BETAPA menyenangkan menyaksikan timeline medsos yang damai oleh foto-foto silaturahmi lebaran, ucapan saling memaafkan, dan pesta opor, ketupat, lontong sayur, dari rumah kerabat satu ke kerabat lain. Setelah hari-hari penuh ketegangan di mana di negeri ini medsos menjadi tempat berdebat dan saling menjatuhkan, Idul Fitri menetralkan semuanya.
Paling kurang ada jeda beberapa hari untuk cooling down. Sebelum “tancap gas” lagi.
Tapi tidak bagi Andi Arief dan Budiman Sudjatmiko, dua eks aktivis PRD, Partai Rakyat Demokratik, yang pada masa Orde Baru dikenal “radikal” karena melawan penguasa. Keduanya berantem justru ketika yang lain sedang khusyuk menikmati lebaran yang syahdu. Twitwar. Perang twit. Saling serang. Sampai saling bongkar aib.
Budiman Sudjatmiko lewat akun @budimandjatmiko menulis:
Pertanyaanku..knp di kelompok barunya @andiariefaa jd rasis & mengubah perangainya shg nyaris tak bisa kukenali? Jg ucapan2nya jd dangkal?
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 24, 2017
Ini direspon Andi Arief lewat akun @andiariefaa:
Kesalahan @budimandjatmiko adalah terpengaruh tuduhan palsu rasisme, 411 dan 212 punya akar masalah sosial ekonomi yg gampang dijelaskan.
— Andi Arief (@andiariefaa) June 24, 2017
Lalu terjadilah sahut-sahutan. Saling balas, dengan argumen-argumen yang semula masih bagus tapi kemudian bergeser jadi saling hina dan cela.
Sementara saya melihat anak2 muda baru muncul dgn ide2 cerdas utk Indonesia & terus nambah ilmu, sedih lihat @andiariefaa merusak kepalanya https://t.co/oiPuNxXBvf
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 24, 2017
Kau mau lari, Andi? Ada yg rusak di kepalamu..sampai2 kau kelepasan mengakui bhw kau sdg "bebas di luar" saat rusuh 98 itu? Ayo jawab https://t.co/Up09qi4piK
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
Sekali lagi u/ @andiariefaa (sblm dia lari): kau yg mbocorin basis2 pengorganisasian kita di kampung2 Jkt u/ dipakai kerusuhan rasis 98?
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
Saya salah 1 yg mendidik @andiariefaa utk ikut gerakan demokrasi..Tahu cara berpikirnya..Saya penasaran jika ada yg lain yg meracuninya https://t.co/BR4YJhrssC
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
Dan @andiariefaa mau bilang bhw rasisme itu jiwa bangsa ini & memanipulasinya u/ politik itu sah. Penjahat kau..Andi! Siapa guru barumu? https://t.co/uCW9jljG6t
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
kau harrus lebih belajar memahami apa yang dimaui rakyat, keliru kalau menangkap ada rasismw dalam 212. Kau partisan ahok.
— Andi Arief (@andiariefaa) June 25, 2017
kapan kau mendidikku, kau itu ketua PRD kebetulan, dan kebetulan masuk penjara bukan karena aktifitas rebolusioner.
— Andi Arief (@andiariefaa) June 25, 2017
Dari saling serang, ujung-ujungnya keluar twit berisi tuduhan serius bersifat pribadi dari Andi Arief kepada Budiman:
kurang ajar tahapmu, sekarang ngapain aja kerjamu di penjara? Buntingin anak orang dua kali keguguran.
— Andi Arief (@andiariefaa) June 25, 2017
perlu kau ketahui, aku diculik terakhir, dan saat itu gerakan sudah membesar. Kau enak2 di penjara buntingi anak orang.
— Andi Arief (@andiariefaa) June 25, 2017
Hehe masa' saya mbuntingin tahanan lelaki? ? Coba cerdas sedikit lah. Jika saya menanyai Andi yg mabuk itu krn saya ingin tahu ide2 gelapnya https://t.co/r44Rehyqun
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
Krn panik stlh @andiariefaa keceplosan dirinya di luar saat kerusuhan, dia buat fitnah & ngawur seolah di penjara pria perempuan dicampur?? https://t.co/O8GaK4arDO
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
Budiman sendiri membantah twitwar ini sebagai pertengkaran. Menurutnya Andi Arief tengah berlari membawa rahasia-rahasia kejahatan, sehingga harus diburu.
Don"t get me wrong: ini bukan pertengkaran. Aku sdg memburunya dgn pertanyaan2..dan @andiariefaa berlarian membawa rahasia2 kejahatan https://t.co/cpLfAmFqrR
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 25, 2017
Awal 1991 saya gak lelah merekrut dia ke gerakan prodem. Skrg @andiariefaa dirusak otaknya o/ lingkungannya, saya gak lelah menyucinya lagi https://t.co/txEIMbITci
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 26, 2017
Betul itu bukan twitwar…Sekalian saya meneruskan protes2 yg masuk ke saya sejak lama ttg perilaku @andiariefaa di TL yg suka rasis https://t.co/Pk7QWweLbf
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 26, 2017
Nanti kucari & kuurus @andiariefaa scr hukum u/ tuduhannya aku korupsi uang. Kalau menghamili orang di penjara, biar kecoa yg ketawain dia? https://t.co/WO106f0nMQ
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 26, 2017
Aku gak ada urusan dgn yg lain. Aku tanya ke kamu! Kebiasaanmu berlindung di punggung orang2 lain, gak hilang2.. https://t.co/ocPpgJtZrO
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) June 26, 2017
Begitulah. Berdebat di dunia maya memang tidak mudah. Sebab masing-masing hanya bisa “mengukur” lawan bicara lewat teks, yang terkadang ditulis begitu spontan dan rawan salah penangkapan. Orang-orang yang emosional tak cocok berdebat di medsos. Bisa keluar dari substansi lalu menyerang pribadi.
Tuduhan Andi Arief soal Budiman membuntingi cewek di dalam penjara itu, misalnya, bisa menjadi urusan hukum sangat serius. Bagaimana cara membuktikannya? Padahal boleh jadi tuduhan semacam itu terlontar hanya karena Andi Arief sedang emosional belaka.
Adapun berdebat mengenai pandangan politik, dukung-mendukung ideologi dan gerakan, mestinya bisa tetap dilakukan dengan gayeng dan bermartabat. Kecuali memang telah ada bibit dendam kesumat sejak lama, yang menunggu diledakkan, dari dua sahabat yang sama-sama pernah berada dalam satu payung gerakan pada masa di mana rezim begitu represif kepada siapapun yang secara politik berseberangan.
Menjelang meletusnya reformasi 1998, aktivis seperti Budiman Sudjatmiko dan Andi Arief memang menjadi role model banyak aktivis lain, terutama di daerah, karena keberanian mereka melawan penguasa. Kita tak pernah tahu bagaimana dinamika di internal gerakan tersebut pada masa itu, di dalam tubuh PRD yang masyhur sebagai partai pemberontak itu. Yang orang tahu; mereka para pemberani.
Sejarah kemudian mencatat, Andi Arief masuk lingkaran kekuasaan, pada rezim SBY, dan Budiman Sudjatmiko menyusul meleburkan diri ke PDIP dan kini mesra bersama rezim penguasa. Cerita 25 tahun silam itu tinggallah kenangan. Romantisisme sejarah. Hari ini mereka sama-sama partisan, dan bergiliran bergantian mereguk nikmat berada di barisan penguasa.
Twitwar, pertengkaran, atau apapun namanya yang mereka pertontonkan di medsos itu pada akhirnya hanya menunjukkan kebodohan. Publik cuma bisa tertawa, mungkin juga mencibir, sambil ikut ngomporin agar bertengkarnya lebih serius lagi aja. Sampai malunya sama-sama tak tertanggung lagi. []