Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

A Prophet (2009)


A Prophet (Un prophete)
Jacques Audiard, France, 2009
155 min/Color

Sebuah prison/mob thriller, yang lantas mendapat nominasi Oscar, memenangkan penghargaan Grand Jury Prize di ajang Cannes Film Festival, membawa pulang 9 penghargaan dalam César Awards serta tanggapan sangat positif dari banyak kritikus dan moviegoer di seluruh penjuru dunia. Lantas sebuah pertanyaan terbersit, bukankah sebuah film yang bercerita tentang kehidupan penjara adalah tema yang cenderung sudah usang? Toh, kita semua nyaris sudah bisa menebak elemen apa saja yang terkandung di dalamnya. Lantas apa yang membuat A Prophet bisa menjadi tontonan yang berbeda dan mengagumkan?


Malik (Tahar Rahim) berumur 19 tahun saat ia dijebloskan ke dalam penjara. Malik sendiri adalah seorang anak jalanan yang buta huruf dan sedikit pemalu, semacam anti tesis karakter protagonis prison movie kebanyakan. Di awal film kita melihat Malik yang kurus dan gugup. Ia mengaku tidak bersalah namun pembelaan tentu saja tak lagi berguna.

Malik sendiri adalah seorang Perancis keturunan arab, namun ia kebingungan saat seorang sipir menanyakan apa agama yang dianutnya. Karena itulah, saat tahanan keturunan arab lainnya dimasukan ke dalam blok khusus muslim, Malik justru dijebloskan ke tempat yang berbeda. Ia berada dalam lingkungan baru sekarang, bersama para corsican dan ketua gengnya, Cesar Luciani (Niels Arestrup). Cesar dan antek-anteknya tak memiliki hal lain selain kebencian terhadap Malik yang jelas-jelas seorang arab, Malik harus beradaptasi di sini, to survive is to obey, boleh jadi itu yang ada di pikirannya. Dan saat Cesar meminta Malik untuk membunuh salah seorang tahanan (Hichem Yacoubi), mau tak mau Malik harus menurutinya. Pembunuhan terjadi; brutal, berantakan, darah muncrat yang mengotori lantai dan pakaian. Malik ditinggalkan gemetaran. Pembunuhan ini semacam pembaptisan baginya. Bukan hanya karena kini perlindungan Cesar berada di tangannya, tapi kini ia telah menjelma menjadi tahanan yang akan melakukan apapun demi bertahan hidup.

Bertahun-tahun berlalu dan Malik bertransformasi. Ia berada dalam lindungan Cesar sekarang. Ia beradaptasi dan belajar dengan cepat; memperhatikan, mencontoh, dan diam-diam menyimpan sendiri siasatnya.


Ada kekerasan yang terpampang jelas di sini. Tapi bukan semata-mata tanpa tujuan. Sutradara Jacques Audiard menempatkan kekerasan sebagai salah satu medium penggambaran transformasi Malik. Di awal film kita melihat Malik melakukan pembunuhannya yang pertama; brutal, bahkan tak sesuai rencana. Sedangkan di scene selanjutnya kita melihat Malik melakukan pembantaian dengan rapi, terorganisir bahkan boleh jadi menikmati. Transformasi menjadi kunci di sini. Malik tidak lahir sebagai penjahat, tapi justru penjara yang membuatnya seperti itu. Sebagai nama baru di dunia perfilman, Tahar Rahim mampu memerankan peran Malik dengan sangat baik. Ia seakan-akan tidak memberikan penonton secuil pun isi kepalanya, dan ini yang membuat kita selalu bertanya-tanya apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Tentunya performa terbaik diberikan oleh Niels Arestrup dan perannya sebagai Cesar, kita mungkin mengingatnya bermain di film Audiard sebelumnya The Beat That My Heart Skipped (2005) atau film arahan Julian Schnabel, The Diving Bell and the Butterfly (2007).

A Prophet bukan semata-mata sebuah prison movie, lebih dari itu, ini adalah sebuah gangster saga, konvensional crime-flick dan coming of age story tentang seorang anti-hero jalanan yang terpaksa harus merubah dirinya menjadi pelaku kriminal yang matang. Kehidupan penjara tergambarkan dengan jelas dan real di sini. Saat prison movie lainnya menjadikan penjara sebagai tempat dimana si jahat berubah menjadi si baik, maka A Prophet seakan membuang ide usang itu mentah-mentah. Penjara adalah dimana pertentangan ras, kultur dan agama menjadi salah satu isu utama. Tempat dimana korupsi dan penyuapan terus terjadi. Tempat dimana kekerasan justru adalah makanan sehari-hari.

Setelah kesuksesan A Prophet, di sebuah interview Jacques Audiard membicarakan akan adanya kemungkinan sebuah sequel. Jika saja Audiard membuat sequel-nya dengan kualitas yang sama--- atau lebih. Maka tentu saja ini akan jadi sequel yang sangat layak untuk ditunggu.



This post first appeared on Film Lovers Are Sick People, please read the originial post: here

Share the post

A Prophet (2009)

×

Subscribe to Film Lovers Are Sick People

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×