Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Cara Membangun Bisnis Start Up: 5 Langkah yang Bisa Dilakukan dan 4 Risiko yang Perlu Diwaspadai

Tags: kamu bisnis
Cara Membangun Bisnis Start Up: 5 Langkah yang Bisa Dilakukan dan 4 Risiko yang Perlu Diwaspadai — Jangan pernah berpikiran bahwa membangun bisnis start up merupakan sesuatu yang sangat mudah dilakukan. Sebab, data menunjukkan sekitar 85 pesen bisnis start up gagal dalam 18 bulan pertama. Oleh karena itu, apabila kamu telah melihat bisnis yang dijalankan tidak bisa berjalan setidaknya 6 bulan maka segeralah mengganti model bisnis atau membangun bisnis yang baru lagi. Hal tersebut lebih baik kamu lakukan daripada harus menunggu waktu selama 18 bulan hanya untuk membuktikan kinerja bisnis.

Ada 4 resiko saat kamu sedang membangun bisnis start up. Kali ini, kami akan terlebih dahulu membahasnya agar kamu dapat lebih waspada saat memulai bisnis start up.

Gambar via eikonlaw.com

1. Risiko Model Bisnis


Risiko yang pertama muncul dari model bisnis yang kamu miliki. Agar dapat meminimalisasi risiko model bisnis maka sebaiknya kamu menjalankan model bisnis yang jelas, mudah dibuat, dan telah terbukti di negara lain. Jangan mudah mengikuti tren bisnis yang ada di Amerika Serikat, sebab Amerika Serikat merupakan negara yang jauh lebih maju dari Indonesia. Saat kamu mengaplikasikan model bisnis yang dapat berjalan di negara maju, belum tentu hal tersebut dapat juga berjalan dengan baik di Indonesia.

Selanjutnya, dalam hal menemukan investor, kamu sebaiknya mencari investor yang sesuai dengan industri bisnis. Tidak semua investor menyukai hal yang baru, sebab hal baru sangat erat kaitannya dengan risiko yang besar. Lebih baik kamu mencari hal lama yang pasarnya belum banyak digarap. Jika kamu ingin mengurangi risiko model bisnis, maka kamu bisa meniru bisnis yang telah berjalan baik di negara lain.

2. Risiko Pasar


Risiko kedua yang bisa terjadi saat kamu membangun bisnis start up adalah ukuran pasar yang kecil. Agar kamu bisa menjalankan bisnis yang berkelanjutan, mulailah masuk ke dalam pasar yang potensial dan besar. Indonesia merupakan pasar yang potensial, ada banyak sekali lahan yang belum digarap oleh orang. Temukan celah tersebut dan manfaatkan dengan baik sebagai lahan rezeki kamu.

3. Risiko Eksekusi


Jangan bangga dengan ide yang bagus dan cemerlang jika kamu tidak mampu merealisasikannya. Sebab, ide yang bagus tersebut hanya akan menjadi angan-angan saja, tanpa pernah menjadi suatu kenyataan. Dalam membangun bisnis start up, ada risiko yang mendampingi saat kamu mengeksekusi produk ke pasar.

Agar kamu mampu meminimalisir risiko eksekusi, bangunlah tim yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Kumpulkan orang-orang yang berkompeten untuk diajak bekerja sama dan membangun sebuah perusahaan. Salah satu cara terbaik yang bisa kamu lakukan adalah dengan menemukan orang-orang yang telah berpengalaman di suatu bidang yang akan kamu garap sebagai bisnis.

4. Risiko Teknologi


Risiko yang terakhir adalah teknologi yang merupakan suatu aspek yang cukup mudah untuk kamu atasi. Sebab pada dasarnya, mengimplementasikan teknologi merupakan hal yang tidak begitu sulit dilakukan. Kamu bisa meniru teknologi dari perusahaan lain dan mulai menerapkannya di perusahaan.

Dengan mengetahui 4 risiko bisnis di atas diharapkan kamu dapat meminimalisasi risiko yang ada di dalam bisnis start up. Sehingga, kesempatan bisnis untuk diterima oleh investor akan semakin besar karena model bisnis yang dimiliki bagus, memiliki pasar yang besar, tim yang berkompeten, dan teknologi yang mendukung.
Setelah mengetahui 4 risiko di atas, kami rasa kamu semua sudah siap untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana langkah memulai bisnis start up.

Langkah-Langkah Memulai Bisnis Startup


1. Bisnis dimulai dari sebuah ide


Ide merupakan hal yang penting dalam sebuah bisnis. Sebuah ide dapat kamu temukan di mana saja dan kapan saja. Permasalahan yang paling penting dalam bagian ini adalah proses eksekusinya. Sebab proses eksekusi akan menjadikan sebuah ide lebih berharga karena membutuhkan fokus, biaya, dan semangat pantang menyerah dari pendirinya.

Sebelum ide tersebut masuk ke tahapan yang selanjutnya, mulailah berpikir apakah ide benar-benar dapat membantu banyak orang. Jangan hanya berpikir bahwa ide tersebut keren dan belum pernah terpikirkan oleh orang lain, padahal sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan oleh banyak orang.

Latihlah diri kamu untuk memperhatikan masalah di sekitar lingkungan yang ada. Ciptakan pola pikir bahwa permasalahan merupakan kesempatan yang bisa dimanfaatkan.

Bagaimana memvalidasi suatu ide?

Pertama, kamu harus menemukan suatu permasalahan, kemudian carilah orang-orang yang paling dirugikan di dalam permasalahan tersebut. Selanjutnya, kamu harus mengkomunikasikan solusi tersebut kepada orang-orang tadi dan tanyakan apakah solusi tersebut dapat membantu mereka. Setelah itu, ajukan pertanyaan kepada mereka, apakah mereka bersedia membayar untuk solusi yang diberikan.

Dengan langkah-langkah yang disebutkan di atas, kamu selanjutnya bisa menarik kesimpulan apakah ide yang ada dapat dieksekusi atau tidak.

2. Jangan lakukan sendiri, temukan co-founders


Jika kamu ingin pergi dengan cepat maka melakukan sesuatu seorang diri merupakan pilihan yang bijak. Namun pergi dengan cepat dan melakukan segala sesuatu seorang diri bukanlah esensi saat mendirikan sebuah perusahaan start up. Kamu bukan hanya ingin pergi dengan cepat saja, sebab kamu juga harus pergi dalam perjalanan yang sangat panjang. Jika kamu hanya melakukannya seorang diri, pasti kamu akan merasakan kelelahan yang sangat luar biasa di tengah perjalanan membangun bisnis start up.

Sebagai contohnya, jika kamu termasuk orang yang paham dari sisi teknikal atau programming, maka kamu membutuhkan orang lain dari sisi non-teknikal untuk mempertajam ide dan menghasilkan suatu produk yang berkualitas yang bagus. Ibarat sebuah pedang yang tajam dan bagus karena telah dipanaskan dan ditempa dengan besi yang lainnya. Hal itulah yang menggambarkan pentingnya sebuah tim dalam membangun sebuah bisnis.

Jangan asal-asalah saat kamu memilih seorang co-founder dalam bisnis yang akan dijalankan, sebab ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dengan baik.

Pertama, adalah memiliki visi yang searah atau sama dengan kamu. Sebagai seorang pendiri, kamu telah mengetahui ke mana perusahaan akan berlayar dan kamu telah memiliki gambaran yang jelas tentang ini. Hal yang perlu kamu lakukan adalah menemukan orang lain yang memiliki visi yang sama dengan yang kamu miliki.

Faktor yang kedua adalah dalam hal chemistry. Kesesuaian dalam hal chemistry bukan dalam hal kesamaan hobi, cara berpakaian, dan lain sebagainya. Kecocokan yang kami maksud adalah kemampuan untuk saling mengisi kelemahan dan saling mendorong pertumbuhan antara satu dengan yang lainnya.





Baca juga: Bisnis Sepi dari Pembeli? Tidak Lagi, Jika Menerapkan Strategi Pemasaran Ini

3. Development


Pada tahapan ini, kamu harus mulai membangun apa yang telah menjadi mimpi sebelumnya. Mulailah untuk membangun sebuah produk sampai menjadi prototype atau sering kali disebut dengan MVP (minimum viable product). Perlu kamu ingat bahwa saat ini MVP telah berubah menjadi MSP (minimum sellable product). Akhirnya, di dalam tahapan ini kamu bersama dengan anggota tim telah mampu mendapatkan sekitar 10 pelanggan pertama.

Pada tahapan ini juga, semua hal yang kamu lakukan akan mengarah ke hal-hal yang bersifat teknis seperti membuat desain, menentukan website dan server, membangun sebuah infrastruktur, dan beta testing.

4. Mulai masuk ke pasar


Waktu yang tepat akan menentukan sebuah kesuksesan produk yang dimiliki. Coba kamu bayangkan jika ternyata proses pengembangan mencapai waktu sampai 1 tahun lamanya, lalu berapa banyak tenaga dan biaya yang harus kamu keluarkan selama waktu satu tahun tersebut.

Selain itu, hal yang harus diingat selanjutnya adalah kamu harus memiliki fokus pasar yang tertarget dan mengetahui dengan baik siapa target utama atas produk yang dihasilkan. Jangan menjawab bahwa produk yang kamu hasilkan diperuntukkan bagi setiap orang yang ada. Hal ini merupakan sebuah kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan.

Ingatlah raksasa media sosial, Facebook, pada awal berdirinya hanya diperuntukan bagi mahasiswa Harvard saja. Mulailah dengan lebih dulu menyelesaikan permasalahan yang kecil, lalu fokuslah dengan apa yang dilakukan.

5. Mendapatkan pendanaan


Tahapan terakhir dalam membangun bisnis start up yang satu ini sangat menarik untuk dibahas. Sebab pendanaan merupakan hal yang sangat penting di dalam urusan bisnis start up. Ada jenis start up yang memilih untuk melakukan pendanaan sendiri dan akhirnya berhasil mendapatkan pelanggan dan keuntungan. Ada juga start up yang perencanaan dan eksekusinya memerlukan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan titik impas.

Agar bisa mendapatkan pendanaan, hal yang harus kamu miliki adalah sebuah investment proposal yang nanti akan ditujukan kepada para relasi, keluarga, atau pun venture capital. Investment proposal berisi tentang rangkuman apa yang kamu kerjakan di dalam bisnis start up dan bagaimana prospek bisnis ini di masa depan.

Umumnya, para investor melihat 3 faktor saat kamu mengajukan proposal investasi kepada mereka yaitu people, passion, dan product.

Pertama-tama, mereka akan melihat latar belakang yang kamu miliki, seperti apa yang pernah kamu hasilkan dan pernah berkecimpung di bidang apa. Sebagai contohnya, kamu memiliki pekerjaan sebelumnya sebagai seorang tanaga pemasaran dan memiliki passion untuk membangun bisnis start up di bidang yang tidak berhubungan. Para investor pasti akan meragukan kemampuan yang kamu miliki dan hal ini sangatlah wajar terjadi di dalam dunia investasi.

Kemudian mereka akan meminta kamu untuk menjelaskan produk dan start up yang dibangun. Tentu saja cara kamu menjelaskan akan memiliki dampak yang sangat besar bagi keputusan mereka. Pitching merupakan hal mutlak yang harus kamu lakukan saat memberikan presentasi dan tidak dapat diwakilkan.

Bagian yang terakhir adalah para investor akan mulai mempertimbangkan produk yang kamu miliki. Mereka akan mempertimbangkan apakah produk tersebut dapat dipasarkan di mana-mana, apakah terdapat kompetitor yang lain, dan seberapa besar pasar yang akan disasar.

Dari penjelasan di atas kami mengatakan kepada kamu bahwa tidak ada rumusan yang tetap dan baku berkaitan dengan langkah-langkah mendirikan sebuah perusahaan start up. Setiap bisnis memiliki cara masing-masing untuk bisa mendapatkan kesuksesan yang diimpikan. Langkah di atas hanyalah sebuah patokan dasar yang bisa kamu jadikan pedoman saat akan mendirikan sebuah perusahaan rintisan.

Semoga apa yang telah kami sampaikan di atas dapat membantu kamu selaku pihak yang berkecimpung di dunia bisnis start up. Hal yang tidak kalah penting lagi adalah tetap semangat dan pantang menyerah saat berada dalam fase merintis bisnis.

Semoga membantu! (Wahyu Utama)





Artikel Menarik:
  • 8 Strategi Public Relations yang Jitu untuk Membangun Citra Perusahaan
  • Bauran Promosi (Promotion Mix) untuk Mendongkrak Omset Penjualan
  • Contoh Slogan Merek dan Perusahaan Terbaik
  • Strategi Segmentasi Pasar yang Sukses
  • Dramatisasi Iklan Cetak: Strategi Menonjolkan Keunggulan Merek
  • Peran & Fungsi Iklan Layanan Masyarakat
  • Pengertian dan Sarana Komunikasi Pemasaran
  • Pengertian, Definisi Promosi dan Kenapa Pebisnis Perlu Melakukannya
  • Pengertian Media Massa, Lengkap dengan Jenis, Fungsi, dan Berbagai Contohnya
  • Ketahui Kuncinya, Ini 10 Cara Menjadi Sales yang Sukses


This post first appeared on BiteBrands | Situs Komunikasi Pemasaran Terkini | Referensi Logo Merek Perusahaan, please read the originial post: here

Share the post

Cara Membangun Bisnis Start Up: 5 Langkah yang Bisa Dilakukan dan 4 Risiko yang Perlu Diwaspadai

×

Subscribe to Bitebrands | Situs Komunikasi Pemasaran Terkini | Referensi Logo Merek Perusahaan

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×