Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

MENGAPA TUHAN MENGIZINKAN PENDERITAAN? (2)

MENGAPA TUHAN MENGIZINKAN PENDERITAAN? (1)... Klik disini!





-UNTUK MEMIMPIN KITA
Ketika seseorang menolak Allah, penderitaanlah yang seringkali menjadi kambing hitam. Namun anehnya, penderitaan juga mendapat penghargaan ketika orang menggambarkan apa yang mengarahkan kembali hidup mereka, menolong mereka untuk melihat hidup dengan lebih jelas, dan menyebabkan hubungan mereka dengan Allah semakin dekat. Bagaimana situasi yang sama dapat memberi pengaruh yang sangat berbeda pada sikap manusia?
Alasannya terletak pada orang itu sendiri, bukan pada peristiwanya.


Seorang pemimpin terkenal dan terbuka terhadap media mencela kekristenan sebagai "agama bagi para pecundang." Namun ia tidak selalu merasa seperti itu. Ketika masih muda, ia menerima pelatihan Alkitab, termasuk sekolah si sekolah lanjutan Kristen. Ketika bergurau tentang indoktrinasi ketat yang ia peroleh, ia berkata, "Saya kira saya telah diselamatkan tujuh atau delapan kali." Namun kemudian suatu pengalaman yang menyakitkan mengubah pandangannya terhadap kehidupan dan Allah. Adik perempuannya sakit keras. Ia berdoa bagi kesembuhannya, tetapi setelah menderita selama lima tahun, adiknya meninggal dunia. Ia kemudian mengambil kesimpulan yang salah bahwa Allah memang mengizinkan hal itu terjadi. Ia berkata, "Saya mulai kehilangan iman saya, dan semakin banyak iman saya berkurang, saya merasa semakin baik."


Apa yang membuat orang seperti itu berbeda dengan orang seperti Joni Earecson Tada? Dalam buku yang berjudul Where Is God When It Hurts? (Di Mana Allah Ketika Kita Menderita?) Philip Yancey menggambarkan perubahan sikap bertahap yang terjadi pada Joni selama bertahun-tahun setelah ia lumpuh dalam kecelakaan tatkala ia berolahraga selam.


"Pada mulanya Joni menemukan bahwa tidak mungkin baginya untuk mempertahankan iman percayanya kepada Allah yang penuh kasih... Pertobatannya kembali kepada Allah terjadi secara bertahap. Luluhnya sikap Joni terhadap kepahitan menjadi percaya terjadi setelah melewati masa penuh airmata dan pergumulan selama tiga tahun"


Titik balik itu terjadi pada suatu malam ketika seorang teman dekatnya, Cindy, memberitahunya, "Joni, engkau bukanlah satu-satunya orang yang mengalami hal ini. Yesus tahu apa yang engkau rasakan - karena Dia juga lumpuh." Cindy menjelaskan bagaimana Yesus disalibkan, dilumpuhkan oleh paku.


Yancey kemudian mengamati, "Pikiran itu membangkitkan minat Joni dan, sesaat kemudian, mengalihkan pikirannya pada penderitaannya sendiri. Sebelumnya, ia tidak pernah berpikir bahwa Allah juga merasakan rasa sakit yang menusuk yang sekarang menyiksa tubuhnya. Kesadaran itu amat melegakannya"
Joni tidak meneruskan mencari jawaban mengapa kecelakaan yang menghancurkan hidupnya itu terjadi. Sebaliknya, ia semakin bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan memandang kehidupan dari sudut pandang yang lebih luas.


"Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna."


Prinsip bahwa penderitaan dapat menghasilkan ketergantungan yang sehat pada Allah, diajarkan oleh Rasul Paulus dalam salah satu suratnya kepada jemaat di Korintus.
Ia menulis demikian:
Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati (II Korintus 1:8-9).


Penderitaan memaksa kita untuk melihat jauh melampaui keadaan yang kita alami sekarang. Penderitaan mendorong kita untuk mengajukan pertanyaan yang besar: "Mengapa saya berada disini" dan "Apa tujuan hidup saya?" Dengan mencari jawaban atas kedua pertanyaan tersebut dan menemukannya di dalam Allah yang terdapat dalam Alkitab, kita akan memperoleh kemantapan yang kita butuhkan untuk menanggung penderitaan yang paling berat sekalipun yang menimpa hidup kita, karena kita tahu bahwa Allah yang berdaulat tetap menyertai sepanjang sejarah umat manusia dan merajut semua itu menjadi permadani yang indah yang pada akhirnya akan memuliakanNya, maka kita akan melihat berbagai hal dalam sudut pandang yang lebih baik.


Dalam Roma 8:18 Paulus menulis, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Paulus tidak bermaksud untuk memperingan kesukaran-kesukaran kita, tetapi ia memberitahu umat percaya untuk melihat berbagai kesukaran dengan kacamata kekekalan. Masalah-masalah yang kita hadapi mungkin berat, bahkan menghancurkan. Namun Paulus berkata bahwa jika dibandingkan dengan kemuliaan yang menanti orang-orang yang mengasihi Allah, bahkan dalam keadaan hidup yang paling gelap dan berat sekalipun, semuanya itu akan memudar.


Oleh karena itu, tatkala kesukaran menimpa - dan pasti akan kita alami - ingatlah hal ini: Allah menggunakan situasi-situasi semacam itu untuk menuntun kita padaNya dan kepada pandangan hidup yang jauh ke depan. Dia memanggil kita untuk percaya, berharap dan menunggu. 


Bersambung....





This post first appeared on "what You Need Is Available Here - Semua Ada Disin, please read the originial post: here

Share the post

MENGAPA TUHAN MENGIZINKAN PENDERITAAN? (2)

×

Subscribe to "what You Need Is Available Here - Semua Ada Disin

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×