Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Analisis Korelasi Buku Pelajaran Pai Dengan Prestasi Belajar

Analisis Korelasi Kelengkapan Buku Pelajaran Pai Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sdn No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar

 

Artikel bagus kali ini akan membagikan kepada para pembaca setia artikel bagus skripsi pendidikan dengan judul Analisis Korelasi Kelengkapan Buku Pelajaran Pai Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sdn No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar, semoga bermanfaat bagi kita semua.

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan pada umumnya senantiasa menjadi target utama oleh para guru dengan mengupayakan memodifikasi berbagai teknik dan cara dalam proses Belajar mengajar. Aspek-aspek sangat penting adalah perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahan-bahan instruksional, system penilaian, manajemen pendidikan, penataran guru, proses belajar mengajar (termasuk kegiatan guru dalam kelas), misalnya pemberian tugas secara teratur kepada siswa. Kesemuanya ini sebagai bukti dari upaya untuk memajukan pendidikan khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Dewasa ini berbagai jenis dan jenjang lembaga pendidikan di Indonesia umumnya dan di Sulawesi Selatan pada khususnya diperhadapkan dengan berbagai tahapan, terutama yang berhubungan dengan masalah rendahnya mutu pendidikan. Salah satu faktor untuk meningkatkan mutu pendidikan ialah dengan meningkatkan Prestasi Belajar siswa di sekolah. Alternatif yang diupayakan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah cukup berat dan rumit, karena selain memerlukan pemikiran, biaya dan tenaga yang cukup besar, juga karena indikasi penyebab rendahnya mutu pendidikan tersebut melibatkan banyak faktor dan banyak pihak di dalamnya, antara lain: faktor guru, faktor sarana dan prasarana pendidikan, faktor kurikulum dan proses belajar mengajar, faktor orang tua siswa dan masyarakat, faktor biaya dan kesejahteraan serta faktor siswa itu sendiri, di samping faktor pendukung lainnya.

Sehubungan dengan itu Hasan Walinono menyatakan bahwa, “Mutu pendidikan tergantung dari kemampuan guru, tertibnya administrasi, proses belajar mengajar, potensi siswa, adanya sarana dan prasarana di samping faktor situasi dan lingkungannya.”[1]

Dari semua faktor yang telah disebutkan di atas, di dalam penulisan skripsi ini faktor kelengkapan sarana belajar siswa termasuk di dalamnya buku-buku pelajaran harus diperhatikan keberadaannya karena sangat berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Masalah ini tidak pernah tuntas, namun tetap diupayakan karena masalah kualitas erat kaitannya dengan penanganan secara terpadu, sehingga pendidikan sebagai suatu system dapat menghasilkan luaran yang professional dan bermutu serta relevan dengan tujuan pendidikan nasional.

Umumnya siswa di SDN No. 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar memiliki potensi yang cukup dalam belajar. Demikian pula upaya pembinaan guru-guru ke arah perbaikan dan peningkatan prestasi belajar siswa telah banyak dilakukan, akan tetapi hasil belajar siswa masih tetap memperlihatkan kecenderungan yang sama, bahkan sebagaian di antaranya mempunyai prestasi belajar yang rendah.

Berdasarkan uraian tersebut serta kenyataanya yang penulis alami, maka penulis mempunyai dugaan yang besar bahwa kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh ketidak lengakapan buku pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang dimilikinya. Ini berarti makin kurang efektifnya siswa-siswa untuk belajar PAI, maka cenderung mempengaruhi rendahnya prestasi belajar yang dicapaidalam mata pelajaran PAI. Karena kekurang efektifan siswa di dalam belajar cenderung mengarah pada kebiasaan belajar yang jelek, yang pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang jelek pula.

Mengingat pentingnya wawasan siswa terhadap materi pelajaran telah diwajibkan memiliki buku PAI, baik yang disediakan oleh sekolah ataupun atas dasar kesadaran sendiri dari pihak siswa memperoleh dari toko buku. Namun kenyataan sampai saat ini diduga masih terdapat sekelompok siswa yang belum memiliki literature yang lengkap. Diakui bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah adalah kelengkapan buku yang dimiliki secara pribadi bagi setiap siswa.

Dengan demikian keprihatinan penulis terhadap permasalahan ini, dapat diupayakan melalui penelitian yang sangat sederhana ini untuk mencari solusi yang terbaik dalam rangka perbaikan dan peningkatan prestasi belajar siswa. Untuk mencapai suatu prestasi belajar yang diharapkan, maka dalam setiap proses belajar mengajar itu tidak selamanya berjalan dengan lancar setiap individu yang belajar.

Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi belajar siswa yang dicapai pada hakikatnya merupakan serangkaian hasil dari suatu proses belajar untuk menunjang suksesnya proses belajar anak didik pada setiap sekolah, maka sejalan dengan itu kelengkapan buku pelajaran merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah.

B.  Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dirasakan perlu untuk merumuskan masalah agar tidak menimbulkan berbagai macam penafsiran yang berbeda. Dengan rumusan ini juga akan mencerminkan permasalahan yang diteliti.

Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut: “Apakah ada korelasi kelengkapan buku pelajaran PAI dengan prestasi belajar siswa di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar.”

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka sebagai hipotesis yang dapat dikemukakan adalah bahwa kemungkinan ada korelasi kelengkapan buku pelajaran PAI dengan meningkatnya prestasi belajar siswa di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar. Korelasi tersebut bisa dilihat dengan beberapa indikator yakni :

  1. Semakin lengkapnya buku pelajaran PAI yang dimiliki siswa, dan buku pelajaran PAI yang dimiliki siswa tersebut sesuai anjuran dan ketetapan Mendiknas dan Depag.
  2. Dengan kepemilikan buku PAI, rata-rata siswa cepat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru PAI mereka.
  3. Kelengkapan buku PAI yang dimiliki siswa mempunyai nilai praktis antar memudagkan mengulangi pelajaran mereka yang telah dipelajari di sekolah sekembalinya di rumah masing-masing

Pengujian atas hipotesis di atas, berdasarkan data awal yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan statistik product moment yang kelihatan terjadi sigkron dan sangat relevan.

D.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu: Untuk memperoleh data yang akurat tentang korelasi kelengkapan buku pelajaran Pendais atau PAI terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Sedangkan kegunaan penelitian ini bermanfaat untuk Guru, khususnya guru-guru di SDN No. 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar dalam usaha memperbaiki cara-cara belajar siswa yang kurang efektif kearah kebiasaan belajar yang lebih efektif dengan cara melengkapi buku pelajaran siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajarnya.

E. Garis Besar Isi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bab pembahasan. Bab I, merupakan pendahuluan yang secara umum pembahasannya memberikan gambaran singkat dan orientasi dari obyek penelitian yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya. Bab II, tentang tinjauan pustaka dijelaskan kelengkapan buku wajib, belajar dan prestasi belajar, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bab III, adalah metode penelitian, yang pembahasannya bersifat metodologis. Bab IV, adalah hasil penelitian yang melaporkan berbagai data dan informasi mengenai SDN 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar, dan analisis mengenai korelasi kelengkapan buku pelajaran PAI dengan prestasi belajar siswa di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar. Bab V, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan implikasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Kelengkapan Buku Wajib

Kelengkapan buku wajib termasuk buku PAI yang dimaksud dalam uraian ini adalah semua barang dan termasuk literatur pustaka yang diperlukan berkenaan dengan mata pelajaran, yang dianggap sebagai barang dan sarana penunjang pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah. Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan administrasi sekolah dasar yang diterbitkan direktorat pendidikan dasar dan menengah. Ditegaskan dua jenis barang:

a.    Barang bergerak terbagi atas:

Barang habis dipakai meliputi semua barang yang susut sampai habis atau tidak berfungsi lagi serta tidak perlu diinventarisasikan seperti tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan tanggal 13 April 2005/No. 225/MK/V/2005.

Barang tak habis dipakai meliputi semua barang yang dapat dipakai berulang-ulang, tidak susut volumenya atau massa kegunaannya dalam jangka waktu yang panjang dan memerlukan perawatan agar siap pakai :

b.    Barang tidak bergerak yaitu perlengkapan yang tidak berpindah-pindah antara lain berupa tanah, dan bangunan. Tujuan dari pengaturan perlengkapan ini ialah untuk mengadakan perincian semua kegiatan yang berhubungan dengan perlengkapan dan sekaligus memberikan bimbingan tentang bagaimana cara melaksanakan kegiatan agar dapat membantu tugas yang dipertanggungjawabkan bagi setiap unit sekolah.

Kemudian proses pengaturan perlengkapan buku; Menurut buku pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dikemukakan langkah-langkah dalam penataan perlengkapan sebagai berikut: Perencanaan, Penganggaran dan Perencanaan Biaya, Penyimpanan dan Penyaluran, Pemeliharaan, Penginventarisan dan penghapusan, tata perlengkapan sekolah.

Berikut ini akan diuraikan secara terperinci satu persatu hal tersebut di atas.

a.    Perencanaan dan penentuan kebutuhan perlengkapan sekolah diperlukan:

  • Dengan adanya perencanaan yang matang maka suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai rencana yang ditetapkan.
  • Memudahkan para pengelola untuk mengetahui berapa besar dana yang harus disediakan untuk melaksanakan kegiatan itu.
  • Akan memudahkan kita melakukan pengawasan dan pengendalian dan pengendalian terhadap kegiatan yang dilaksanakan, atau tidak dengan rencana. Mengikuti pedoman (standar), kuantitas dan kualitas perlengkapan yang diperlukan sekolah.
  • Mengadakan perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan anggaran yang disediakan.
  • Menyediakan dan menggunakan perlengkapan dalam kegiatan operasi.
  • Menyimpan dan memeliharan perlengkapan
  • Menghapus perlengkapan menurut prosedur yang berlaku. Mengikuti prosedur pengelolaan perlengkapan dan mengumpulkan serta mengelola data perlengkapan.

b.    Penganggaran atau Perencanaan Biaya

Penyusunan rencana anggaran didasarkan pada perencanaan dan penentuan kebutuhan yang dinilai dalam urang dan dituangkan pada daftar usulan kegiatan (DUK) dan daftar usulan proyek (DUP). prosedur untuk menyusun rencana anggaran sampai menjadi anggaran adalah sebagai berikut:

  • Setiap tahun kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek mengajukan rencana anggaran DUK atau DUP untuktahun mendatang kepada menterik, ketua lembaga yang bersangkutan melalui atasannya.
  • DUK dan DUP yang diterima Departemen Lembaga yang bersangkutan diproses, kemudian diajukan kepada Menteri Keuangan atau Ketua Bappenas. Kepala kantor/Pemimpin proyek dapat melaksanakan kegiatan proyek setelah DUK dan DUP yang diusulkan masing-masing Departemen disahkan oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.
  • Pengadaan buku-buku pelajaran, yaitu buku-buku yang diperlukan di sekolah yang meliputi: buku bacaan pelajaran, buku perpustakaan, kamus, ensiklopedi, majalah pendidikan. Pengadaan buku-buku tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a)Membeli buku secara langsung dari penerbitnya tanpa melalui lelang. Syarat untuk membeli buku ini adalah dengan minta ijin dahulu kepada Departemen Pendidikan Nasional. Langkah-langkah yang diambil untuk buku sekolah adalah sebagai berikut: penyusunan spesifikasi pembelian, permintaan/ penerimaan buku contoh, penilaian buku oleh panitia-panitia, permintaan penawaran harga, evaluasi penawaran, penjelasan penetapan harta, penerbitan surat penawaran, penyelesaian dan penerimaan barang dan pembayaran.

b)Pembelian buku lewat penyalur yaitu membeli langsung dan supplier buku dimana juga termasuk toko buku, tetapi bukan dari penerbitnya, pembelian buku lewat penyalur bisa dilakukan.

c)Pembelian buku import, bila buku yang ditetapkan itu terbitan luar negeri yang tidak terdapat pada toko buku maka pembelian atau pemasarannya harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Menteri Pendidikan Nasional.

d)Menerbitkan buku sendiri

e)Menerima bantuan baik yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun lembaga pendidikan lainnya yang berasal dari dalam dan luar negeri.

c. Pemeliharaan perlengkapan

Adapun yang dimaksud dengan pemeliharaan perlengkapan ialah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus menerus untuk mengusahakan agar setiap jenis barang tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai. Pemeliharaan barang dibedakan atas:

1)   Pemeliharaan sehari-hari

Pemeliharaan dilakukan oleh pegawai yang menggunakan barang itu dan bertanggung jawab sepenuhnya.

2)   Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan dilakukan dalam satu jangka waktu tertentu misalnya sebulan sekali, dua bulan sekali dan sebagainya terhadap buku yang ada. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku maka standar ruang belajar mengajar harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dengan melengkapi buku-buku.[2] Untuk pendidikan dan meminjamkan bahan pustaka yang dapat memperluas cakrawala pandang para pemakai.

Bahan pustaka yang dimaksudkan dalam kelompok ini ialah buku acuan atau buku referensi, buku non fiksi yang meliputi semua bidang disiplin ilmu dan majalah. Untuk menunjang kegiatan penelitian perpustakaan perlu menghimpun hasi-hasil penelitian yang baik yang telah diterbitkan secara luas maupun yang diterbitkan untuk kalangan terbatas. Laporan hasil penelitian biasanya disertai dengan data statistic penunjang penelitian tersebut. Hasil penelitian biasanya diterbitkan secara luas lewat jurnal profesi, sedang yang terbatas hanya dicetak dan merupakan laporan kepada lembaga pemberi dana atau pemesan hasil penelitian tersebut. Untuk menunjang kegiatan pengabdian pada masyarakat perpustakaan menghimpun hasil penelitian, hasil survey dan hasil studi yang lain yang intinya atau isinya dapat langsung diterapkan di dalam masyarakat.

Dalam menunjang kegiatan terstruktur dan mandiri maka fungsi perpustakaan menjadi sangat penting karena kedua macam kegiatan ini memerlukan tempat untuk belajar, diskusi dan bahan-bahan pustaka pendukung referensi. Hal ini sesuai dengan fungsi perpustakaan yang tidak hanya sekedar menyimpan dan merawat bahan pustaka tetapi juga sebagai penyaji, penyebar informasi dan fungsi pelayanan. Namun perpustakaan dapat berfungis dengan baik bila penlanggannya sadar bagaimana memanfaatnak bahan informasi yang disediakan oleh perpustakaan. Dengan kata lain pemakai harus mengetahui dengan cepat di mana dan bagaimana cara menemukan bahan perpustakaan yang mereka perlukan.

Dengan demikian kelengkapan buku baik di sekolah maupun secara pribadi yang isinya antara lain:

  • Buku pegangan memuat bunga rampai informasi yang dipusatkan pada pokok bahasan tertentu yang dipergunakan sebagai pedoman untuk mengerjakan sesuatu.
  • Almanac berisi bunga rampai, data, fakta, peristiwa dari suatu wilayah, industri atau subyek dalam tahun yang lalu.
  • Buku tahunan merupakan ikhtiar yang terbit setahun sekali yang memuat, data, peristiwa dan statistic yang ada pada tahun sebelumnya.
  • Biografi, merupakan informasi yang memuat data nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, keahlian, jabatan, hobbi, dan hasil karya tulis dalam bidangnya. Sumber biografi dapat ditemukan pada autobiografi, kamus, ensiklopedia maupun direktori.
  • Geografis berisi informasi tentang nama kota, wilayah, sungai, gunung, dan keterangan geografi lainnya yang disusun secara alfabetis. Sering juga memuat data kependudukan sebagai informasi tambahan. Bentuk penyajian bisa berupa globe, atlas atau kamus ilmu bumi (gazzetter).
  • Indeks adalah koleksi referensi yang berisi daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis, untuk menunjukkan di mana bahan-bahan tersebut dapat ditemukan. Indeks sering terdapat pada halaman akhir suatu monografi.
  • Abstrak memuat ringkasan karangan atau artikel yang meliputi data bibliografis mengenai karangan aslinya yang disusun secara singkat, obyektif dan informative.
  • Bibliografi berisi daftar buku atau bahan pustaka lainnya dalam susunan sistematis abjad, nomor atau subyek. Sumber referensi lainnya bisa berupa terbitan pemerintah, data statistic dan peraturan pemerintah.

Buku sumber dapat dipergunakan sebagai informasi pemula untuk penelusuran lebih lanjut. Jenis sumber ini adalah indeks abstrak dan bibliografi. Karya abstrak sering terbit sebagai serial (berseri).

Berikut ini akan dikemukakan prinsip-prinsip belajar bersifat umum dan cara membaca buku dengan baik.

a.    Prinsip membaca buku

Tiga formula untuk memperbaiki efisiensi membaca bersifat umum dan cara membaca buku dengan baik.

  • Formula SD4 dirancang untuk membantu dalam menentukan bahan bacaan mana yang akan dibaca. S adalah survey dan D adalah decide, mensurvey bahan bacaan untuk menentukan suatu dari empat pilihan, sikap, membaca atau studi (mengkaji). Bila hasil survey mengungkapkan relevansi personal yang kecil maka bahan bacaan itu yang kecil maka bahan bacaan itu tidak dibaca keseluruhannya. Kalau lebih relevan dan bila dirasakan penting maka bahan itu dikaji. Nilai formula di atas terletak pada kesempatan yang diberikan untuk membagi perhatian menurut pentingnya bahan.
  • Formula SQ3R mempunyai maksud yang lain sama sekali untuk memberikan pemahaman dan ingatan yang maksimum. S sebagai langkah peserta yang merupakan singkata dari kata survey untuk memperoleh suatu pandangan yang menyeluruh. Q adalah question yang perlu dikaji dan dicari jawabannya pada saat membaca. Keduanya ini cenderung meningkatkan minat dan rangsangan keterlibatan aktif yang tinggi. 3R memberikan indikasi reading (membaca) reviewing (mengulangi) dasnrecting (menghafal).
  • Formula VIP yang melancarkan semua jenis melalui praktek perbaikan verbal. Melihat dengan cermat adalah suatu keterampilan yang dipelajari.

b. Membaca buku

1) Membaca buku pelajaran

Membaca buku pelajaran dan tugas-tugas dari buku pelajaran. Metode SURE (Survey Undorscore Read Emphaseize) adalah metode yang dapat digunakan dengan baik sekali guna memperoleh pemahaman dari tugas-tugas membaca bahan pelajaran. Survey membaca judul, pendahuluan, daftar isi dan lain-lain yang bersifat menyeluruh sangat membantu dalam usaha mendalami bahan pelajaran itu.

Underscore adalah usaha untuk menegaskan makna dengan merubahnya menjadi bahan pertanyaan. Dengan pertanyaan itu akan terus menantang anda untuk mencari jawaban dalam membaca buku. Dengan cara ini makin aktif membaca makin banyak pula yang didapatkandari membaca itu. Read adalah usaha membaca buku dengan terus-menerus menjawab pertanyaan pada saat membaca buku-buku pelajaran dan dengan menggaris bawahi bagian-bagian yang dianggap penting. Dalam membaca tugas-tugas lainnya, bacalah dengan teliti dan seksama bagian pendahuluan khusus Bab I. Bagian pendahuluan akan memberikan suatu tinjauan umum buku dan tujuan yang ingin dicapai oleh tulisan itu. Bab pertama sangat penting dalam berbagai buku pelajaran, karena merefleksikan (memberi isyarat) bagian-bagian selanjutnya. Sama halnya dengan mendengarkan pidato, bagian peserta akan membantu pembaca untuk segera mengadakan penyesuaian terhadap gaya pengarang. Bacalah hasil yang sebaiknya. Emphasize pada saat menemukan ide-ide utama tulislah catatan-catatan isyarat pendek di bawah pertanyaan untuk selanjutnya digunakan untuk diingat. Tinjau pertanyaan untuk selanjutnya digunakan untuk diingat. Tinjau kembali catatan-catatan anda selama 5 sampai 10 menit segera sesudah membaca keseluruhan bahan bacaan dalam mata pelajaran tertentu.

Tinjau kembali semua catatan bila pada bagian akhir sebelum ke bab berikutnya. Membaca buku pelajaran, ada tiga prinsip yang harus diingat dan digunakan pada setiap membaca buku pelajaran yaitu dengan berusaha membaca dengan cepat, tidak mengulangi bacaan yang telah terbaca dan yang paling utama adalah memilih bahan bacaan yang selektif. Pada hakekatnya membaca buku yang bukan buku pelajaran hanya bertujuan untuk rileks semata. Bahan bacaan seperti ini biasanya dibaca pada waktu-waktu senggang. Dan lebih baik lagi jika bacaan tersebut berkaitan dengan mata pelajaran.

Untuk melengkapi keterampilan-keterampilan komunikasi yang diakui pada umumnya (membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis), maka perlu dijelaskan proses membaca yang ideal lebih efektif. Di antara keempatnya, membaca menduduki tempat ketiga dalam hal jumlah waktu yang dibutuhkan. Waktu membaca merupakan komunikasi yang paling berarti dari ketiga keterampilan lainnya. Banyaknya perhatian yang diperlukan dalam membaca mempunyai pengaruh merusak keterampilan komunikasi pada anak didik. Efektifitas keterampilan mendengarkan, berbicara dan menulis sangat tergantung kepada perkembangan keterampilan membaca yang memadai.

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu.

B.  Belajar dan Prestasi Belajar

Belajar dan prestasi belajar adalah dua kata yang pengertiannya berhubungan dengan satu sama lain, sehingga kadang kala sulit dipisahkan bahkan dibedakannya. Akan tetapi untuk pembahasan teoritis, keduanya dapat dibedakan pengertiannya antara satu dengan yang lainnya.

1.    Pengertian belajar

Cukup banyak pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian mengenai belajar, namun dalam pembahasan ini penulis hanya mengemukakan beberapa saja diantaranya.

dalam buku Psikologi Belajar karya Muhibbin Syah, ditemukan macam-macam defenisi belajar, yakni antara lain bahwa belajar adalah :

a.  a process of progressive behavior adaptationm, artinya; belajar adalah proses adaptasi

b. asquistion of any relatively permanent change behavior as a result to practice and experience, artinya; belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang realtif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman

c. procces of acquirin responses as a result of special practice, artinya ; belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.[3]

Selain ketiga defenisi di atas, masih ditemukan lagi beberapa batasan tentang belajar, yang antara lain bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman; atau suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar selalu menunjukkan suatu proses perilaku antara pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.[4] Dengan pengertian ini, maka belajar dapat ditafsirkan sebagai suatu proses, suatu kegiatan  dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Sejalan dengan itu, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa belajar juga diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap.[5] Dengan pengertian seperti ini, maka belajar dapat ditafsirkan sebagai proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Timbulnya aneka ragam pendefinisian dan batasan tentang belajar, adalah fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu, perbedaan antara situasi belajar dengan situasi belajar lainnya memang dapat menimbulkan perbedaan pandangan.

Kemudian menurut P. M. Lawalata  bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang nyata pada adanya pola sambutan yang baru yang dapat berupa suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu abiliteit atau suatu pengertian.”[6]

Dari beberapa ahli yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri, di mana perubahan itu bersifat permanent. Tidak termasuk dalam pengertian belajar apabila perubahan tingkah laku individu itu disebabkan oleh proses untuk menjadi matangnya seseorang oleh perubahan yang bersifat kontemporer.

Apabila dianalisis lebih lanjut dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan tersebut, maka terdapat unsure yang terkandung dalam pengertian belajar yakni antara lain:

a.    Belajar itu merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dari setiap orang yang belajar.

b.    Belajar itu mengandung faktor kesengajaan dan kesadaran serta bertujuan;

c.    Belajar adalah merupakan suatu perubahan perilaku yang relative menetap (tidak bersifat sementara)

d.   Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

e.    Perubahan perilaku seseorang merupakan hasil pertautan antara stimulus dan respons dalam bentuk pengalaman, baik disengaja maupun tidak disengaja dalam proses belajar.

Belajar sebagai suatu kegiatan yang disadari berarti bahwa belajar yang dilakukan sudah dipertimbangkan sebelumnya, bukan dilakukan secara tiba-tiba atau secara refleks. Kegiatan belajar itu diarahkan pada suatu tujuan yang ingin dicapai yakni perubahan tingkah laku positif yang pada dasarnya mencakup tiga aspek yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan dimana perubahan tingkah laku ini disebabkan sebagai hasil pengalaman yang diperoleh dalam interaksi dengan lingkungan.

Perubahan dalam belajaritu bersifat relative permanent, artinya hasil belajar itu dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Perubahan perilaku dalam belajar itu bukan terjadi secara kebetulan karena orang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu tentu tidak dapat mengulangi perilaku itu dengan hasil yang sama.

Demikian pula prilaku yang terjadi dengan sendirinya dengan proses kematangan, bukanlah merupakan hasil belaja. Misalnya seorang bayi dapat berdiri, berjalan, berbicara pada usia sekitar satu tahun bukanlah hasil belajar melainkan karena tingkat kematangannya yang memungkinkan bayi tersebut dapat melakukan hal-hal di atas.

Jadi belajar pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk dapat menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sebagai hasil dengan lingkungan, di mana perubahan tingkah laku seseorang atau individu itu relative permanent.

2.    Pengertian Prestasi Belajar

Secara umum prestasi diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Jika usaha di sini dimaksudkan adalah belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai setelah melalui proses belajar selama waktu tertentu.

B. S. Bloom dalam bukunya Umar Tirtaraharja merumuskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut: “Prestasi belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu “pengetahuan ” (cognitive), “sikap” (affective) dan “keterampilan” (psychomotor).”[7] Dari pengertian tersebut dipahami bahwa prestasi belajar adalah adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan test standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar seseorang.

Jadi prestasi belajar prestasi belajar yaitu sebagai indicator kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh anak didik. Tinggi rendahnya prestai belajar dapat menjadi indicator sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai anak dalam mata pelajaran atau kegiatan kurikulum tertentu.

Dari Uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar siswa, di mana prestasi belajar ini merupakan indicator sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai siswa dalam mata pelajaran atau kegiatan kurikulum tertentu.

Jadi jelaslah bahwa untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, dapat dilihat melalui prestasi belajar yang dicapai. Apabila prestasi belajar yang dicapai siswa adalah bagus, maka dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar yang telah berlangsung antara guru dan siswa dinilai sangat berhasil. Tetapi apabila terjadi sebaliknya yakni prestasi belajar rata-rata siwa kurang bagus, maka proses belajar mengajar itu dikatakan kurang berhasil.

C. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi.[8] Selanjutnya, Muhibbin Syah menyatakan bahwa fakor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa terdiri atas tiga yakni, faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal bersumber dari dalam diri siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Sedangkan faktor eksternal bersumber dari luar siswa, yakni kondisi di sekitar lingkungan siswa. Selanjutnya, faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.[9] Dalam tafsiran penulis bahwa faktor yang terakhir ini, yakni faktor pendekatan belajar dapat dapat digolongkan sebagai faktor eksternal.

Berdasarkan tafsiran penulis, dan tanpa mengesampingkan pernyataan Muhibbin Syah di atas, maka menurut penulis bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada dasarnya dapat dirinci dalam dua aspek, yakni faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa.

1. Faktor internal siswa

Masih menurut Muhibbin Syah bahwa faktor internal yang berasal dari diri siswa meliputi dau aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).[10] Namun, dalam pandangan penulis bahwa bila direlevansikan dengan persoalan hasil belajar, maka tinjauan mengenai faktor-faktor internal tersebut akan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis.

Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai hasil belajar yang berkategori tinggi. Sebaliknya, tanpa faktor-faktor psikologis, bisa jadi hasil belajar yang diraih berakategori rendah.

Dalam pandangan penulis bahwa di natara faktor psikologis yang paling kuat mempengaruhi keberhasilan dan hasil belajar adalah motivasi dan konsentrasi, sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini :

a. Motivasi

Seorang siswa akan berhasil dalam belajar, bilamana dalam dirinya sendiri terdapat keinginan untuk belajar dan inilah yang disebut dengan motivasi.[11] Dalam pernyataan Reymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jayner bahwa inisiatif merupakan malaikat pembimbing bagi motivasi belajar, dan merupakan faktor utama yang memberikan bantuan pertama atas kerusakan otak kiri karena nilai rendah.[12] Dari pernyataan ini, maka dapat dipahami bahwa seorang siswa yang memiliki hasil belajar dalam ketegori rendah, dapat berubah menjadi sedang atau tinggi bilamana siswa tersebut memiliki motivasi yang kuat untuk lebih belajar lagi.

Jadi, motivasi di sini merupakan sebagai pemasok (energiner) untuk mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dengan cara belajar secara kontinyu. Bilamana motivasi belajar pada diri siswa menjadi lemah, atau mungkin juga motivasi belajarnya hilang, maka hasil belajarnya akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus, demi mendapatkan hasil belajar yang tinggi.

b. Konsentrasi

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.[13] Atau dengan kata lain, konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suuatu situasi belajar. Unusr motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidal “perhatian” sekedarnya.

c. Intelegensia

Intelegensia pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi  rangsangan dengan cara yang tepat.[14] Jadi intelegensia sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi seorang siswa lebih menonjol dari para organ-organ tubuh lainnya. Dengan demikian, tingkat kecerdasan itelegensia (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.

Dapatlah dipahami bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih hasil belajar dalam ketegori yang tinggi.

Di samping faktor motivasi, konsentrasi, dan tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tidak dinafikan juga faktor-faktor lain turut mempengaruhi keberhasilan belajar itu sendiri, misalnya; bakat dan minat siswa serta hal-hal lainnya yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.

2. Faktor eksternal siswa

Dalam pandangan penulis bahwa faktor eksternal yang paling kuat mempengaruhi keberhasilan dan hasil belajar siswa adalah guru dan sarana prasarana sekolah.

a. Guru

Peranan guru di sini adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.[15] Di samping itu, guru juga berperan sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, serta evaluator. Peran-peran yang dimainkan oleh guru memberi pengaruh yang mendalam terhadap hasil belajar siswa.

Lebih lanjut Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang (designer) belajar mengajar.[16]

Guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu melaksanakan pengajaran, yang disebut dengan “gaya mengajar” atau teaching style. Gaya mengajar guru tersebut turut memberi pengaruh terhadap keberhasilan siswa.

b. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana belajar di sekolah merupakan faktor yang penting dalam usaha memacu keberhasilan dan hasil belajar siswa. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Sedangkan prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga.[17]

Lengkapnya sarana dan prasana pembelajaran, akan mencipatakan kondisi pembelajaran yang lebih baik. Hal ini tidak berarti berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. Justru di sinilah timbul masalah, bagaimana mengelolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik. Karena itu, dengan tersedianya sarana dan prasana pembelajaran di sekolah berarti menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya dengan baik pula.

Di samping guru dan sarana-prasarana pembelajaran, masih ada faktor-faktor eksternal lain yang turut mempengaruhi keberhasilan dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa, misalnya pendekatan belajar, kurikulum sekolah, lingkungan yang dihadapi siswa itu sendiri, dan selainnya.

D. Indikator Keberhasilan dan Prestasi Belajar

Suatu proses belajar siswa di sekolah dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intsruksional khusus pengajaran dari bahan yang dipelajarinya. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar di sekolah dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan tafsirannya masing-masing.

Yang menjadi indikator bahwa suatu proses belajar dianggap berhasil, minimal dua tolok ukur, yakni :

  1. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
  2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. [18]

Namun demikian, perlu ditegaskan di sini bahwa indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur terhadap keberhasilan adalah daya serap siswa itu sendiri.

Selanjutnya untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan tes prestasi belajar, yang terdiri atas berepa jenis penilaian, yakni ;

  1. Tes formatif, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap bahasan tersebut.
  2. Tes subsumatif, yaitu meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat presatsi belajar siswa.
  3. Tes sumatif, yaitu diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu.[19]

Dapat dirumuskan bahwa dalam interaksi belajar mengajar di sekolah ditemukan adanya proses belajar dengan mempelajari bahan yang dilakukan oleh siswa dan hal ini merupakan kunci keberhasilan belajar siswa itu sendiri.

Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan belajar muda, dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu yang singkat.[20] Berdasarkan keterangan ini, maka dirumuskan bahwa lama dan tidak lamanya waktu belajar, dapat pula dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dan hasil yang dicapai dalam kegiatan belajar.

Dalam setiap proses belajar mengajar di sekolah selalu menghasilkan tingkat keberhasilan dan hasil belajar yang bervairisi. Telah disinggung dalam uraian terdahulu bahwa tingkat keberhasilan tersebut adalah istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal) dan kurang.

Selanjutnya, dapat dirumuskan lebih terinci lagi bahwa dari tingkat keberhasilan itu terdiri atas tiga kategori, yakni; tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat keberhasilan istimewa (maksimal) dan baik sekali (optimal), dianggap sebagai hasil belajar yang berkategori “tinggi”; tingkat keberhasilan baik (minimal), dianggap sebagai hasil belajar yang berkategori “sedang”; sedangkan tingkat keberhasilan kurang, dianggap sebagai hasil belajar yang berkategori “rendah”.

Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil bilamana siswa memperoleh hasil belajar yang berkategori tinggi. Sedangkan suatu kegiatan belajar dapat dikatakan kurang berhasil bilamana siswa memperoleh hasil belajar yang berkategori sedang. Selanjutnya, suatu kegiatan belajar dapat dikatakan gagal bilamana siswa memperoleh hasil belajar yang rendah. Tinggi, sedang, dan rendahnya hasil belajar seorang siswa, tentu disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Masalah belajar tidak dapat dipisahkan dengan masalah pendidikan, karena belajar merupakan sub sistem dalam pendidikan itu sendiri. Siswa yang belajar di sekolah pada hakikatnya bertamba ilmu pengetahuannya dan keterampilannya. Namun pencapain keberhasilan dan atau hasil belajar siswa-siswa di sekolah sangat bervariasi.

Di antara siswa-siswa, ada yang mencapai keberhasilan belajar yang  maksimal (istimewa), ada pula optimal (baik sekali), ada pula minimal (baik), dan ada pula yang kurang. Untuk menentukan keberhasilan siswa tersebut, didasarkan pada pencapaian tujuan instruksional khusus (TIK) dari setiap mata pelajaran yang telah diajarkan guru kepada mereka.

Selanjutnya, untuk menentukan prestasi hasil belajar siswa, maka didasarkan pada angka-angka atau nilai-nilai siswa dalam buku rapor setelah ujian semester. Dari sini, akan dilihat hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa itu sendiri dalam berbagai tingkatannya, yakni; kategori tinggi, kategori sedang, dan kategori rendah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Usaha untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan sebelumnya, maka diperlukan data yang relevan dengan hipotesis tersebut yang diperoleh dengan penelitian pada populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar yang terdaftar pada tahun pelajaran 2007/2008. merekalah yang menjadi sasaran penelitian untuk mengetahui hubungan antara kelengkapan buku pelajaran Pendidikan agama Islam terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Mengenai jumlah dan penyebaran populasinya dapat dilihat pada tabel di bawah, ini :

No
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Pria
wanita
1
2
I
II
III
IV
V
VI
13
18
9
14
10
12
17
9
14
12
8
7
30
31
23
26
18
19
JUMLAH
76
71
147

Sumber data: Laporan Bulanan, Desember 2007

Sebagaimana lazimnya dalam suatu penelitian ilmiah tidak semua populasi harus diteliti tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian saja dari populasi tersebut. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa peneliti memiliki keterbatasan kemampuan, biaya, tenaga dan waktu sehingga penelitian ini bukan dilakukan terhadap populasi tetapi dilakukan terhadap sample.

Sample yang diambil harus mencerminkan keadaan umum populasi atau dengan kata lain sample itu harus representative dalam arti segala karekteristik populasi hendaknya tercermin pula dalam sample yang diambil.

Agar sample yang diambil dapat memenuhi kelayakan suatu sample sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Winarno Surachman yakni: “Bila populasi cukup homogen terhadap populasi di bawah 100 dapat dipergunakan 50% dan di atas 1000 sebesar 15 %. Untuk jaminan ada baiknya sample selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematis tadi.”[21]

Dari gambaran data mengenai populasi penelitian, dapat diketahui bahwa besarnya populasi secara keseluruhan adalah 352 orang, dan dari jumlah ini sample diambil sebesar 17 %, yaitu 17/100 x 352 = 59,84 dibulatkan menjadi 60 siswa.

Dari hasil estimasi sample inilah yang menjadi dasar atau patokan dalam pengambilan sample secara acak dari populasinya. Mengenai besarnya sample pada setiap kelas berdasarkan hasil random sampling, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Kelas Jumlah Sampel
1

2

3

4

5

6

I

II

III

IV

V

VI

5

6

4

4

3

3

JUMLAH 25

B. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Data Primer, yaitu data yang bersumber dari hasil angket yang berupa daftar pertanyaan dan juga hasil observasi dan dokumentasi tentang kelengkapan buku pelajaran Pendidikan agama Islam yang dimiliki siswa di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar.
  2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian sejumlah dokumen lainnya serta literature yang erat kaitannya dengan substansi pembahasan dalam skripsi ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan, maka digunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

  1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara mengadakan pengamatan secara sistematis berkenaan dengan perhatian terhadap fenomena-fenomena yang nampak pada siswa dalam kelas.
  2. Dokumentasi, yaitu tekhnik cara pengumpulan data yang digunakan dengan cara melalui bahan-bahan tertulis (dokumen) yang berisi mengenai keadaan yang diperlukan bagi penelitian. Dalam hal ini terutama untuk mengungkap variable terikat yakni prestasi belajar siswa. Selain itu, tekhnik dokumentasi ini juga digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa yang menjadi populasi penelitian di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar tahun ajaran 2007/2008
  3. Angket, yaitu tekhnik pengumpulan data yang diperlukan dengan cara menggunakan sejumlah pertanyaan secara tertulis yang disampaikan kepada responden guna mengetahui tentang kelengkapan buku pelajaran di SDN No 46 Salaka Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar tahun ajaran 2007/2008.

D. Tekhnik Analisa Data

Teknik yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian ini adalah tekhnik “Korelasi Product Moment” dengan rumus angka kasar dari Pearson, yakni sebagai berikut:

Yang mana :

rxy     = koefisien korelasi antara X dan Y

X      = jumlah skor dalam X

Y      = jumlag skor dalam Y

XY   = jumlah hasil skor X dengan skor Y yang berpasangan

X2     = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

Y2     = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

N      = Jumlah subyek yang diselidiki

Pengujian nilai r atau rxy yang telah kita peroleh apakah berarti atau tidak (signifikan atau non signifikan) pada taraf nyata tertentu (dalam pengujian ini digunakan taraf nyata 0,05), dapat secara langsung dilihat pada tabel korelasi yang disediakan di bagian lampiran skripsi ini. Bilamana nilai r yang diperoleh sama dengan atau lebih besar dari pada nilai r dalam tabel r itu, maka nilai r yang diperoleh tersebut signifikan, maka hipotesis yang mengajatak bahwa korelasi antara X dan Y dalam populasi adalah nol ditolak, atas dasar taraf signifikan 0,05. sedangkan dalam hal lainnya hipotesis nol (H0) diterima.

Dengan penggunaan tekhnik korelasi ini, diharapkan dapat mengungkapkan hubungan antara kelengkapan buku pelajaran siswa sebagai variable bebas yang diberi symbol X dan prestasi belajar siswa sebagai variable terikat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Manajeman Pengajaran Secara Manusiawi. Cet. I; Jakarta:  PT. Rineka Cipta, 1990.

Aswar, Ashar. Belajar Mengajar Keterampilan Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987.

Lawalata, P.M. Psikologi Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang, 1987.

Rusyan, A. Tabrani. Atang Kusdinar dan Zainal Arifin Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cet. II; Bandung: Rosdakarya, 1992.

Surahman, Winarno. Dasar-dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito, 1982.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Cet. I; Jakarta: Logos, 1999.

Tirtaharja, Umar. Kesejahteraan Guru dan Kesuksesa Peserta Didik (Jakarta:  Pustaka Amani, 1989.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. edisi kedua; cet; XVI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Walinono, Hasan dalam Majalah Suara Guru. edisi XX; 1981.

Wlodkowski, Reymond J. dan Judith H. Jayner, Eager to Learn, diterjemahkan oleh M. Chairul Annan dengan judul Motivasi Belajar. Cet. I; Depok: Cerdas Pustaka, 2004.

[1]Hasan Walinono dalam Majalah Suara Guru (edisi XX; 1981), h. 13.

[2]Ashar Aswar, Belajar Mengajar Keterampilan Dasar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), h. 23.

[3]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 64

[4]A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Cet. II; Bandung: Rosdakarya, 1992), h. 7-9

[5]Suharsimi Arikunto, Manajeman Pengajaran Secara Manusiawi (Cet. I; Jakarta:  PT. Rineka Cipta, 1990), h. 19

[6]P.M. Lawalata, Psikologi Pendidikan (Malang: FIP IKIP Malang, 1987), h.17.

[7]Umar Tirtaharja, Kesejahteraan Guru dan Kesuksesa Peserta Didik (Jakarta:  Pustaka Amani, 1989), h. 30.

[8]Lihat kembali halaman 5

[9]Lihat Muhibbin Syah, op, cit., h. 144

[10]Ibid., h. 145

[11]Sudirman AM, op. cit., h.. 38

[12]Reymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jayner, Eager to Learn, diterjemahkan oleh M. Chairul Annan dengan judul Motivasi Belajar (Cet. I; Depok: Cerdas Pustaka, 2004), h. 104.

[13]Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 239

[14]Muhibbin Syah, op. cit., h. 147

[15]Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Profesional (edisi kedua; cet; XVI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 4

[16]Ibid., h. 34

[17]Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 249

[18]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., h. 120

[19]Ibid., h. 120-121

[20]Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 236

[21]Winarno Surahman, Dasar-dasar dan Teknik Research (Bandung: Tarsito, 1982), h.100.

Baca :

  • Skripsi Pengaruh Pendidikan terhadap Lingkungan
  • Skripsi PAI Imam Al-Syafi’i Tokoh Hadis
  • Skripsi PAI Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Bonto
  • Skripsi PAI Wali Songo Sunan Giri dan Penyebaran Islam
  • Skripsi PAI Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa

The post Analisis Korelasi Buku Pelajaran Pai Dengan Prestasi Belajar appeared first on Artikelind.com.



This post first appeared on Katapendidikan.com, please read the originial post: here

Share the post

Analisis Korelasi Buku Pelajaran Pai Dengan Prestasi Belajar

×

Subscribe to Katapendidikan.com

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×