credit image detikbuzz

Uang sebagai alat pembayar resmi, baik yang kertas maupun yang recehan, sudah mulai tergeser oleh adanya uang elektronik dalam bentuk saldo yang berisi angka dengan nominal tertentu. Uang recehan sudah sangat jarang digunakan kecuali jika untuk memberi kembalian saja.
Uang kertas masih banyak dipergunakan sebagai alat pembayar, meski semakin hari semakin rendah saja nilai nominal uang tersebut dan tingkat inflasi yang cenderung bertambah tiap waktu.
Sebagai contoh lima tahun yang lalu, selembar uang 5,000-an di lingkungan tempat tinggal saya, masih bisa mengenyangkan perut. Tetapi sekarang jumlah segitu masih harus dikalikan dua untuk bisa mengenyangkan perut, dengan menu sederhana sebagai syarat. Di masa datang mungkinkah masih di pakai uang lims ribuan untuk alat pembayar.
Beberapa uang kertas yang telah hilang dari peredaran misalnya adalah, dengan nominal tertera,

• Rp 1 
• Rp, 5 
• Rp 10 
• Rp 50 
• Rp 100 
• Rp 500 

Meskipun uang-uang kertas seperti di atas sudah tidak berlaku, dan tidak digunakan untuk alat pembayar. Namun nilai ektrinsiknya jauh lebih tinggi dari nilai uang kertas yang paling tinggi saat ini, yaitu 100.000-an. Selain itu nilai sejarahnya juga sangat tinggi.
Untuk uang kertas lama tersebut oleh para kolektor nilainya akan menjadi berlipat-lipat, semakin tua tahun rilisannya semakin tinggi pula nilai ektrinsiknya. Apalagi kondisinya masih bagus, dalam artian tidak robek, kucel, ataupun berubah warna. Namun itu juga tergantung dari "transaksi" yang terjadi saat uang kertas lama tadi berpindah tangan ke kolektor lainnya.
Salah satu contoh uang kuno yang berharga mahal/tinggi. Rilisan uang diatas adalah tahun 1938. Dan harga pada pelelangannya sekitar 15,800 USD, sayang kurang ada informasi lengkap mengenai siapa pemenang lelang dan dimana lelang diselenggarakan.
artikel dan gambar dari berbagai sumber