Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

"CAHAYA" YANG BERJUANG MENJADI TERANG

Tags: cahaya


Cahaya adalah nama indah seorang wanita yang berwujud indah. Namun, sayang, ia tidak kunjung mewujudkan keindahan di dalam perjalanan hidupnya.Hari demi hari ia habiskan dengan memeras peluh di atas sebuah ranjang nafkah gairah. Cahaya menjadi daerah tujuan wisata kaum adam hidung belang, dalam istilah Cahaya: peziarah resah. Ya,Cahaya adalah wanita penjual hasrat. Pelacur! Siapapun bisa mendatanginya dengan niat dan tujuan yang beraneka.
Cahaya adalah pelacur yang kedudukannya jelas terhina dalam kancah religi. Cahaya tahu bahwa status dirinya menjadi sasaran hujatan kalangan pengkhotbah. Namun, Cahaya heran bahwa salah seorang pelanggannya justru datang dari kalangan pengkhotbah!!! Cahaya heran bahwa dirinya kelap tersudutkan dalam kacamata masyarakat, tetapi dirinya senantiasa dikejar anggota masyarakat dari berbagai kalangan, terutama pemuja hasrat.
Cahaya sadar profesinya sangat tercela. Namun, Cahaya tidak mau jika dirinya dituding sebagai wanita hina. Ia wanita dewasa yang ingin mendapatkan kemuliaan. Ia berjuang dengan caranya sendiri, termasuk mendekati para pelanggannya. Namun, apa yang ia dapatkan hanyalah cela dan kekecewaan. Bahkan, ia diperkosa ramai-ramai oleh selusin perwira dan tubuh masainya dibuang ke laut. Cahaya selamat. Ia merasa bahwa wujudnya baru, reinkarnasi. Cahaya merasa bahwa dirinya kembali menjadi mulia, meskipun dengan profesi yang sama, penjaja cinta.
Cahaya tidak mampu membendung gempuran hasrat lelaki. Rahimnya tidak mampu menolak output dari perbuatannya itu. Empat anak terlahir dari rahimnya. Keempat anak Cahaya tidak mampu menebar sinar kebahagiaan bagi sang ibu. Mereka lebih merupakan buah karma atas perbuatan asusila ibu dan ayah yang tidak pernah mereka ketahui itu. Membesarkan mereka laksana senjata makan tuan. Cahaya menjadi korban asusila keturunannya sendiri.
Monolog "Cahaya" menyampaikan satir atas kiprah bejat kaum agamis yang dari luar tampak sok suci! Selain itu, monolog tersebut juga menyampaikan bobroknya moral para penguasa, pejabat dan aparat. Cahaya adalah simbol atas kebencian kaum marginal atas sikap picik masyarakat, di satu sisi. Di sisi lain, anggota masyarakat sendiri yang memanfaatkan dan menjadikan Cahaya sebagai bulan-bulan kenistaan. Cahaya adalah simbol kegelapan yang berjuang untuk terlihat menjadi terang dalam roda kehidupan. Suatu perjuangan panjang yang tiada berujung.
Monolog "Cahaya" dibawakan oleh Heliana Sinaga sebagai penutup rangkaian kegiatan menyambut Hari Kartini di Kafe Mediterrazia, Jalan Bukit Dago Utara 2c Bandung, hari Minggu, 16 Mei 2010, pukul 20.30 WIB. Naskah ditulis oleh Silvester Petara Hurit, salah seorang penggiat seni di Kota Bandung.


This post first appeared on Cahaya Penaku, please read the originial post: here

Share the post

"CAHAYA" YANG BERJUANG MENJADI TERANG

×

Subscribe to Cahaya Penaku

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×