Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hutang

Banyak sekali cerita yang sering kita dengar mengenai nasib Orang Yang Berhutang, sangat identik dengan hidup yang merana dan menderita. Kasihan memang mereka,... Nabi menganjurkan untuk menyambangi orang2 yang bangkut, dipecat, dsb... kita harus selalu menyemangati mereka agar mereka tidak putus asa. Dan dooor, atau gedubrak jatuh dari loteng, bunuh diri karena stress.
Ya, stress ternyata bisa juga jadi alat pembunuh yang keji. Pembunuhnya membunuh dirinya sendiri.

Mana yang lebih mulia? Orang yang berhutang atau koruptor? Menurut saya, lebih mulia orang yang berhutang karena dia memilih berhutang dan melunasi hutang tsb untuk harga dirinya daripada koruptor yang mencuri demi harga dirinya.

Memang Islam menganjurkan agar kita tidak berhutang tapi bagaimana yang telah terlanjur berhutang dan telah berusaha maksimal tapi belum juga kunjung dapat cara melunasi hutangnya?

Contoh, saya punya seorang sahabat. Saya sangat sering berdiskusi dengannya. Dia, menurut dia sendiri, pengusaha yang belum sukses. Alasannya, dia masih berhutang dan dia menderita karena hutangnya. Dikejar target, diburu orang saat jatuh tempo, ditagih2 saat telat membayar, dsb. Intinya dia tidak merasa tenang karena hutang. Hebatnya, dia selalu bisa tidur saat malam, selama 5 tahun lebih. Menurut saya hebat juga dia, bisa memanage stressnya. Biasanya dan setahu saya, orang2 yg punya hutang dan dikejar2 pasti susah tidur. Bahkan gak sedikit yang bunuh diri dan saling bunuh.
Sampai saat ini dia masih berusaha dalam bisnisnya. Tiap kali berdiskusi selalu semangatnya sama, ingin melunasi hutang2nya meski dirasanya berat dan sangat besar untuk dilunasi dalam waktu singkat. Setahu saya, kronologi usahanya, dia belum pernah usaha sama sekali, setelah lulus kuliah dia langsung masuk secara tidak sengaja dalam dunia usaha. Dia tidak belajar dulu seperti orang2 yg sering saya lihat belajar dari orang kemudian membuka usaha. Dia learning by doing, dan kami sepakat bahwa memang takdirnya begitu.
Sekarang dia masih berusaha, membaca peluang, menggonta-ganti produk/jasa usaha, menambah dan mengurangi divisi di perusahaannya, memperbaiki internal tim work-nya, mencari akses modal cepat, mencari pasar cash, dsb, dsb.... Ah klo melihat perjuangannya, suatu saat nanti klo punya teman bos di bank, pasti akan saya rekomendasikan sahabat saya ini supaya segera dibantu usahanya.
Beberapa hari yang lalu saya ketemu, saat ini dia sedang mengerjakan satu proyek dengan nilai setara dengan omset 1-2 bulan yang biasa dia dapatkan. Dan, masih tetap berhutang. Dia sedikit gagal menyelesaikan pekerjaan tsb tepat waktu sehingga mengacaukan keuangan perusahaannya. Waktu pembayaran dari kliennya juga tidak sesuai dengan perjanjian di depan.
Tapi herannya saya, total gaji karyawannya itu puluhan juta setiap bulannya, sedangkan dia tidak punya backup bank sama sekali. Koq dia bisa bayar disiplin karyawannya ya? Saya pernah menanyakan hal ini ke dia, katanya sambil tersenyum,"Ya itulah intinya bisnis, memutar uang. Yang diputar bukan cuma untung tapi bisa juga hutang." Jadi meski hidupnya tidak sesukses rekan2 pengusaha lainnya, menurut saya dia cukup sukses. Karena dia, yang saya tahu, bekerja demi karyawan yang dia pimpin. Meski kadang dia lelah tapi dia masih tetap fight karena karyawannya merasa dia berjuang untuk mereka. Yang saya tau, boleh jadi dia gak punya modal tapi dia punya tim yang tangguh. Dan menurut saya itu layak dipertahankan.

Hebat mana klo dia dibandingkan dengan anak orang kaya yang dimodalin bapaknya? Lebih fight mana? Saya yakin perbedaannya sama seperti kita membedakan mana ayam kampung dan mana ayam ternakan. Mirip tapi berbeda.

So, begitulah hutang. Sekarang, bagaimana menurut anda?



This post first appeared on Mencari Keberuntungan, please read the originial post: here

Share the post

Hutang

×

Subscribe to Mencari Keberuntungan

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×