda. Secara pribadi tak merasa terbebani menyukai sebuah merk atas dasar nilai yang mereka punya. Meskipun Musa sendiri seorang skater, namun dia sudah lama tak aktif, dan loyalitas dirinya dan saudaranya pada Supreme tetap bertahan karena konsistensi Supreme sendiri.

Menurut mereka yang memposisikan dirinya langsung sebagai seorang kolektor, konsisten Supreme dalam merilis desain-desain bagus dan berkolaborasi dengan banyak orang menjadi alasan tersendiri. Jadi, pola ini ternyata sudah berlaku pada mereka berdua tidak hanya pada produk Supreme, melainkan produk lain, salah satunya pada koleksi kartu Yu-Gi-Oh! Dan, mereka punya motivasi untuk berkompetisi dalam urusan mengoleksi suatu produk.

Lanjut soal kebiasaan atau perilaku seoarang kolektor, Musa kembali melanjutkan ceritanya yang begitu menggandrungi Supreme. Salah satunya, dia mengangkat cerita ketika dia memiliki jaket hasil kolaborasi Supreme dengan Public Enemy berwarna merah yang dipakainya terus menerus. Tabiat kolektornya pun muncul saat berpikir untuk memiliki jaket yang sama dengan warna berbeda, hingga akhirnya dia mengoleksi semua warna. Dan, satu lagi ciri khas kolektor yang ditunjukkan oleh Musa adalah ada beberapa barang dari Supreme yang masih terbungkus rapi dalam kemasan.

Mungkin bagi orang awam, terdengar mubazir membiarkan barang yang dibeli dengan penuh perjuangan itu dibiarkan begitu saja. Tetapi, lain halnya jika kamu memikirkan barang Supreme ini layaknya produk antik yang berharga. Musa kembali menambahkan, banyak kolektor Supreme yang memiliki gudang koleksi Supreme, dan itu layaknya rekening bank kedua.

Yup, ternyata mereka berinvestasi dengan mengendapkan produk-produk Supreme tersebut layaknya barang yang akan semakin lama akan semakin berharga. Kemudian, seperti bisa ditebak, para kolektor tersebut menjualnya kepada para nubie atau orang yang baru mulai menggandrungi dunia Supreme. Pola seperti ini menurut Musa dari kacamata seorang kolektor sudah jadi hal lumrah yang tak ada habisnya. (Reza Andrian)





Artikel Menarik:
  • 10 Merk Sepatu Branded Favorit Anak Muda dan Dewasa
  • 21 Jenis dan Model Sepatu Terbaru untuk Cewek Modis
  • 8 Sepatu Pria Bagus dan Keren yang Lagi Nge-trend Sekarang
  • Kisah Unik di Balik Sepatu Converse All Star Chuck Taylor yang Sangat Legendaris
  • Puma, Merek Olahraga Kelas Dunia yang Jadi Tandingan Adidas
  • Perjalanan New Balance, Dari Sekadar Ikon Sepatu Lari Hingga Jadi Tren Fashion Masa Kini
  • 13 Sepatu Wanita Branded dengan Aneka Model yang Selalu Update
  • Cikal Bakal Sepatu Sneakers Adidas Originals Stan Smith
  • 10 Sepatu Sneakers Paling Ikonik Sepanjang Masa
  • 10+ Akun Instagram Populer Buat Penggila Sepatu Sneakers


This post first appeared on BiteBrands | Situs Komunikasi Pemasaran Terkini | Referensi Logo Merek Perusahaan, please read the originial post: here

Share the post

Supreme, Merek Skateboard yang Mampu Menyedot Fanatisme dan Loyalitas Para Penggemarnya

×

Subscribe to Bitebrands | Situs Komunikasi Pemasaran Terkini | Referensi Logo Merek Perusahaan

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×