”NENEK MOYANGKU ORANG PELAUT
GEMAR MENGARUNG LUAS SAMUDRA
MENERJANG OMBAK TIADA TAKUT
MENEMPUH BADAI”
GEMAR MENGARUNG LUAS SAMUDRA
MENERJANG OMBAK TIADA TAKUT
MENEMPUH BADAI”
Seperti sepengal bait lagu diatas Laut merupakan sahabat bagi warga Kepulauan Seribu, Karena dari lautlah mereka hidup. Tak ayal sebagian besar penduduk Kepulauan Seribu berprosesi sebagai nelayan. Mayoritas para nelayan dikawasan ini sebagai berprofesi sebagai Nelayan muroami.
Muaroami adalah alat tangkap nelayan tradisional dimana penggunaan alat tangkapa ini banyak mengandung resiko karena teknik penangkapan ini harus dilakukan dengan penyelaman.
Dalam pengoprasiannya muroami memerlukan Alat bantu yang digunakan nelayan penyelam dalam menangkap ikan. diantaranya adalah mesin kompresor sebagai penyuplai udara dari permuakaan laut, selang sepanjang 100 meter sebagai media penyuplai udara pernafasan penyelam. Semua ini digunakan untuk memasang jaring dan yang menggiring ikan
Pengunaan alat bantu dan teknik penyelaman yang jauh dari standar keselamatan penyelaman dapat mengakibatban resiko yang sangat besar, selain pengunaan kompresor yang tidak bisa dideteksi kandungan oksigen dan nitrogen serta cara penyelaman yang sangat ekstrim lebih dari 60 meter yang di iringi teknik penyelam naik dan turun kelaut, menyebabkan banyak penyelam yang mengalami dekompresi atau keracunan nitrogen. karena nitrogen dalam tubuh tidak terbuang dan nitrogen terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf yang berpengaruh terhadap kinerja saraf otot - otot yang menagkibat kelumpuhan bahkan kematian.
Seperti yang tejadi pada Bapak Alam Sahri (36) warga pulau panggang ini adalah salah satu korban pengunaan kompresor sebagi alat bantu selam, mantan nelayan ini menuturkan “waktu itu saya bersama kawan kawan nelayan mendapat borongan unduk melakukakan pengangkatan kapal pinisi yang karam di gugusan kepulaun seribu, karena waktu itu teknologi alat selam dan tabung selam yang sukar untuk didapatkan dikepulau seribu, Kami mengunakan kompresor sebagia pengganti tabung selam. Kira kira 40 meter saya mengalami masalah pernafasan dan akhirnya saya mengalami descompresi.walau saya selamat dari kejadian itu dan bisa sampai bertahan hidup sekarang tapi dari ujung kaki sampai pusur mengalami kelumpuhan”.
Empat tahun sudah kejadian itu berlalu bagi bapak alam sahri yang telah menyisakan pengalaman yang pahit karena dari kejadian itu ia ditingal cerai oleh istri nya yang pada waktu itu baru saja melahirkan anak pertama mereka. Sekarang bapak alam sahri hanya bisa berharap untuk bisa sembuh dan bisa beraktifas kembali tanpa mengunakan kursi roda untuk menapkahi anak satu satu nya dari pernikahan dengan mantan istri nya.