Oleh Ahmad Thoha Faz

Semakin aku memahami, mengapa pengalaman keagamaan seseorang tidak sempurna sampai dia menikah. Terlalu hampa menjalani hidup lajang. Hidup ini hanya ilusi. Makian orang Adalah ilusi. Pujian orang adalah ilusi. Sedih dan bahagia adalah ilusi. Mudah untuk merasakan semua itu, bila menyangkut ego ini. Tapi tidak, apabila menyangkut anak-istri. Aku tidak bisa membayangkan, bahwa kegelisahan dan kebingungan anak adalah ilusi.

Dan bagaimana aku berpisah Dari PNS terasa mudah, tatkala istri telah memahami. Dan anak-anak senang, karena akan terus diantar-jemput bapaknya ke sekolah. Mengapa Keluar Dari Pns terus tertunda?

Sejak pulang dari ITB, desaku meluas. Dari seluas Kemanggungan menjadi seluas Tegal, kota dan kabupaten. Tegal adalah desaku. Tegal adalah keluargaku. Aku belajar meluaskan perasaan cinta yang dipupuk dalam keluarga, melalui pertengkaran dan permaafan, seluas Tegal. Aku ingin mengangkat potensi terbaik kampungku, memoles setiap bakat yang kutemui selagi aku mampu.

TERLALU ABSTRAK

Aku tidak segera keluar dari PNS karena janjiku pada Tegal, di hadapan bupati Tegal. Aku berjanji menerjemahkan Titik Ba hingga sampai konsep yang aplikatif bagi reformasi pendidikan. Juga janji kepada emak untuk selalu hidup jujur dan sederhana. Tapi lebih tepatnya itu janjiku pada diri sendiri, di hadapan penguasa semesta.
Aku telah berjanji untuk menulis Titik Ba. Dan aku memegang janjiku selama belasan tahun. 1994-2006. Titik Ba terbit! Maka, pada situasi yang jauh lebih mudah, seharusnya tidak ada alasan untuk mengingkari janji untuk menerjemahkannya. Dan 10 tahun aku memegang teguh janji itu. Matematika Detik terbit!
Terlalu banyak kemustahilan sepanjang proses yang panjang dan tampak mengerikan itu. Membayangkannya saja bulu kuduk ini berdiri. Bukan, bukan aku yang bergerak. Allah-lah yang menggerakkan. Wa ma romaita idz romaita wa lakinnalla roma.

Kini, saatnya yang tepat untuk keluar dari PNS. Dengan terbitnya Matematika Detik, tugasku sebagai PNS sudah selesai. Mission is completed.
Tentu bukan berarti aku meninggalkan Tegal. Hanya bukan sebagai birokrat. Aku tetap menyimpan cita-cita, menjadikan Tegal seperti Kota Fez tempat ilmuwan dan mistikus terkemuka, Ibnu al-Banna, mengukir karyanya.

Ah, sebenarnya aku tidak tahu mau jadi apa setelah PNS. Aku bahkan tidak begitu yakin matahari akan terbit besok. Aku hanya ingin memulai dari sesuatu yang bagiku benar, mengikuti suara hati yang terlalu nyaring untuk diabaikan. Karena kemenangan itu sudah ditengarai sejak awal. Min ‘alamin nujhi fin nihayah, ar-ruju’ ilallah fil bidayah.

Kepada semua kolega PNS, aku mohon maaf telah berbuat onar. Jika kalian membenciku, aku lebih membenci sisi buruk dan lemah dalam diriku. Jika kalian melihat keburukanku, sejatinya aku lebih buruk dari itu. Maafkan. Maafkan. Maafkan.

Kata Royhan “Oka” (11 tahun), setelah dia membaca komik ekonomi, “Setiap orang adalah individu pengoptimal”. Ya, aku ingin mengoptimalkan kemanfaatanku pada keluarga, masyarakat dan –seperti ditegaskan oleh almarhum guruku Utomo Dananjaya–dunia.
Celetuk Abim (6 tahun), “Tapi abah masih LINMAS?”
Jawabku, “Tidak, Abim. Abah sudah pensiun.”
“Pensiun itu apa?”

Arih nafsaka minat-tadbir, fama qoma bihi ghoiruka ‘anka la taqum linafsika (Rehatkan dirimu dari urusan rezeki; apa yang telah dijaminkan oleh selainmu untukmu, tidak perlu kamu mencemaskan pada dirimu). Ini adalah tentang kemanfaatan hidup, karena kebutuhan hidup adalah urusan ilahi. Titik Ba, segalanya adalah satu, utuh tak terbagi dan pada hakikatnya tidak ada. Semua hanya ilusi. Ilahi anta maqshudi, wa ridhoka mathlubi, atini mahammbataka. Hasbunallahu wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir.

Griya MD, Malam Jum’at, 25 Jumada tsaniyah 1438 (24 Maret 2017)

The post Selamat Jalan PNS! appeared first on Jadi Mitra Panturabisnis.com, Hubungi 085867717830.