Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Wesal Khalil, Mempersiapkan Syahid di ‘Hari Kembali ke Palestina’

Puluhan Warga Palestina syahid dan ratusan terluka saat demonstrasi, yang bertepatan dengan pembukaan kedubes AS di Baitul Maqdis
AA
Weshal Khalil
Wesal Sheikh Khalil sudah membuat rencana untuk pemakamannya. Jika pasukan penjajah Israel menembaknya selama aksi protes di perbatasan Gaza, remaja Palestina itu memberi tahu ibunya, dia harus dimakamkan di tempat di mana dia meninggal atau di samping makam kakeknya.
“Dia percaya kematian lebih baik dari kehidupan ini,” kata Reem Abu Irmana sehari setelah kehilangan putri bungsunya.
“Setiap kali dia pergi ke aksi damai dia berdoa kepada Allah agar dapat syahid,” kutip the Independent.
Sebelumnya, gadis berusia 15 tahun itu bercanda dengan adik-adik perempuannya di apartemen mereka yang sempit di Jalur Gaza pada Ahad (13/05/2018). Ia bahkan mempersiapkan diri untuk ikut dalam demonstrasi keesokan harinya di timur perbatasan Jalur Gaza.
“Ini bisa jadi makanan terakhirku bersama kalian karena aku mungkin syahid pada hari Senin,” kata Wesal kepada adik-adiknya dengan nada bercanda saat mereka makan malam pada Ahad seperti dikutip Anadolu Agency.
Wesal tidak pernah meninggalkan Gaza, kata Abu Irmana, mengingat seorang gadis yang digambarkannya sebagai “penuh kegembiraan”. Wesal telah menulis lagu untuk ulang tahun ibunya yang akan datang, yang telah dihafalnya dan dinyanyikan di sekitar rumah di hari-hari terakhirnya.
Kakak Wesal yang berusia 21 tahun sudah pernah memperingatkan untuk tidak ikut aksi protes –dan mengancam dengan bahasa gurauan- dia akan mematahkan kakinya jika berani mencoba. Tapi Wesal tetap teguh pendirian, kata sang ibu. “Jika saya memiliki satu kaki saya akan tetap pergi. Jika keduanya rusak, saya akan merangkak, ” aku Wesal dikutip sang ibu.
Wesal bangun sangat pagi pada Senin dan membawa adik lelakinya yang berusia 12 tahun untuk bergabung dengan ribuan warga Palestina lainnya dalam demonstrasi Great Return March di perbatasan.
Beberapa jam kemudian, adiknya kembali ke rumah sambil menangis mengabarkan kakaknya telah ditembak serdadu Zionis saat berdemonstrasi. “Saya tidak memercayai perkataannya dan mengatakan pada diri sendiri bahwa putri saya akan segera kembali ke rumah,” ungkap sang ibunda yang tengah berduka itu.
Dengan berurai airmata, sang ibunda berlari ke RS Syuhada Al-Aqsa di Gaza untuk mencari putri tercintanya.
Karena rumah sakit penuh sesak dengan jenazah mereka yang gugur dan terluka saat demonstrasi, sang ibu terus mencari hingga seorang wartawan wanita memberitahunya mengenai seorang gadis tidak dikenal yang berada di kamar mayat rumah sakit.
Dengan langkah berat, sang ibu pergi ke kamar mayat. Ia syok ketika menemukan putrinya terbaring di sana.
“Putri saya ingin melintasi pagar perbatasan bersama ribuan warga Palestina dan kembali ke kota asal kami di Palestina bersejarah, tempat keluarga kami sebelum diusir penjajah Zionis pada 1948,” kata sang ibu.
Wesal adalah salah satu dari lebih dari 65 orang yang telah gugur pada hari Senin ketika para penembak jitu (sniper) penjajah Israel menembaki puluhan peserta aksi damai di perbatasan Gaza, Senin (14/05/2018) lalu.
Puluhan warga Palestina syahid dan ratusan terluka saat demonstrasi, yang bertepatan dengan pembukaan kedubes AS di Baitul Maqdis.
Hari Ahas (19/05/2018), tiga warga Palestina kembali gugur akibat luka saat aksi protes hari Senin.
Sejak 30 Maret 2018, warga Palestina melakukan aksi damai untuk menuntut hak kembali ke rumah-rumah mereka di wilayah-wilayah yang dirampas oleh penjajah Zionis sejak tahun 1948.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, sejak aksi itu, lebih dari 110 warga Palestina gugur dan ribuan lainnya terluka.

Wesal Khalil, melempar batu ke arah penjajah Israel (Quds News)
Korban gugur termasuk bayi berusia delapan bulan yang dilaporkan meninggal setelah menghirup gas air mata. Peserta aksi, seorang difabel, yang difoto saat ikut melemparkan batu dari kursi roda juga ikut gugur.
Penjajah Israel mengatakan hari Senin bahwa kelompok pejuang Hamas berencana untuk “melakukan pembantaian pada Israel”. Namun, tidak ada tanda sejak ‘Aksi kembali ke Palestina yang Terjajah” dimulai pada tanggal 30 Maret lalu. Tidak ada orang Israel yang dirugikan, kecuali satu tentara terluka ringan dalam aksi ini.
Sementara di Kota Gaza, pada hari Selasa, toko-toko menjual makanan ringan dan semangka segar tetap buka seperti biasa. Sebagaimana anak-anak tetap bermain sepakbola. Jalanan di daerah kantong lebih sunyi dari biasanya. “Rasanya seperti masa perang lagi,” kata seorang warga.
Jalan diblokir oleh tenda terpal biru. Puluhan pria, tua dan muda, duduk di kursi plastik untuk meratapi gugurnya Yazan Ibrahim Mohamed alTobasi (23), seorang korban lain.
Ayah Tobasi, Ibrahim, duduk di antara tetangga. “Seluruh dunia sedang menekan tempat kecil yang disebut Gaza ini,” katanya dengan suara lembut dan patah. Dia juga ikut aksi. Dia mengatakan ini adalah “tugas nasional” bagi semua orang dan Palestina dan tetap melanjutkannya.
Hamas telah membayar santunan pemakaman dan juga sumbangan kepada keluarga korban gugur dan terluka, sebuah langkah yang dikutuk penjajah Israel.
Ayah Toubasi mengatakan putranya tidak berafiliasi dengan satu kelompok tetapi mendukung “semua faksi” perlawanan dan pembebasan Palestina.
Meski baru berduka, ia berjanji untuk kembali ke perbatasan dekat Israel untuk ikut demonstrasi lanjutan. “Aku akan berada di tempat Yazan besok,” ujarnya.


This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

Wesal Khalil, Mempersiapkan Syahid di ‘Hari Kembali ke Palestina’

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×