Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Memantapkan Aqidah, Belajar dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq (2)

Keteguhan dan kokohnya nilai-nilai tauhid yang dimiliki Abu Bakar As-Shiddiq r.a juga dapat kita simak dan teladani dalam beberapa  peristiwa lainnya.

Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar sedang berada di Sunh, sebuah kampung di pinggiran kota Madinah di tempat salah seorang isterinya; tanpa ada tanya itu dan ini, setelah mendapat kabar tentang wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar  segera berangkat ke rumah Rasulullah SAW. Padahal waktu sholat shubuh di Masjid (Nabawi) Abu Bakar masih bertemu dengan Rasulullah SAW dan juga menjadi imam sholat atas perintah Rasulullah SAW.

Abu Bakar sedikitpun tidak terkejut dengan berita wafatnya Rasulullah SAW, sebab bagaimanapun juga hal itu adalah bagian dari kekuasaan dan kehendak Allah SWT sebagaimana yang ditegaskan Allah di dalam Kitab-Nya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya); dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’: 35)

Dengan langkah tegar Abu Bakar masuk ke rumah Aisyah (puterinya dan juga isteri Rasulullah SAW), Abu Bakar membuka penutup wajah jenazah Rasulullah SAW, dan setelah mencium wajah sahabatnya; menantunya dan Rasul Allah yang paling dimuliakan oleh seisi alam semesta ini, Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, alangkah sedapnya (harumnya) sewaktu engkau hidup; dan alangkah sedapnya sewaktu engkau wafat.”

Setelah itu Abu Bakar keluar menemui kaum muslimin yang sedang berkerumun melihat Umar bin Khattab  yang sedang berpidato, yang mengatakan Rasulullah tidaklah wafat, melainkan hanya sejenak pergi bertemu Allah sebagaimana halnya Musa a.s pergi ke Bukit Thursina menerima wahyu dari Allah dan kembali lagi setelah 40 hari kemudian. Dalam keadaan Umar dan kaum muslimin yang demikian itu, Abu Bakar berseru kepada mereka semua:

“Saudara-saudara, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sekarang Muhammad sudah meninggal dunia. Akan tetapi barangsiapa yang meyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak akan pernah mati.”

Lalu Abu Bakar membacakan firman Allah SWT:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia (Muhammad) wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran: 144)

Demi mendengar suara lantang Abu Bakar tersebut semua orang terdiam; Umar yang tadi kokoh dan bicara penuh semangat menjadi lunglai, rubuh dan pingsan beberapa saat setelah benar-benar sadar bahwa Rasulullah SAW memang telah berpulang ke rahmatullah.

Lihat dan simaklah oleh kita, betapa tingginya nilai aqidah; nilai tauhid; nilai keyakinan Abu Bakar terhadap kuasa dan kehendak Allah SWT. Padahal Muhammad SAW adalah orang yang paling-paling beliau sayangi dan cintai melebihi kedua ibu bapaknya. Lalu bagaimana dengan kita, jika mengalami hal semacam itu.

Jika kita dihadapkan pada situasi semacam itu, maka tentulah sesaat kita menjadi Umar bin Khattab, seakan tak percaya pada qudrat dan iradatnya Allah SWT. Alih-alih atau bukannya kita segera mengucapkan istirja (innaa lillahi wa innaa ilahi roji’un), malah yang ada kita guyon dengan orang menyampaikan kabar kematian sahabat atau teman dekat kita tersebut. Terlebih-lebih lagi jika teman kita yang meninggal dunia tersebut tidak dalam keadaan sakit, bahkan mungkin beberapa jam sebelumnya masih sempat ngobrol dan minum kopi bersama. Dan bisa saja  kalimat pertama yang terlontar dari mulut kita adalah semacam penafian atas kehendak Allah SWT: “Ah masa iya, baru beberapa jam tadi kami  sama-sama berjama’ah di Masjid. Bahkan kami sempat ngopi bareng sebelum pisah ke rumah masing-masing.”



KH. Bachtiar Ahmad


This post first appeared on Musholla RAPI Online, please read the originial post: here

Share the post

Memantapkan Aqidah, Belajar dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq (2)

×

Subscribe to Musholla Rapi Online

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×