Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hidup Ini Hanya Sesaat



Dalam acara Liqo Syawal Tokoh dan Ulama, Yogyakarta 23 Juni 2019, Ustadz Ismail Yusanto mengawali tausiyahnya dengan sebuah hadits Nabi Saw:
"Tidaklah aku hidup di dunia ini kecuali hanya seperti musafir yang istirahat di bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya" (HR Tirmidzi)

Jika 1 hari di akhirat setara dengan 1000 tahun di dunia. Jadi Orang yang berusia 100 tahun di dunia, dia hanya setara dengan hidup 2,4 jam di akhirat. Subhanallah, sebentar sekali.

Lantas, apa yang paling penting dari hidup yang sesaat itu?

Maka, carilah bekal di dunia ini. Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang telah mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an.

Seberapa kuat semangat dan pengorbanan kita untuk taat, maka sebesar itulah kadar/kekuatan taqwa kita. Maka marilah kita menjadi orang yang bertaqwa dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Apapun yang kita usahakan di dunia ini harus kita tujukan untuk taqwa kepada Allah.

Di kehidupan akhir zaman ini, jika kita ada pada posisi sebagai muslim, maka kita dalam kondisi yang tidak aman. Kenapa? Karena orang-orang kafir menginginkan kita seperti mereka. Padahal, kita tahu, tidak sama antara penghuni surga dan penghuni neraka. Jadi, jelas tidak sama antara amal orang Islam dengan amal orang kafir.
* Orang Islam Berbeda dengan orang kafir dalam cara berkeluarga
* Orang Islam berbeda dengan orang kafir dalam cara mendidik anak
* Orang Islam berbeda dengan orang kafir dalam cara berekonomi
* Orang Islam berbeda dengan dengan orang kafir dalam hal politik dll.

Seperti saat ini, dalam hal politik, di antara kaum muslimin ada saja yang menggunakan sistem [-peny. ajaran kafir Barat] demokrasi:
1. Kelompok yang menganggap demokrasi adalah bagian dari Islam
2. Kelompok yang memperjuangkan demokrasi yang sesuai aslinya, bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat
3. Kelompok yang sebenarnya memahami demokrasi bukan dari Islam, tetapi berusaha ingin mengislamisasi demokrasi. Atau dengan kata lain demokrasi hanya dijadikan jalan untuk meraih kekuasaan dan selanjutnya ingin menerapkan Islam.

Maka, kita harus belajar dari beberapa fakta yang telah terjadi. Bagaimana FIS di Al-Jazair yang menang telak pemilu ala demokrasi 82%, tetapi gagal berkuasa karena ingin mengganti konstitusi dengan Islam. Fakta serupa juga terjadi pada Hamas dan Mursi. Bagaimana Barat dengan kapitalismenya tidak akan mungkin membiarkan Islam berkuasa. Dan terbukti, demokrasi bukanlah jalan untuk menerapkan Islam.
Karena Islam punya jalan/cara sendiri dalam meraih kekuasaan politiknya, tentunya seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Di samping itu, saat ini, ukhuwah Islamiyah juga selalu dikoyak oleh Barat. Maka Rand Corporation (lembaga think tankAS) mengelompokkan umat Islam menjadi 4 kelompok :
1. Kelompok fundamentalis.
Kelompok yang menolak demokrasi dan menginginkan formalisasi syariah Islam.
2. Kelompok tradisionalis
Kelompok yang berpegang pada substansi Islam tapi kurang peduli dengan formalisasinya.
3. Kelompok Modernis/ Moderat
Kelompok reformasi Islam yang menyesuaikan dengan tuntutan zaman
4. Kelompok Pluralis
Kelompok yang menjadikan Islam sebagai urusan pribadi dan dipisahkan dalam urusan negara.

Maka dengan pengelompokan ini harapannya akan melemahkan persatuan umat Islam. Dan antar kelompok akan selalu diadu-domba dan dibuat saling bermusuhan. Kelompok yang mengancam eksistensi Barat akan selalu ditekan dan diancam, sedangkan kelompok yang bisa diajak bekerjasama akan dipelihara bahkan dibesarkan.

Maka kita harus pahami, bahwa Islam itu satu. Kita disatukan oleh aqidah Islam. Maka tidak sepantasnya kita menganggap sesama muslim itu musuh. Karena musuh yang nyata bagi kita adalah orang-orang kafir, seperti yang sudah disampaikan di dalam Al-Qur’an. Maka yang harus kita pupuk adalah jalinan ukhuwah di antara kita. Tepatlah ketika kita ambil pernyataan Imam Syafi'i : "Pendapat kami benar, tapi ada kemungkinan mengandung kesalahan. Dan pendapat orang lain itu salah, tapi ada kemungkinan mengandung kebenaran. Maka, janganlah menutup diri (seperti katak dalam tempurung), agar kita tahu kesalahan kita dan mengetahui kebenaran dari orang lain. Maka dengan prinsip ini insyaaAllah kaum muslim akan mudah menjalin persatuan dan tidak mudah untuk diadu-domba.

Di akhir penyampaian, juga disampaikan bahwa agar kaum muslimin segera mendapatkan kemenangannya maka kita semua harus selalu gencarkan dakwah. Melalui apa? Yaitu melalui ngomong/lisan dan juga tulisan, sampai tercipta kesadaran di tengah-tengah masyarakat. Bahwa kita harus menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah. Allahu Akbar!

Disarikan oleh Ummu Zakiy, Yogyakarta 24 Juni 2019



This post first appeared on NEOPLUCK, please read the originial post: here

Share the post

Hidup Ini Hanya Sesaat

×

Subscribe to Neopluck

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×